06. Dua Kembang Api

20 2 0
                                    

Tepat kemarin malam ini terjadi. Belum benar-benar mataku terpejam, merasuk mimpi, menguntai cerita, debuman keras terdengar dari luar kamarku. Teriakan keras penuh kekesalan menjadi hal yang ku dengar berikutnya.

Itu sisiripi.

Tak ingin tahu. Tubuhku terlalu lelah untuk sekedar duduk dan melangkah. Nyatanya semakin lelah dengan masalah sahabatku yang kian hari tak kunjung redam.

Pintu kamarku terbuka. Ku fikir sisiripi. Ternyata sahabatku yang lain, narwal.

Ia duduk di tepi ranjangku. Mukanya murung. Aku melihatnya dari mataku yang menyipit. Jujur, kantukku luar biasa saat itu.

Ku pindahkan tubuhku untuk memberinya ruang. Ia berbaring disampingku. Memandang lurus ke langit-langit kamar.

"aku melihat api yang membara hyung..." ungkapnya.

Ah, sisiripi dan paus biru memang sialan. Semua orang menjadi ikut memikirkan kelanggengan hubungan mereka.

"apalagi yang terjadi kini?" tanyaku tanpa basa-basi. Enggan diajak berfilosofi. Sekali lagi, aku benar-benar ingin tidur.

Narwal mengungkapkan bahwa paus biru dan lumba-lumba menghabiskan waktu bersama seharian ini. Hanya berdua.

Semula, otakku mencerna bahwa tak ada sedikitpun yang aneh akan hal itu. Mereka teman. Aku dan narwal bisa menghabiskan seharian bersama kala kami ingin. Itu terasa wajar, karena kami teman.

"tapi ini tahun baru hyung..."

Pernyataan sederhana itu serasa 1000 ml kafein yang disuntikan dalam darahku. Aku terbangun dan kembali memastikan. Sebuah anggukan ditambah sodoran ponsel menjawab segalanya.

Hal pertama yang ku lakukan adalah menggigit kuku. Ketakutanku berwujud. Itu mengerikan. Sejak kejadian tawa renyah tempo lalu, aku mengasingkan diriku dengan keinginan 'pandanganku akan berbeda'.

Sejenak tidak memperhatikan mereka, sejauh itu pula revolusi hubungan mereka.

Tahun ini, kembang api tidak hanya meledakan langit tapi juga pertemanan kami.

Indah yang memekakan telinga.

Novae Angelish

Sea and SeeWhere stories live. Discover now