Chapter 1

151 18 3
                                    

Awan putih bertebaran dilangit biru yang tampak cerah siang ini. Terik matahari memberikan hawa panas yang seakan membakar seisi bumi. Maklum saja, saat ini sedang musim panas di Korea Selatan.

Musim panas, berarti libur panjang bagi para pelajar. Meski sinar mentari begitu menyengat dengan hawa panas yang membuat gerah, semangat para remaja untuk pergi berlibur keluar rumah mereka yang memiliki pendingin ruangan sama sekali tidak surut.

Tak terkecuali mahasiswa berusia dua puluh satu yang kini tengah berdiri di bandara dengan tas ransel besar dipunggungnya.

Park Chanyeol namanya. Mahasiswa SNU itu berniat menghabiskan libur musim panas dirumah sang kakek yang tinggal di Pulau Jeju.

Iya. Pulau yang menjadi destinasi wisata paling popular diantara turis lokal maupun mancanegara itu adalah kampung halaman ibunya. Hampir setiap tahun ketika libur musim panas, Chanyeol akan mengunjungi kakeknya dan menghabiskan waktu liburan disana. Ketika masih kecil dulu ia selalu datang bersama kedua orang tuanya, tapi sejak duduk di bangku SHS ia sudah berani menyeberangi pulau tanpa mereka.

Tahun lalu ia tak bisa melakukannya karena suatu alasan. Maka kali ini ia tak mau melewatkan kesempatan tersebut untuk kedua kalinya.

Chanyeol memiliki banyak alasan mengapa Pulau Jeju menjadi tempat yang selalu ia rindukan. Selain karena ada kakek, nenek dan pamannya yang tinggal di tempat itu, suasana pesisir dan pedesaan yang tenang-tentu berbeda dengan hiruk pikuk kota yang sibuk, bising dan membosankan menurutnya-, ada hal lain yang membuatnya selalu menantikan datangnya libur musim panas lebih dari hari libur lainnya.

Seorang remaja laki-laki yang ia temui dua tahun lalu ditepi pantai dekat rumah kakeknya. Remaja tujuh belas tahun yang menjadi temannya selama satu minggu penuh disana. Seseorang yang ia janjikan untuk bertemu lagi di libur musim panas berikutnya.

Harapan Chanyeol ketika dirinya melangkahkan kaki menaiki burung besi yang akan mengantarkannya ke Pulau Jeju adalah, semoga temannya itu masih menunggunya ditempat yang dijanjikan.

Terasa mustahil memang. Bagaimanapun itu adalah janji dua remaja labil yang bisa saja ingkar. Mereka juga tak sedekat itu untuk merasa harus menepati janji seolah hubungan pertemanan selama bertahun-tahun akan dipertaruhkan dengan itu. Karena nyatanya, mereka hanya pernah memiliki kebersamaan selama satu minggu.

Tanpa bertukar nomor telephone atau alamat tempat tinggal mereka di Seoul- entah kenapa hal sepenting itu terlupakan begitu saja akibat terlalu larut dalam kesenangan tak biasa yang ia rasakan ketika mereka bersama-.

Juga, jangan lupakan bahwa Chanyeol telah ingkar janji tahun lalu. Dimana seharusnya pada musim panas tahun lalu ia datang ke Pulau Jeju dan menemui temannya itu ditepi pantai, tempat pertama kali keduanya bertemu.

Menginjakkan kaki di bandara Jeju, Chanyeol sibuk menyusun kalimat untuk meminta maaf karena tak bisa menepati janji tahun lalu. Mengabaikan kemungkinan apakah temannya itu akan ada di tempat janjian ketika ia kesana nanti, atau mereka tak ditakdirkan bertemu lagi kali ini.

Sampai dirumah kakeknya, ia mendapat sambutan berupa pelukan hangat neneknya serta usapan lembut dikepala oleh kakeknya. Ah.. Juga salam ceria dari pamannya yang masih saja melajang meski usianya sudah menginjak kepala tiga.

Perjalanan dari bandara menuju rumah kakeknya cukup memakan waktu karena ia memilih untuk menaiki transportasi umum alih-alih menerima tawaran untuk dijemput oleh pamannya menggunakan mobil pribadi. Chanyeol beralasan bahwa ia tidak ingin merepotkan pamannya yang memiliki pekerjaan untuk dilakukan. Mengingat pamannya akan sibuk dengan bisnis wisata dan penginapan yang beliau miliki ditempat ini karena jumlah wisatawan pasti membludak di musim liburan seperti sekarang.

PromiseWhere stories live. Discover now