Part I: The Birth of Sunflower

50 6 15
                                    

Sudah berjalan sekitar 10 menit pembicaraan antara koordinator liputan dengan 3 orang reporter yang merupakan anak buahnya itu akhirnya berakhir dengan keputusan yang kurang baik untuk para reporter.

"Jadi... harus diulang?" Sang koordinator liputan tersebut menghela napas sebentar sebelum mengangguk memberi jawabannya pada Dawson. Kini giliran 3 reporter muda itu yang menghela napas pasrah terpaksa menerima keputusan.

Derbie menatap Earlene berharap dia mengeluarkan kata-kata yang mampu membuat koordinator liputan tersebut mengubah keputusannya. Earlene mengerti arti tatapan Derbie, namun Earlene juga merasa sia-sia saja jika melawan keputusan koordinator liputan, jadi ia hanya menggeleng pelan dan membuat Derbie menghela napas pasrah sekali lagi.

"Ya udah ayo!" ajak Dawson untuk keluar dari ruangan koordinator liputan dan segera mengulang laporan yang mereka ajukan sebelumnya.

Tugas meliput suatu kasus penipuan investasi saham diberikan pada mereka sebelumnya, saat mengajukan laporan mereka membuat kesalahan yang menyebabkan laporan itu harus mereka ulang. Korban dari kasus itu ternyata bukan hanya 5 orang yang telah mereka wawancarai, masih ada 3 orang lagi yang mereka lewatkan. Tentu saja koordinator liputan tidak bisa menerima laporan yang belum lengkap itu dan menyuruh mereka untuk mencari dan mewawancarai 3 orang yang mereka lewatkan.

"Ke kantin aja yu!" ajak Derbie yang sungguh ingin memperbaiki moodnya dengan makan beberapa cemilan sebelum melanjutkan mengerjakan laporan.

"Ayo aja, lagipula 15 menit lagi istirahat," ujar Earlene setuju dengan ajakan Derbie. Dawson tidak bisa menolak atau melawan kedua temannya itu, jadi ia menyetujuinya karena dia pun merasa agak haus.

Pada akhirnya kantin menjadi tempat pelampiasan ketiga reporter yang sedang dirundung sedikit rasa kesal karena laporannya tidak diterima itu. Ya memang salah mereka karena melewatkan aspek penting dalam meliput kasus, tapi bila disuruh mengulang dan pergi mencari korban untuk diwawancarai itu cukup merepotkan.

"Bisa-bisanya aku beneran jadi reporter," ucap Dawson setelah meneguk sodanya hingga tersisa setengah. Earlene dan Derbie otomatis mengubah perhatian mereka menjadi fokus pada pria dengan nama depan Radcliff itu dan menunggu kalimat lanjutannya.

"Rame sih, tapi kalo kejadian kaya gini ngerepotin," lanjut Dawson. Earlene refleks mengangguk menyetujui ujaran Dawson.

"Tapi emang dulu kamu ga punya niat lain selain jadi reporter?" tanya Derbie. Dawson menatap Derbie untuk beberapa detik sembari mengingat-ngingat cita-citanya dulu.

"Pengennya sih, jadi jaksa." Earlene sedikit terkejut mengetahui cita-cita Dawson yang diluar dugaan. Derbie sampai tersedak jus mangga yang sedang ia minum. "Jaksa? Serius?" Sepertinya Derbie memang tidak percaya jika Dawson benar-benar pernah ingin untuk menjadi jaksa dulu. Dawson tahu teman-temannya pasti akan bereaksi seperti sekarang, ia hanya mengangguk kecil.

"Kenapa?" tanya Earlene singkat. "Bajunya keren," jawab Dawson. Sungguh itu bukan alasan yang normal bagi sebagian besar orang bukan, tapi itulah Dawson.

Argh Radcliff Dawson. Batin Derbie kesal. Ia memutar bola matanya malas dan langsung menunduk menyesal karena sempat merasa kagum padanya beberapa detik yang lalu. Ternyata firasatku sudah bagus tadi, aku terlalu memberi harapan pada manusia ini. Sambung Derbie dalam hati. Bagaimana dengan Earlene? Wanita itu hanya menatap Dawson tanpa berbicara sedikitpun. Ia sudah menduga hal seperti ini akan terjadi.

Akhirnya mereka memilih melanjutkan memakan camilan mereka masing-masing daripada mengumpat pada Dawson.

"Ahahahahaha tapi jujur sih, aku emang dulu ga 100% niat masuk fakultas jurnalis waktu di kuliah juga," Dawson tertawa seakan tak merasa bersalah.

Not The Same Both [ON HOLD]Where stories live. Discover now