Chapter 2 - Andin Kritis

1.6K 74 4
                                    

Terima kasih telah berjuang Ndin, saya Aldebaran Alfahri mencintai kamu Andini Kharisma Putri
_Aldebaran Alfahri_

Aku yakin bahwa pilihan ku untuk tetap hidup adalah keputusan yang tepat
_Andini Kharisma Putri_

____________________________________

Al yang hendak pergi ke kantor polisi bertemu dengan Surya dan Sarah.

"Bagaimana kondisi Andin Al?" Tanya Surya. "Andin kritis pah" jawab Al. "Ya Allah Ndin, sekarang kamu mau kemana?". "Aku ada urusan sebentar pah, pah saya mau tanya apa benar bukan Andin yang bersalah dalam khasus pembunuhan itu?". "Bukan Al, bukan Andin yang membunuh pria itu. Kamu tau darimana?". "Pah, aku titip Andin sebentar ya pah" ucap Al. "Yaudah kamu hati-hati ya Al". Ucap Surya. "Nanti kalau ada apa-apa kabarin saya ya pah". Ucap Al. "Iya".

Al pun berpamitan dengan Surya dan Sarah.

Gawat nih, sepertinya Al sudah tau kalau bukan Andin yang bunuh Roy. Aku harus segera hubungi Elsa. Batin Sarah

"Pah, aku ke kamar mandi dulu ya" ucap Sarah. "Yaudah, biar papa yang jaga Andin". Ucap Surya. "Iya pah"

Toilet
Mama Sarah pun menelpon Elsa.
"Halo Sa, gawat sa." Ucap Sarah. "Gawat kenapa sih mah?" Jawab Elsa. "Al udah tau kalau bukan Andin yang bunuh Roy" ucap Sarah. "Apa, tadi dari mana Al tau kalau bukan mba Andin yang bunuh Roy?" Ucap Elsa. "Mama juga gak tau sa, kamu harus berhati-hati mama gak mau kalau kamu masuk penjara" ucap Sarah. "Tapi aku harus gimana mah?". "Mama minta kamu secepatnya pergi dari Jakarta, selamatkan diri kamu. Kamu harus kabur dari sini." Ucap Sarah. "Tapi aku harus kemana mah?". "Ya mana mama tau, pokoknya kamu harus kabur secepatnya sa". "Iya-iya mama tenang dulu, aku akan coba pikirkan bagaimana caranya supaya mereka tidak menangkap aku". "Yaudah, mama tutup telponnya. Mama udah ditunggu papa". "Iya mah".

Mampus gue, Al udah tau kalau bukan mba Andin yang bunuh Roy. Gue harus gimana nih? Batin Elsa
____________________________________

Kantor Polisi
Al yang baru sampai segera menemui pihak polisi.
"Gimana pak, kita berangkat sekarang?" Ucap Al. "Kita akan pergi sebentar lagi pak, silahkan menunggu di ruang tunggu".

Al pun ke ruang tunggu untuk menunggu semuanya siap. Dan tak berapa jauh Irvan pun sedang menunggu proses penangkapan. Karena duduk mereka tidak jauh maka mereka pun bisa saling mendengar kalau salah satu nya sedang mengobrol.

"Gimana, kamu udah ketemu Andin?" Ucap Irvan kepada seseorang di telepon. "Belum pak" ucapnya. "Kalian gimana sih, pokoknya saya mau kalian segera menemukan Andin". "Baik pak"

Agrrh, ucap Irvan kesal. "Yang sabar om, Andin pasti ketemu" ucap Rafael (anak angkat om Irvan). "Gimana mau sabar, semuanya gak ada yang becus, kamu tau kan kita udah berapa tahun cari Andin tapi sampai saat ini belum ada hasilnya". "Pokoknya kamu harus bantu papa cari Andin" ucap Irvan lagi. "Iya pah, saya pasti bantu papa. Tapi pah, gak takut kalau nanti Andin ketemu dia bertanya kenapa papa baru nyari dia sekarang. Kenapa gak dari dulu aja? Trus apa papa gak takut kalau musuh papa akan menyerang Andin nantinya" ucap Rafael. "Kalau soal itu biar papa yang menjelaskan ke Andin nanti. Dan kalau soal musuh, papa gak akan biarkan Andin terluka sedikit pun. Papa akan bawa dia jauh dari Jakarta, papa akan bawa dia ke Singapura agar dia aman dari musuh papa. Karena itu kalau Andin udah ketemu, papa akan sembunyikan Andin dulu" jelas Irvan. "Oke pah" ucap Rafael.

Ikatan CintaWhere stories live. Discover now