Chapter 5

557 98 10
                                    


Sudah lewat dari seminggu setelah kejadian dimana Jena membuat pernyataan palsu mengenai dirinya yang punya pacar. Namun Wonwoo tetaplah Wonwoo, betul kata Jake, Wonwoo tipe keras kepala yang gak bisa banget dikasih tau.

Buktinya, sampai saat ini Wonwoo masih rutin mendekati Jena. Entah di chat, ajak pulang bersama, makan berdua di cafe, dan lain-lain.

Jena mendengus, "Gue gak tau harus gimana lagi biar Kak Wonwoo gak gangguin gue." gumamnya kesal, tapi mulutnya masih menikmati es krim yang baru saja diberikan Wonwoo.

Untung Wonwoo tidak pelit, es krim yang dibelinya cukup banyak jadi saat ini Arin juga kebagian.

"Gue bilang apa, terima aja sih. Kalo masalah nanti pacaran apa enggak ya urusan belakangan." jawab Arin, dengan mulutnya yang sudah banyak noda dari es krim. "Lagian, selama ini gue gak ngeliat Kak Wonwoo itu ngeganggu lo. Malah jatohnya dia kayak ngasih perhatian."

Jena mendengus, menatap kosong ke arah pohon besar di hadapannya. Saat ini pikiran dan hatinya bimbang. Kalau dipikir-pikir, Jena juga lelah harus melakukan segala cara untuk menjauhkan para lelaki yang ingin mendekatinya. Lebih baik dibiarkan saja, kan? Betul kata Arin, urusan pacaran atau tidak ya itu belakangan.

"Iya, deh." sahut Jena kemudian.

"Iya apa nih?" seseorang menyahut.

Bukan Arin, karena itu suara laki-laki.

"Hai, Rin." Jake muncul, dengan kemeja dan juga tas hitamnya. Ia langsung mengambil tempat di hadapan Arin lalu menatap Jena yang terlihat kaget.

"E-eh, Kak Jake." Arin berucap malu, buru-buru meraih tisu untuk mengelap noda es krim di sekitar mulutnya.

Jake tertawa kecil, "Lagi ngomongin apa?" tanyanya penasaran, begitu melihat raut wajah Jena yang sedikit suram.

Jena melirik Jake sebentar, takut kalau kakak tingkatnya itu akan protes dengan ucapannya. "Gue gak mau ngehindar dari Kak Wonwoo lagi." ucap Jena kemudian.

"Maksudnya?" Jake mengernyit.

"Iya, kalo dia emang mau ngedeketin gue, gue mau biarin dia usaha sampe dia bisa dapetin hati gue." jawab Jena. "Capek juga gue gini terus."

Mata Jake mengerjap, sedikit panik. "Yakin? Emang udah move on?"

"Justru biar Jena cepet move on, My-- Kak Jake." sahut Arin, hampir keceplosan.

Jena hanya tersenyum datar, seperti menyatakan bahwa dirinya setuju dengan jawaban Arin barusan.

Jake menghela nafas, sedikit kasar, ia menyandarkan punggungnya. "Gue udah bilang kan, kalo Wonwoo gak sebaik itu?" tanya Jake memastikan.

Jena mengangguk, "Tapi seenggaknya dia baik sama gue, dan gue liat juga anaknya gak terlalu macem-macem. Cuma suka nongkrong, ngerokok, sama balap liar kadang-kadang."

Mulut Arin menganga lebar, "Sumpah, demi apa? Gue kira Kak Wonwoo tipe anak rumahan yang ambis dan wibu." komentarnya.

Jena tertawa kecil, sementara Jake masih memasang wajah datarnya sambil menatap Jena. Ada sedikit rasa panik di dadanya, mengetahui saat ini Jena sudah pasrah akan perasaannya.

Memang sih, dua tahun itu rasanya bukan waktu yang sebentar untuk Jena berdamai dengan perasaan.

"Terserah sih," ucap Jake tiba-tiba, membuat Kena sedikit mengernyit bingug. "Gue mau ke kantor himpunan dulu deh."

Jena mengangkat sebelah alisnya, "Ngapain?"

"Lo lupa gue ketua himpunan lo lo pada?" tanya Jake malas dengan kedua matanya yang memutar.

Let Her Choose || Lee Heeseung EnhypenWhere stories live. Discover now