BAB 4

84.5K 2.2K 69
                                    

Mobil Chevrolet Spin silver yang dikendarai Fadi sudah sampai kota Cianjur empat puluh lima menit kemudian. Setelah perdebatan panjang yang memakan banyak waktu, akhirnya Andum setuju untuk tidak mengantar Fadi ke Bandara Soekarno-Hatta dan akan berakhir dengan Fadi mengantar Andum sampai rumahnya.

"Yakin enggak mau aku anter sampe bandara?" Andum cemberut.

"Nanti kamu pulangnya bakal kemaleman sayang kalo nganter aku sampe bandara, nurut pacarmu sekali-kali apa susahnya sih?" Ujar Fadi kesal."Inget nanti pulang kantor langsung pulang kerumah soalnya nanti enggak ada aku yang ngawasin kamu. Jangan sliweran enggak jelas dijalan, jangan suka maen air hujan. Inget bawa payung, jangan lupa pake jaket juga kalo bepergian jauh, badan udah kurus gini kalo sakit mau kaya tengkorak idup nanti?" Nasihat Fadi panjang lebar.

Entah mengapa Andum justru ingin menangis saat mendengar kata-kata kekasihnya barusan, seolah itu adalah salam perpisahan untuk mereka. Gadis itu sudah sekuat tenaga menahan laju tangisnya, tapi kini dia tak mampu. Pecahlah tangisnya.

Fadi terkejut melihat kekasihnya menangis. "Loh kenapa nangis?" tanyanya panik.

Andum mengatur nafas sebentar sebelum menjawab. "Enggak tahu, sedih aja pas denger wejangan-wejangan kamu, ternyata selama ini kamu emang perhatian sama aku. Makasih ya Fad dan maaf kalo aku suka bikin kamu kesel karena tingkah nyebelin aku. Kamu juga disana hati-hati jangan keseringan liat cewek bule pake bikini yang sliweran depan kamu, kalo udah enggak kuat langsung tutup mata aja terus ucap istighfar tiga kali atau solat tobat sekalian." Gadis itu menyeka air matanya. "Terus jaga makan kamu, jangan sampe asam lambungnya naik, jangan nyentuh alkohol setetes pun kalo enggak mau masuk rumah sakit lagi, pokoknya jaga diri baik-baik disana ya Fad."

Fadi tersenyum kemudian merentangkan kedua tangannya. "Sini." Ujarnya pelan. Sedetik kemudian Andum sudah berada dalam dekapan pria nya. "Nasihatnya udah aku ingat baik-baik nona. Tapi kalo bukan bule yang pake bikininya boleh liat dikit gak?" Tanya Fadi jahil.

Andum memberengut, mendongakkan wajahnya dari dada nyaman kekasihnya.

Fadi menyeringai kemudian mengecup ujung hidung Andum sekali lalu mengecup bibir tipis gadis itu dua kali sebelum melumatnya lembut.

"Udah Fad, keburu telat entar." Ujar Andum terengah karena kehabisan nafas setelah bercumbu dengan kekasihnya.

Fadi tersenyum kemudian mengelap sudut bibir Andum yang sedikit basah, "Jaga diri ya sayang." Tambahnya lagi.

Andum mengangguk kemudian turun dari mobil Fadi. "Hati-hati dijalan, kalo udah sampe kabari aku ya." Kata Andum seraya melambaikan tangannya.

"Hem. Love you Dum."

Andum mengangguk kecil sebagai balasannya. Kemudian mobil silver itu melaju, membelah jalanan kota Cianjur yang padat merayap pada sore hari.

Tanpa Andum ataupun Fadi sadari, sedari tadi sepasang mata menyaksikan mereka dari dalam pagar rumahnya. Tangannya terkepal kuat, hingga buku-buku jarinya memutih menahan amarah.

***

"Neng Andum di panggil Bapak di bawah." Seru Bi Arsih, kepala perempuan paruh baya itu menyembul dibalik pintu kamar Andum.

Andum bingung, sikap Bapak sudah mulai aneh lagi pikirnya. Gadis itu menggulung rambutnya asal sebelum turun untuk menemui Bapak.Saat dirinya membuka pintu kamar, kakaknya pun melakukan hal yang sama. Keluar kamar.

"Di panggil Bapak juga?" Tanya Dimas.

"Iya, Akang juga?" Tunjuk Andum.

Dimas menganggukan kepalanya tiga kali.

Because Of YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang