"Ee, eeh ... Nyonya mau ke mana?" tanya Cici saat melihat Kamila hendak kembali ke kamar.
"Ganti baju."
"Ngapain? Bukannya udah diperingatin sama Nyonya Besar kalau hari ini Nyonya Kalina nggak boleh keluar kamar," ingat Cici.
"Larangan sama depan perintah bagiku, Ci. Lagian istri mana yang dengan tolol diem aja liat suaminya memperkenalkan wanita lain sama keluarganya seolah masih bujangan, atau baru menyandang titel duda," tegas Kamila sembari membusungkan dada.
"Lah, bukannya nyonya yang selama ini diem aja?" celetuk Cici santai.
Kamila menepuk dahi. "Dahlah, cape ngomong sama kamu mah, Ci." Tak mau memperpanjang perdebatannya dengan Cici, bergegas Kamila berlari kecil menuju kamar.
Setibanya di kamar, dia memilih outfit yang terlihat paling elegan dan mahal. Lalu duduk di depan meja rias dan mematut diri dengan skincare dan make up yang baru dia beli menggunakan uang Wisnu.
Terlihat di dalam cermin pantulan wanita dewasa yang sangat cantik dengan kulit kuning langsat. Wajahnya oval, dihiasi sepasang mata bulat bermanik cokelat, hidung tinggi mungil dengan bibir penuh yang memikat.
"Seandainya aku lebih sering ngerawat diri, mungkin kulitku bisa se-glowing Kalina." Kamila bercermin sembari menolehkan wajahnya ke kanan dan ke kiri. "Tapi, bodo amat, yekan. Zaman sekarang, kan banyak filter sama make up."
Beberapa saat kemudian Kamila beranjak dari tempatnya dan mengenakan sandal wedges bertumit rendah yang cocok digunakan sehari-hari, tapi tetap terlihat classy.
Perempuan yang membiarkan rambutnya terikat elegan itu turun pertahan. Suara langkah kakinya membuat keenam orang yang tengah mengobrol di ruang tengah terinsterupsi.
Bu Dahlia yang lebih dulu menyadari langsung melotot sembari mencubit paha Pak Dahlan.
"Dia, siapa, ya? Kok, saya belum pernah lihat?" tanya wanita paruh baya yang diketahui Ibu Yuna.
Orangtua Yuna memang sudah lama menetap di luar negeri. Baru-baru ini mereka pulang ke Indonesia untuk menjalankan kembali bisnis keluarga yang sempat kolaps lima tahun terakhir. Sebenarnya dibanding dengan keluarga Kamila dan Kalina, Keluarga Wijaya sebelumnya memang lebih dekat dengan keluarga Yuna. Namun, entah bagaimana ceritanya sampai hubungan mereka sempat terputus saat Pak Dahlan memutuskan menjodohkan Wisnu dan Kalina.
"A--"
"Ini istri saya yang pernah diceritakan, Tante. Dia memang pemalu makanya jarang terlihat."
Setengah terpekik, Kamila menoleh pada Wisnu yang tiba-tiba menghampiri dan merangkulnya.
"Oalah, jadi ini menantu pertama Keluarga Wijaya. Cantik begini, kok diumpetin, Bu?" canda Ibu Yuna yang membuat Bu Dahlia mengusap tengkuk salah tingkah.
"Saya memang jarang keluar, Bu. Lebih suka di rumah mengurus rumah tangga dan suami. Kebetulan keluarga memercayakan saya untuk menghadle segala kebutuhan keluarga ini. Sesekali juga berkunjung ke butik yang saya kelola, atau kalau lagi bosan jalan-jalan bareng suami. Iya, kan, Sayang?" Kamila mencubit perut Wisnu yang ternyata keras. Karena kepalang basah, mending dia nyebur sekalian. Apalagi melihat ekspresi Yuna yang senyum-senyum penuh arti. Seolah tengah menyembunyikan apa yang dirasakan.
"I-iya." Wisnu tersenyum kikuk, sembari menarik pinggang Kamila untuk merapatkan tubuh mereka.
Kamila yang merasa mendapatkan lampu hijau langsung memeluk lengan Wisnu erat, walaupun dalam hati dia sangat ingin menendang lelaki ini.
"Kalau tidak salah, kamu anak tunggal pemilik Poltaris, kan? Yang tiga pekan lagi akan mengumumkan pemimpin barunya?" tanya ayah Yuna tiba-tiba.
"Ng--"

YOU ARE READING
Menantu yang Diremehkan Ternyata Meresahkan
Fanfiction(Tersedia versi Pdf) Kalina Fathira diremehkan keluarga sang suami, karena statusnya yang dianggap rendah dibandingkan dua menantu yang lain. Sikap Kalina yang lebih sering diam saat diperlakukan tak menyenangkan membuat banyak orang kebingungan ak...