Undangan Nikah

460 42 0
                                    

"Bapak... makan dulu pak.." teriak Citra saat ia sampai disawah. Ia melihat Hadi sedang mengelap keringatnya. "Ya Allah Bapak.. maafin Citra nggak bisa bantu bapak.." batinnya. Yang tidak ia sukai saat kesawah adalah ia harus melihat keringat bercucuran yang keluar dari tubuh Hadi. Tubuh tua yang seharusnya sudah berdiam diri dirumah tanpa melakukan pekerjaan berat seperti sekarang.

"Bapak nggak usah kerja lagi yak. Kan sekarang Citra sudah kerja." Kata Citra saat ia sudah mulai bekerja.

"Bapak kalau nggak kerja mau ngapain dirumah..?? Badan bapak nanti rasanya pegel pegel kalau nggak buat kerja." Jawab Hadi.

"Ya makanya bapak nggak usah kerja. Jadi nggak pegel pegel badannya." Ucap Citra

"Nduk.. kalau kerja memang bapak capek, tapi nggak terasa pegelnya. Tapi kalau nggak kerja, bapak cuma duduk tidur trs makan itu malah pegelnya makin kerasa nduk." Jelas Hadi

"Tapi Citra nggak tega liat bapak keringetan banyak kaya gini.."

Hadi memeluk Citra erat. Ia sangat menyayangi anak semata wayangnya ini.

"Nanti kalau kamu sudah sukses. Bapak janji nggak akan kerja." Kata Hadi mencoba membuat Citra agar tidak sedih lagi.

Citra menganggukkan kepalanya semangat.
"Iya pak. Citra akan berusaha biar jadi orang sukses yang bisa buat bapak sama ibu bangga.!" Kata Citra semangat.

Citra meneteskan air matanya mengingat kejadian 2 tahun yang lalu. Sampai sekarang ia belum bisa memenuhi apa yang bapaknya inginkan.

"Kamu pulang kapan nduk..??" Suara lelah milik pria paruh baya itu membuyarkan lamunan Citra. Ia tersenyum dan menyalimi tangan Hadi.

"Baru sampai tadi pak. Terus Citra bawain Makan siang buat bapak" kata Citra sambil menunjukkan rantang yang ia bawa.

"Kok kamu sama mas Budi..??" Tanya Hadi lirih karna melihat Budi berdiri disamping Citra.

"Tadi nggak sengaja ketemu. Eh trus dia ngintilin Citra sampe sini pak.." jawab Citra lirih juga. Hadi hanya menggaguk mengerti.

"Yaudah.. bapak makan dulu yak. Biar Citra siapin. Ayok.." ajak Citra pada Hadi sambil merangkul lengan Hadi sebelah kiri.

Mereka berjalan berdua tanpa menghiraukan Budi yang masih mengekor dibelakang mereka.

"Kang Budi. Citra cuma bawa makanan buat bapak sama Citra doang. Kang Budi nanti makan dirumah sendiri aja yak... soalnya Citra sama bapak udah laper." Kata Citra yang berhasil mendapat tabokan ditangannya dari Hadi. Citra hanya nyengir melihat ekspresi Hadi.

"Iya Cit. Nggak apa apa. Lo makan aja berdua sama bapak lo. Gue mau keliling lagi." Jawab Budi terpaksa. Padahal dia juga ingin makan bareng Citra.

"Ok kang Budi.." jawab Citra. Kemudian dia menyiapkan makanannya. Sedangkan Budi sudah pergi entah kemana.

"Kamu tuh nduk... nggak sopan sama bos bapak.." ucap Hadi pada Citra ditengah kegiatan makan mereka.

"Biarlah pak. Citra malas kalau ada dia. Nanti malah bikin nafsu makan Citra ilang lagi. Bapak mau kalau Citra jadi nggak doyan makan trus nanti sakit..??" Ucap Citra sok dimanja manjakan.

"Tapi jangan diulangi lagi yak. Bapak nggak enak sama dia."

Citra mengangguk "tapi nggak janji ya pak.." ucap Citra. Hadi hanya menghembuskan nafasnya pelan mendengar ucapan Citra tadi.

Setelah selesai makan siang. Citra dan Hadi pulang kerumah untuk melaksanakan sholat dzuhur.

"Assalamu'alaikum bu..." salam mereka saat sampai didepan rumah.

Mr. Mulut Pedas (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang