BAB 3

104K 2.2K 21
                                    

Andum terpekur terdiam di kursi penumpang bersama wanita tadi, sedangkan Dimas duduk di kursi depan bersama Pak Santoso, supir Bapak dari Bapak masih menjabat sebagai Perwira Tinggi TNI Angkatan Darat.

"Nunggu lama?" Tanya Dimas entah kepada siapa yang pasti bukan kepada Pak Santoso.

Wanita tadi yang pertama menanggapi. "Enggak kok, setengah jam paling. Tadi nunggu barengan adik kamu, sempet ngobrol juga, eh tahunya nunggu orang yang sama." Wanita itu menjelaskan.

Dimas tertawa, "Udah jodoh kali". Celetuk pria itu.

Entah ditujukan untuk siapa kata 'jodoh' yang Dimas lontarkan, entah untuk dirinya dan wanita itu, entah untuk dirinya dan Andum, atau dirinya dan Pak Santoso.Tidak ada yang tahu jawaban pastinya.

"Kita belum kenalan ya?" Tanya wanita itu pada Andum.

Andum tersenyum samar. "Iya."

"Aku Ariani, temen baiknya Dimas dari SD, meskipun Dimas lebih sering di Prancis tapi kami engga putus kontak, dari jaman surat menyurat, e-mail, yahoo, friendster, facebook, sampe sekarang ada path dan BBM kami masih sering kontekan. Iya kan Dim?" Ujarnya detail. Lalu menyodorkan tangan kanannya, mengajak Andum berjabat tangan.

Andum membalas jabatan tangan Ariani. "Aku Andum, adenya Kang Dimas. Gak apa-apa kalo aku manggilnya Teh Ria aja? Tadi enggak tahu orang sunda juga makaya manggil Mbak." Kata Andum malu.

Ariani ikut tersenyum. "Iya enggak apa-apa. Mau manggil Ria juga boleh." Canda Ariani.

Andum tertawa. Disusul Dimas dan Ariani. Mungkin Pak Santoso juga ikutan tertawa.

"Kok tahu Akang pulang Dum? Padahal tadinya mau bikin kejutan loh buat kamu sama Bapak, makanya tadi kaget pas liat kamu disana barengan Ariani juga."Dimas penasaran.

"Bapak kok yang nyuruh aku jemput Akang. Tahu dari Om sito mungkin." Tebak Andum.

"Gagal ini mah acara surprisenya." Ujar Dimas kecewa. "Terus kenapa pake dijemput-jemput segala? Biasanya juga di jemput Pak Santso aja?"

"Kurang tahu juga Kang, mungkin karena ini kepulangan terakhirAkang dari Prancis jadi Bapak nyuruh aku jemput." Kata Andum meskipun tak yakin, karenadia sendiri pun masih bingung kenapa Bapak bersikap tidak seperti biasanya. Pasti ada yang disembunyikan Bapak, naluri detekifAndum mulai menari-nari diudara.

Dimas manggut-manggut, "Iya kali ya." Berpositive thinking.

Mobil Terrios hitam yang dikendarai Pak Santosoakhirnya membelah jalanan Ibu Kota, menuju jalan tol Cianjur untuk sampai di kota kecil nan indah tempat tinggal mereka. Cianjur dengan sejuta cerita dan cinta.

***

Bambang terlihat sumringah saat mendapati anak lelakinya telah sampai dirumah mereka, namun kemudian pria paruh baya itu mengerutkan alis saat melihat wanita asing yang turun dari mobilnya. "Siapa itu Dim?" Tanya bambang pada Dimas yang baru selesai ia peluk.

"Ariani. Temen SD Dimas, Bapak masih inget?" Jawab Dimas mengingatkan.

"Oh, anak perempuan yang pernah bantuin kamu ngusir anjing didepan komplek?" Bapak Bambang menggoda.

"Enggak usah inget detailnya juga Pak." Bibir Dimas mengerut, ingat akan masa kecilnya yang begitu cengeng karena takut dengan anjing kecil yang bahkan diikat pemiliknya.

Arianitersenyum manis. "Apa kabar Bapak?" Sapa wanita itu, lalu mencium punggung tangan Bapak Bambang.

"Alhamdulillah baik, masuk Nduk." Bapak Bambang mempersilahkan masuk. "Lah, Itu adikmu kenapa malah bengong begitu?" Tanya Bapak pada Dimas.

Because Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang