Extra Part

92.2K 2.7K 153
                                    

Part ini saya dedikasikan untuk teman-teman yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca karya saya yang tidak seberapa ini. Terima kasih banyak semua ^^

Happy reading…

 

Sabtu pagi kediaman Bambang di Solo terasa hangat karena seluruh keluarga besarnya sedang berkumpul disana, hari ini Tara pulang dari Prancis, maka dari itulah mereka semua berkumpul. Dimas yang ditugaskan untuk menjemput Tara di Bandara masih terlihat santai, karena menurut jadwal Tara akan sampai bandara siang nanti.

Pria itu turun dari lantai dua, lalu diam-diam menghampiri box bayi yang disimpan diruang tengah. Bibirnya tersungging senyum saat melihat sang bayi cantik  tengah tertidur nyaman disana. Tangannya terulur untuk menyentuh –dan menggelitik pipi gemuk bayi itu. Namun karena merasa tidurnya terganggu, bayi cantik itu menggeliat, menggosok seluruh permukaan wajah dengan tangan mungilnya, kemudian merengek, dan diakhiri dengan menangis keras.

Dimas gelagapan karena awalnya ia tak berniat membuat bayi itu terbangun –dan memangis. Pria itu menepuk-nepuk badan si bayi, berniat menenangkan. Namun usahanya tak membuahkan hasil, saat bayi itu tak jua menghentikan tangisnya. “Yang, Key nangis.” Teriak Dimas menggunakan jurus pamungkas. Memanggil Ibu si bayi.

Keyna Senja Prasetya, bayi cantik berumur enam bulan jiplakan Dimas dalam versi perempuan itu menangis semakin kencang, bentuk protes darinya kepada sang Ayah karena selalu mengganggu tidurnya.

Andum berjalan santai dari arah dapur untuk menghampiri suami dan anaknya. Karena ia sudah sangat hafal dengan tabiat Dimas yang sering mengganggu Key ketika bayi itu tengah tertidur, maka dari itu ia tak panik saat medengar teriakan suaminya dan tangis anaknya. “Akang ganggu Key lagi ya?” Tuduh Andum menyipit –menggoda, lalu membawa bayi itu kedalam dekapannya. Seketika tangis anaknya berhenti. Ajaib sekali, pikir Dimas.

Dimas tersenyum bocah ditatap seperti itu oleh istrinya. “Tadi benerin selimutnya doang Yang.” Jawab pria itu terkikik lalu mencubit gemas hidung istrinya.

Andum mencibir, karena selalu alasan ini yang suaminya gunakan untuk ‘melindungi’ dirinya sendiri. Wanita itu menepuk-nepuk punggung kecil Key yang berada dalam dekapannya, membuat bayi cantik itu menggeliat mencari posisi nyaman, kemudian perlahan kembali memejamkan matanya.

Dimas menyaksikan itu dalam diam. Selalu, istrinya dapat diandalkan untuk menangani apapun. Dirinya tak berani –bahkan untuk membayangkan apa jadinya ia tanpa Andum disisinya. Baginya Andum adalah jaket hidup yang bisa memberikan rasa hangat serta aman, Andum adalah pengontrol hidupnya, pelurus jalannya. Ibu dari anak nya, dan anaknya lagi kelak.

“Teh Ria jadi kesini hari ini kang?”

“Eh? Eumh.. Enggak tahu juga, belum nelfon lagi.” Jawab Dimas seadanya. Setelah meluruskan semuanya setahun yang lalu, Ariani memutuskan untuk tidak lagi bekerja sebagai sekertaris Dimas. Wanita itu memilih menekuni kegemarannya mendesain baju dan membuka butik kecil-kecilan. Dari sanalah Ariani bertemu dengan Yoga, pria asal Solo yang selalu menyuplai kebutuhan kain batik di butik Ariani.

Yoga adalah pria yang terang-terangan menyukai Ariani. Meskipun pada awalnya respon Ariani begitu acuh tak peduli, namun pria jangkung nan gagah itu tak pernah patah arang untuk membuat wanita itu membuka hati untuk dirinya. Hingga Ariani tersadar saat Yoga mengalami kecelakaan dan koma selama satu minggu, wanita itu merasa hampa dan kosong. Karena nyatanya ia baru mengerti bahwa dirinya begitu tergantung dengan kasih sayang yang Yoga berikan untuknya.

Dan pada waktunya Ariani membuka hati untuk Yoga menempatinya. Saling mencinta dan saling melengkapi sebagai insan Tuhan yang diciptakan memang untuk bersama. Dan puncaknya mereka akan menikah tidak kurang dari tiga minggu lagi, maka dari itu Ariani ingin bertemu dengan Dimas dan Andum untuk memberikan undangan pernikahannya, dan kebetulan Ariani tengah berada di Solo.

Because Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang