Part II: Case

27 2 0
                                    

Kini malam kian melarut namun Derbie masih setia mematung di depan layar laptopnya. Jari jemarinya bergerak kesana kemari menekan tombol-tombol yang berderet di keyboard.

"Aku perlu kopi." Bukan kali pertama Derbie mengatakannya, ini sudah yang kedua kalinya. Ia berjalan meninggalkan meja kerjanya lalu menuju dapur. Matanya membulat ketika tak sengaja melihat jam dinding di sana. "Astaga! Sudah mau jam 12."

Buru-buru Derbie kembali ke meja kerjanya, mengabaikan kemauannya untuk menyeduh kopi.

Sekarang bukan saatnya untuk kopi, pikirnya. Segera Derbie selesaikan pekerjaan sebelumnya dengan cepat karena merasa malam sudah sangat larut. Ia pun harus istirahat cukup.

Akhirnya. Ucapnya dalam hati lega. Ya, laporan yang beberapa waktu lalu ditolak oleh koordinator liputan itu akhirnya telah selesai Derbie susun kembali tepat sebelum jarum jam menunjuk angka 1. Derbie memang bertugas untuk menyusun naskah laporan di timnya, maka dari itu hanya dia yang melakukannya, bukan Dawson ataupun Earlene karena mereka bertiga pun memiliki tugas yang berbeda.

Derbie segera menjatuhkan dirinya di atas single bed miliknya itu. "Astaga badanku remuk-remuk rasanya."

Kenikmatan yang hakiki.

Semua lelah dan pegal yang ia rasakan sedari tadi kini mulai melayang hilang beserta kesadarannya dan tergantikan oleh bunga tidur.

🏢🏢🏢

Suara samar dering telepon membuat wanita yang sedang tertidur itu pun terusik. Tangannya mencari benda pipih yang menjadi sumber suara itu namun tetap membiarkan matanya terpejam. Seseorang ternyata tengah meneleponnya. "Halo?" jawab Derbie dengan suara parau begitu menjawab telepon tadi dan menempelkannya di telinga.

"Derbie kau masih tertidur? Kamu bercanda? Hey cepatlah bangun dan kemari! Laporannya ada padamu. Kau tidak boleh telat!" pekik seseorang di seberang sana. Derbie sedikit terkejut mendengar suara Dawson yang terdengar panik.

"Emangnya sekarang jam berapa sih? Kayaknya masih pagi," balas Derbie santai dengan masih tetap memejamkan matanya.

"Bodoh! Ini sudah jam setengah 7. Apa kamu lupa kalau laporan itu harus ada di meja Mr. Jacob sebelum jam 7.15?" Jacob, sang koordinator liputan. Mata Derbie yang semula masih terpejam kini langsung terbuka lebar dan langsung menghempaskan selimut yang dipakainya lalu berjalan ke kamar mandi.

"Astaga! Dawson, mengapa tidak menelepon dari tadi?" ujar Derbie sembari mengambil handuk yang digantungnya di pintu kamar. Dawson yang tidak terima disalahkan terus mengomel di telepon namun tak Derbie hiraukan.

Semua persiapan kerja Derbie siapkan dengan buru-buru namun tetap teliti dan tidak meninggalkan barang penting satu pun. Ia pergi keluar rumah dengan cepat dan berharap ada taksi yang datang namun ternyata tidak.

Taksi oh taksi datanglah cepat. Derbie terus menerus mengulang kata-kata itu dalam hati berharap Tuhan mengabulkannya. Oh God 5 menit lagi sebelum jam 7.

Untunglah kantor tempatnya bekerja tidak terlalu jauh dari rumah Derbie, mungkin hanya memakan sekitar 15 menit, jika jalanan tidak macet tentunya. Sayangnya ia sempat mendengar berita radio pagi tadi berkata bahwa jalanan arah ke kantornya cukup padat.

"Taksi!" Derbie memberhentikan kendaraan yang ia incar sedari tadi itu. "Time Warner," ucapnya begitu masuk ke dalam taksi.

"Terlambat nona?" tanya si supir. Derbie refleks mengangguk menjawabnya. Sepertinya supir itu mengerti, karena ia mulai mengendarai taksinya sedikit mengebut, menyalip sana-sini dan beberapa kali terlihat memotong jalan.

Not The Same Both [ON HOLD]Where stories live. Discover now