SEMESTA [3]

10 1 0
                                    

Malam kembali memperlihatkan langit gelapnya. Yang kali ini dipenuhi ribuan bintang dan bulan sabit indah di sana. Seolah-olah ingin menyampaikan jika langit sedang dalam suasana yang bagus untuk tampil secantik itu.

"Hei, cantik," panggil Langit setelah mendapati Ratu duduk di balkon seperti biasa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Hei, cantik," panggil Langit setelah mendapati Ratu duduk di balkon seperti biasa.

Ratu menoleh lalu menghembuskan asapnya ke udara, "Kamu panggil cantik ke siapa? Ke saudara kamu atau ke aku?"

"Dua-duanya," kali ini Langit mengambil duduk di samping Ratu. "Suasana saudaraku sedang bagus, makanya dia indah seperti itu. Dan begitu juga kamu, yang selalu indah, membuat saudaraku iri." Dengan mudahnya Langit menarik bahu Ratu untuk mendekat ke arahnya, menyuruh kepala perempuan itu untuk bersandar pada bahunya.

"Alah, bisa aja," cibirnya. Selagi bersandar dan membiarkan Langit memainkan jemarinya lalu memberi kecupan ringan di punggung tangannya.

"Loh, beneran. Saudaraku sering bilang kalau aku beruntung mendapatkan Ratu-nya semesta. Berbeda dengan dia yang hanya mendapatkan bintang ketika malam berpendar," jelas Langit tanpa menghentikan kegiatannya untuk memberi kecupan ringan di tangan Ratu.

Ratu mendengus pelan, terbiasa dengan ucapan tak masuk akal Langit yang kadang membuat jantungnya berdetak lebih cepat, "Ngomong-ngomong, Langit." panggilnya tiba-tiba setelah mematikan rokoknya ke asbak terdekat.

"Apa, Ratu?"

Sejujurnya, Ratu tidak tahu harus memberitahu tentang hal ini kepada Langit atau menyimpannya sendiri. Mengingat sudah dari awal ia berada di bumi, ia selalu sendirian. Dan bertemu dengan Langit ketika ia sudah dewasa di sisa umurnya yang tinggal sedikit. Ia merasa bahwa Langit tak seharusnya selalu tahu tentang dirinya.

Dan bagi Ratu, bertemu Langit adalah anugerah terbesar semesta yang pernah didapatkannya. Dan Ratu tidak ingin menghancurkan perasaan Langit semudah itu. Ratu tetap ingin menjaga Langit sebagaimana Langit menjaganya semenjak mereka bertemu.

"Ratu mau ngomongin apa?" Tanya Langit kembali ketika Ratu sama sekali tidak meresponnya.

Menatap tangannya yang digenggam erat oleh Langit dan beralih menatap langit malam yang berkelap-kelip bersama bintangnya. Sebelum mengambil nafas panjang dan berbicara, "Semesta sudah menyuruhku pulang."

Elusan di punggung tangannya terhenti seketika. Ratu memperhatikannya, tapi tidak berani untuk menariknya. Ia sedang menunggu respon Langit.

"Bercanda, 'kan?" celetuk Langit seraya tertawa pelan. Tapi tawanya memudar setelah menyadari bahwa perempuan yang bersandar di bahunya tidak ikut tertawa. "Ratu... bercanda, 'kan?"

"Kalau udah bahas soal ini, aku gak mau bercanda, Langit. Semesta bisa marah besar kalau ucapannya dijadiin bercandaan," balas Ratu pelan dengan harapan tangannya tetap dielus seperti tadi. Tapi rasanya, Langit tidak akan melakukan hal itu.

Random ThoughtsWhere stories live. Discover now