Chapter 14 (Part 2)

390 74 2
                                    

happy reading! kalo ada typo bisa ditandain yaa 🙇🏻‍♀️✨❤️😩


Rasa sakit di kepalanya membuat Jena terbangun. Ia mengerjap begitu merasakan sensasi dingin di sekujur tubuhnya. Ia menoleh ke sana kemari, mendapati dirinya berada di sebuah ruangan yang begitu asing dan gelap.

Seketika rasa paniknya muncul, Jena merangkak ke belakang dengan posisinya yang masih terduduk. Di atas sebuah kasur besar.

"Gue dimana," lirihnya.

Ruangan ini memang gelap tapi tidak sepenuhnya. Hanya saja lampunya lumayan redup, dengan dinding berwarna abu-abu tua jadi menambah kesan suram. Semuanya rapi, mulai dari kasur, lantai, lemari, bahkan ada cermin besar dengan model kekinian.

Pikiran Jena memang saat ini dirinya sedang diculik, tapi apa tempat ini tidak terlalu keren untuk dijadikan TKP penculikan?

Walaupun sekujur tubuhnya hampir gemetar, Jena memaksakan agar tubuhnya berdiri untuk mencari sesuatu. Ponselnya.

Jena mencari di segala sudut, bahkan sampai ke area bawah kasur untuk sekedar mencari tasnya. Kemudian menuju ke kamar mandi, ke dalam isi lemari, juga satu persatu laci ia buka. Tapi nihil.

Seketika atensinya teralihkan begitu mendengar suara kunci pintu dibuka. Jena memutar badannya, merapat pada dinding di belakangnya untuk berjaga mengenai siapa yang akan masuk ke dalam ruangannya.

Sesosok tinggi besar masuk dengan sebuah nampan di tangannya. Sosok yang Jena yakini seorang pria itu mengenakan sebuah helm fullface, dengan kacanya yang hanya terbuka sedikit.

"Makan malem." ucap laki-laki itu, menyodorkan nampannya ke arah Jena walaupun jarak mereka berdua masih cukup jauh.

Jena menyipitkan kedua matanya, "Lo siapa." gumamnya.

Laki-laki itu terdiam, malah meletakkan nampannya di atas nakas dekat pintu. "Ini udah jam satu pagi, lo belum makan malem." ujarnya, kemudian berjalan keluar melalui pintu dan menutupnya rapat. Pintu pun kembali di kunci.

Mulut Jena terbuka sedikit, menyadari perkataan orang tadi yang bilang kalau saat ini sudah pukul satu pagi.

Sedetik kemudian rasa takutnya muncul lagi, ia merosot tepat di samping sebuah lemari besar berwarna putih. Air matanya pun mulai turun butir-perbutir.

"Kak Jeno." lirihnya.



• • • • •



Heeseung memarkirkan mobilnya asal di depan sebuah rumah kecil yang saat ini terlihat cukup sepi. Rumah itu berukuran kecil, mungkin hanya cukup untuk ditinggali satu orang. Namun pekarangannya rapi, terawat, hanya saja penerangannya sedikit kurang.

Langkahnya terlihat kasar, bahkan Heeseung tak segan meningjak rumput di depan teras rumah tersebut padahal ada jalanan khusus lain yang bisa ia pijak.

Tangan Heeseung terkepal, sebelum akhirnya mulai menggedor pintu kayu dihadapannya secara brutal. "KELUAR LO SIALAN!" teriaknya.

Pintu di hadapannya terbuka, setelah memastikan bahwa yang muncul adalah seseorang yang ia cari, kepalan tangannya pun langsung meluncur indah.

BUG

Seseorang di hadapannya langsung jatuh tersungkur hingga membentur pintu. Heeseung ikut berjongkok, ia kembali memberikan beberapa pukulan sebelum ia menarik kerah jaket pemuda dihadapannya, "Jena dimana, Bangsat." tanyanya, menekan setiap kata yang ia ucapkan.

Let Her Choose || Lee Heeseung EnhypenWhere stories live. Discover now