Chapter 4 : A long Time

965 167 0
                                    

“Psyche

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Psyche...” Suara nan lembut itu memanggil menyuarakan namanya dengan penuh kasih. Ditataplah pada arah sumberu sara, wanita bernama Eve. Atau seorang Ibu dari Psyche Poli tengah berdiri di ambang pintu kamarnya.

“Ibu... ada apa kesin?” Perempuan itu melirih bingung sembari mengucek kelopak matanya dengan lembut. Baru saja Gadis itu terbangun dari tidur singkatnta.

“Bagaimana dengan kamarnya? Apa kamu suka? Kamarnya sudah diubah menyesuaikan seleramu.” tanyanya cukup penasaran. Eve pun menghampirinya dan duduk di pinggiran ranjang.

“Iya... Trimakasih Ibu.” Ia menjawabnya disertai senyuman yang lembut. Walaupun pada kenyataannya ia hanya menjawabnya dengan asal karena ingin segera mengakhiri pembicaraan mereka yang hanya akan mengarah pada satu tujuan.

“Apa kamu tidak mau jalan-jalan keluar? Bukankah kamu sangat menginginkannya Psyche? Ibu kendengar kabar bahwa dua minggu lagi, Ibu Kota akan menggelar sebuah festival yang meriah loh. Kamu bisa menikmati kembang api di puncak bukit, Psyche.” Walaupun wajahnya terlihat cemas, tapi dengan hati-hati ia seperti merayu gadis itu untuk segera pergi bermain keluar rumah.

Mulai kan..

Eugh ( ͡°Ĺ̯ ͡° )

“Ibu, saya baik-baik saja. Itu hanyalah keinginan saya sebelum kehilangan ingatan. Saat ini, dengan bisa berkeliling bebas di kediaman ini saja saya sudah merasa bahagia. Apa ibu khawatir bahwa Putri Ibu satu-satunya tidak akan menikah karena tak pernh keluar rumah?” Tiba-tiba saja perempuan itu bersandar pada sang Ibu dengan menapakkan senyuman manisnya.

Melihat senyuman itu, Eve pun tersenyum haru. Sedangkan Psyche hanya berpikir bahwa sang Ibu mulai aktif lagi untuk segera mengirimkan dirinya ke surga.

Entahlah, aku berpikir jika aku pergi keluar sana aku akan segera mati.

“Ini hanya.. Debutante sudah berlalu. Apa kamu tidak tertarik untuk mengikuti acara minum teh? Psyche kan sudah dewasa, jadi... Psyche pasti bisa mengendalikan ‘Itu’ dengan baik, bukan?” Ia mengatakan itu dengan nada yang lembut, tapi entah kenapa terasa dingin.

Haa..

Tiba-tiba saja sorot matanya menajam. Aku tahu, itu bukan permintaan melainkan perintah kan?

Tapi jika mendengar permintaannya untuk menghadiri pesta minum teh para Nona-nona bangsawan...

Itu kan.. aku harus menerima undangan.. walau semuanya kutolak sih (눈‸눈)

“Saya akan mempertimbangkan hal itu.” Jawabnya seadanya. Ouh, wajah Eve langsung terlihat cerah.

“Baiklah. Kalau begitu, bunga mawar di taman sudah bermekaran, Psyche. setidaknya kamu perlu mencari suasana baru bukan? Pergilah kesana dan suasana hatimu akan membaik.” Ia mengusap lembut puncak kepala Putrinya, tentunya itu membuat mata kepala sang gadis membulat dengan sangat hebat.

Please, I Just Want To Live [I Wanna Be U Fanfic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang