24

827 94 7
                                    

"Good morning, pacar."

Baru saja aku membuka pintu, manikku langsung disambut badan Joan yang berdiri didepanku. Bahkan maniknya menatapku dengan senyum hangatnya,

Deg... Deg...

Pliss... Jantung Caca dah gak kuat, tolong!!!!

Joan kamu itu kenapa sih makin hari makin menjadi!

"Kok gak dibales?"

Mendengar ucapan Joan, aku dengan linglung langsung mengangkat wajahku menatapnya, lalu tersenyum.

"Selamat pagi, Joan."

Joan mengacak rambutku lalu dirapihkan lagi, kemudian dia menyodorkan plastik bening berisi bakpao. Aku menatap Joan bingung, melihatku Joan langsung terkekeh.

"Nih buat sarapan, aku tadi gak sengaja ngelihat ada yang jual waktu kesini."

Aku mengangguk lalu tersenyum senang, segera aku meraihnya.

"Terima kasih Joan!"

Joan tahu ajaaa, semalam padahal aku cuma iseng buat story aku pengen makan bakpao. Ah, aku gak tahu kalau Joan bakal beneran belikan.

Joan mengangguk, lalu menatapku intens.

"Ayo jalan? Aku sengaja juga biar kita bisa berangkat bareng."

Wajahku merona mendengar ucapan Joan, lalu aku mengangguk dengan semangat. Segera aku menyuruh Jika menunggu agar aku izin ke mama Ten, setelah itu aku keluar lagi.

Kini Joan dan aku sudah berada di atas motor cowok itu, Joan masih belum jalan.

"Joan kenapa?"

"Pegangan yang benar, ntar jatuh."

Aku seketika merasa deja vu, Joan juga mengatakan hal itu waktu aku pertama kali berangkat ke sekolah bareng Joan. Waktu itu masih sebagai orang lain tapi sekarang rasanya berbeda..

Wajahku memerah waktu mengingatkan diriku kalau sekarang aku pacar Joan.

Joan yang merasa aku tidak bergerak, langsung meraih tanganku dan memasukannya kedalam saku Hoodie hitamnya. Aku langsung terbelalak mendapat perlakuan Joan.

"Nah, sekarang aman."

Lalu Joan segera melajukan motornya meninggalkan rumahku, sepanjang jalan aku hanya menikmati sanderan di punggung Joan. Aku bahkan tidak sadar kalau kaca spion Joan selalu mengarah padaku, tidak sadar kalau Joan selalu memperhatikanku dari sana.







Aku segera turun dari motor Joan ketika cowok itu sudah memakirkan motornya, Joan juga ikutan turun sebelumnya dia melepas helmnya dan menyugarkan rambutnya. Ugh tampan banget!

Joan menatapku yang masih diam menatapnya, lalu senyum smirk muncul dibibirnya.

"Pacar Caca ganteng yah?"

Aku tanpa sadar mengangguk dengan cepat membuat tawa renyah Joan mengalun ditelingaku. Tiba-tiba aku melotot saat sadar apa yang aku lakukan.

"Imut."

Joan mencubit pipiku pelan, kami sedang berjalan di lorong kelas yang masih belum ramai. Untung saja soalnya aku memang tidak suka menjadi pusat perhatian.

Apalagi ketika mata para murid siswi menatap Joan, huh rasanya aku ingin mencolok mata mereka semua. Tak tahukah Joan itu milik Caca!

Tiba-tiba tangan Joan menarikku, membuatku tersadar dari lamunanku. Aku segera memiringkan kepalaku, bingung.

"kenapa Joan?"

Tanpa membalas perkataanku, Joan langsung menunduk dan berjongkok di kakiku. lalu tanpa membiarkan mencerna semua itu, Joan sudah mengulurkan tangannya dan mengikat tali sepatuku yang bahkan aku tidak sadar sejak kapan benda itu terlepas.

"Joan..."

Pupilku membesar menatap punggung Joan, ketika selesai mengikat tali sepatuku. Joan kembali berdiri, tangannya terulur mengacak rambutku dengan senyum lembut yang terpatri di wajahnya. Maniknya menatap lurus tepat ke manikku.

"Ceroboh banget,"

"Terima kasih Joan."

Dia langsung mengangguk, lalu mencubit pipiku lembut.

"Lain kali perhatikan tali sepatumu, kalau jatuh bagaimana?"

Aku mengangguk, entah kenapa aku susah mengucapkan sepatah kata. Masih syok dengan tingkah Joan, Lalu pipiku terasa panas mendengar kalimat Joan.

"Atau biar aku yang akan mengikatnya jika tali sepatumu terlepas lagi."

Dia lalu menggenggam tanganku dan membawaku kembali berjalan menuju kelasku. Aku tiba-tiba merasa perutku penuh dengan kupu-kupu,

Arghhhh Joannnn! Nyebelin tapi Caca suka.. Huhuhu...

Tapi langkah kami harus berhenti lagi ketika Marco menghadang,

"Ca gue mau bicara sama lo."

"Gue ikut."

Marco mendelik tak suka ketika Joan membalas perkataannya, aku mendadak pengen bawa Joan jauh-jauh sekarang. Marco lo emang dedemit yah! Bahkan baca situasi saja gak bisa.

"Gue mau bicara sama Caca tanpa ada orang lain. Intinya gue cuma mau sama Caca."

"Gue bukan orang lain, gue pacar Caca. Intinya gue harus ikut."

Lalu selanjutnya aku melihat mata Joan dan Marco saling bertatapan seakan mengibarkan bendera permusuhan. Melihat hal itu, aku mendadak jadi patung tidak tahu harus melakukan apa.






TBC

Fallin' Love (Nohyuck gs) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang