Siapa yang kamu pilih.?

432 35 0
                                    

Setelah selesai adegan makan siang tadi. Citra pamit untuk pulang. Bumi mengantar Citra kekampungnya kembali. Membawa Citra sampai kehadapan orang tuanya.

"Assalamu'alaikum..." salam Citra saat masuk kerumahnya.

Sontak Hadi dan Indah yang sedang menunggu Citra diruang tamu langsung menghambur memeluk Citra.

"Wa'alaikum salam.. kamu dari mana saja nduk. Kenapa motor kamu yang bawa orang lain..??" Berondong Indah pada Citra. Citra melihat kearah Bumi yang memasang ekspresi seperti biasanya.

"Dasar pria menyebalkan...!! Ngancurin hidup orang aja...!!" Batin Citra sewot.

"Nggak kemana mana bu. Citra diajak main sama temen. Kebetulan temen Citra bawa mobil jadi motor Citra dibawa pulang saja." Jawab Citra apa adanya.

"Ini temen kamu nduk..??" Kini giliran Hadi yang bertanya.

"Iya pak. Namanya Bumi." Jawab Citra sambil melihat kearah Bumi sebentar.

Bumi menyalami tangan Hadi dan Indah kemudian tersenyum kearah mereka berdua.

"Ganteng yah nduk..??" Tanya Indah. Citra hanya memutar bola matanya malas mendengar kata pujian ibunya tadi buat Bumi.

"Iya ganteng... kamu nggak pacaran sama Nak Bumi nduk...??" Tanya Hadi yang kini melihat kearah Bumi dan tersenyum.

"Bapak...!" sewot Citra pada Hadi yang ikut ikutan Indah menggodanya.

"Kamu bikin minuman sana buat Nak Bumi.." perintah Indah pada Citra. Sebenernya mereka kenapa sih. Lihat Bumi kaya liat orang hebat saja. Sampai terkagum kagum gitu. Dengan setengah hati tidak ikhlas Citra pergi kedapur untuk membuat minuman.

Saat Citra kembali keruang tamu, mereka sudah tertawa bebas sekali. Sepertinya bahagia sekali dengan kedatangan Bumi kemari. Tidak tahu saja mereka kalau Bumi itu punya mulut kaya makan 1.000.000 cabe. Puedeeeseeee poooooolll.

"Silahkan diminum. Setelah selesai anda boleh pulang. Anda pasti orang yang sangat sibuk bukan..??" Kata Citra. Ia malas untuk sekedar bermanis manis ria pada tamunya ini.

"Nduk...!! Kamu nggak boleh ngomong gitu sama nak Bumi... dia itu tamu dirumah kita." Tutur Indah lembut namun terdengar tegas pada Citra.

"Iya iya bu. Citra minta maaf.. kalau gitu Citra kekamar dulu. Capek mau istirahat..!" Belum sempat ia beranjak. Tangannya sudah dipegang oleh Hadi.

"Kamu disini temenin nak Bumi. Bapak mau sholat ashar dulu. Tadi belum sholat soalnya khawatir nungguin kamu" jelas Hadi kemudian dia beranjak dari duduknya.

"Iya. Ibu juga mau masak dulu buat makan malam. (Beralih pada Bumi) Nak Bumi kami tinggal dulu ya... silahkan dinikmati minumannya. Adanya cuma itu.." ucap Indah ramah.

"Dia mah dikasih air kolam juga nggak apa apa..." gumam citra lirih sekali mungkin tidak ada yang mendengarnya.

"Baik bu. Terima kasih ini sudah cukup" jawab Bumi ramah kemudian tersenyum kepada Indah.

Sepeninggal Indah dan Hadi, tidak ada yang memulai pembicaraan. Mereka masih setia diam saja. Citra yang sudah tidak sabaran akhirnya ia mulai bersuara.

"Anda mau disini sampai kapan.?? Ini sudah sore. Saya juga masih banyak pekerjaan ini." Keluh Citra. Ia menatap Bumi yang masih setia duduk didepannya tanpa ekspresi apapun. Datar saja macam triplek.

"Baiklah... saya pergi sekarang. Permisi Assalamu'alaikum.." ucap Bumi setelah tadi ia menyeruput teh buatan Citra.

"Dari tadi kek. Kan gue nggak usah ngusir ngusir terus..." gerutu Citra lirih.

"Iya. Terima kasih sudah mengantar saya dan motor saya sampai rumah. Wa'alaikum salam." Jawab Citra kemudian mengantar Bumi hanya sampai pintu rumahnya saja.

Bumi mengendarai mobilnya melesat pergi meninggalkan rumah Citra. Ia mungkin akan sering kesini selama Citra masih disini.

"Haaaaahhhh...! Hidup gue berasa mirip roll coster sekarang. Bikin pusing sama jantungan." Gerutu Citra. Kemudian dia pergi kekamarnya mengambil handuk untuk mandi dan membersihkan badannya yang sudah lengket.

"Nduk... kamu sebenarnya sudah punya pacar yah..??" Tanya Indah memulai pembicaraan saat mereka duduk diruang keluarga sambil menonton tv.

"Nggak kok bu. Citra belum punya pacar. Memangnya kenapa..??" Tanya Citra lagi.

"Memangnya kamu nggak ada perasaan apapun sama salah satu dari mereka..??" Tanya Indah lagi.

"Mereka siapa bu .??" Tanya Citra yang masih fokus menonton tv.

"Itu loh.. sma Budi, Bumi atau temen cowok kamu yang lainnya..??" Jawab Indah mengingatkan Citra. Citra kini beralih melihat kearah ibunya

"Oh... nggak ada bu. Biasa aja. Memangnya kenapa sih bu..??" Tanya Citra heran. Tumben sekali ibunya ini bahas masalah pacar sama perasaan Citra.

"Apa kamu nggak kepengin kaya temen temen kamu itu..?? Mereka sudah pada nikah dan ada juga yang mau nikah sebentar lagi kan..??" Ucap Indah lembut sambil membelai rambut panjang Citra.

Citra memposisikan tidur dipaha ibunya. Ia akan merasa nyaman jika posisi seperti ini. Indah terus membelai rambut Citra dengan lembut. Membuat mata Citra sayup sayup merasakan kantuk yang datang.

Hadi tadi sudah keluar keacara rosulan dirumah Riska. Besok malam kondangan diacara Riska. Tapi Citra belum menemukan teman yang bisa diajaknya untuk berangkat bareng. Kalau acaranya dirumah orang tua Riska sih nggak masalah Citra sendirian datangnya. Tapi ini di Villa yang lumayan jauh dari rumah Citra. Sudah begitu Citra tidak pernah sekalipun menginjakkan kakinya disana.

Lama terdiam dalam lamunannya. Tak terasa Citra sudah masuk kedalam alam mimpinya. Ia benar benar lelap tertidur dipangkuan ibunya.

Paginya Citra bangun agak siang. Jam 04.45 wib ia baru tersadar dari mimpinya.

"Bukannya semalam gue sedang ngobrol sama ibu yak..?" Pikirnya kebingungan melihat dia terbangun diatas kasur miliknya. "Apa gue ketiduran yak semalam..??" Monolog Citra. Dengan tergesa gesa Citra segera menyambar handuk mandinya dan segera berlari menuju kamar mandi untuk mandi dan melaksanakan sholat subuh.

"Bu... kok ibu nggak bangunin Citra sih bu..??" Tanya Citra pada Indah setelah tadi ia melaksanakan kewajibannya. Indah yang sedang memasak pun tersenyum dan melihat kearah putri semata wayangnya ini.

"Ibu nggak tega bangunin kamu. Kayanya kamu lelap banget tidurnya. Semalam aja ibu bangunin kamu. Tapi kamu nggak bangun bangun." Cerita Indah

"Trus yang bawa Citra kekamar siapa bu..?? Kan bapak lagi ikut rosulan..??" Tanya Citra pada Indah. Ia pikir ibunya yang membawanya kekamar.

"Ibu nunggu bapak pulang. Trus minta bapak bawa kamu kekamar kamu." Jawab Indah santai..

Citra merasa bersalah sekali dengan Indah dan Hadi karna ia selalu merepotkan mereka. "Brati Citra tidur dikaki ibu lama dong. Pasti ibu capek banget yah..?? Kakinya pegel pegel juga bu..??" Tanya Citra nggak enak hati.

"Nggak ada kata capek buat kamu nduk. Yang penting kamu sehat, bahagia. Ibu sudah senang sekali." Kata Ibunya lembut.

Citra langsung memeluk erat tubuh Indah. Ia tidak tahu harus bagaimana caranya berterima kasih kepada ibunya. Semuanya tidak bisa membalas kebaikan Indah selama ini.

"Sudah.. sekarang bantu ibu masak. Bapak sebentar lagi pulang dari masjid." Kata Indah pada Citra. Ia tidak mau menangis didepan anaknya. Takut semakin membuat anaknya makin bersalah apalagi semalam kakinya sempat kram karna tubuhnya yang sudah tidak muda lagi.

"Kalau gitu. Ibu istirahat saja. Biar Citra yang masak hari ini. Ok.." kata Citra sambil menuntun ibunya untuk duduk dimeja makan. Kemudian Citra meneruskan masakan ibunya. Ia menyesal karna tadi bangun terlambat. Seharusnya ia bisa bangun lebih pagi lagi agar bisa membantu meringankan pekerjaan ibunya ini.

Salah satu yang belum terbiasa bagi Citra adalah bangun tengah malam untuk sholat malam, seperti kedua orang tuanya. Ia memang selalu terbangun dijam 2 pagi atau 3 pagi tapi hanya untuk kekamar mandi sebentar kemudian ia melanjutkan tidurnya kembali. Entahlah... kapan ia akan menjadi lebih giat seperti kedua orang tuanya itu. Semoga secepatnya.

Mr. Mulut Pedas (END)Where stories live. Discover now