17. HEHA

11.5K 984 32
                                    

Guin menyesap teh nya perlahan, meresapi setiap rasa menenangkan yang tercipta dari seduhan early grey yang dibuatkan pelayan hotel. Ia dan teman-temannya sedang menempati tempat makan di sayap kiri hotel, pihak hotel sempat mengkonfirmasi apa ada menu tambahan untuk diner yang diinginkan Guin atau tidak, dan ia mengatakan tidak menginginkan menu tambahan, Guin menolak lebih jauh lagi terlibat dengan Kaisar.

Siapa Kaisar?

Kini benaknya bertanya-tanya. Apa ia bertanya saja kepada Airlangga. Tidak. Itu tidak akan mengubah apapun. Mungkin lebih baik Guin bertanya langsung kepada Kaisar.

"Nona, silahkan. Eton mess dari tuan Kaisar" seorang banquet memberikan semangkuk dessert khas Inggris tersebut kepada Guin. Tak mau membuat kehebohan dengan menolak, Guin mengambilnya dan mengucapkan terima kasih.
Disampingnya, ada Mila. Dia adalah bendahara di kepanitiaan acara malam keakraban ini. Gadis itu berdecak pelan.

" Cowok itu kelihatannya tulus Guin, Lo nggak mau mencoba?" Alih-alih heboh, Mila justru menanyakan hal yang tidak disangkanya.

" Lo tau ?"

" Gue bisa lihat pancaran matanya, enggak ada obsesi. Malah kayak rindu yang menggebu. Cek Arah jam 2" Guin menengok sesuai arahan Mila, ia menemukan Kaisar menatapnya dalam, pria itu  mengenakan kaos Nike warna hitam, yang justru membuat dirinya menjadi pusat atensi orang-orang. Guin melotot memandangi balik pria itu, namun justru dibalas dengan senyuman oleh Kaisar. Tapi tidak ada senyum jenaka, justru terlihat kepedihan dimatanya.

"Gue perhatiin kalian agak mirip, emm, bedanya itu cowok matanya biru sementara Lo coklat. Gue kira dia sepupu Lo yang Lo lupakan, atau kakak atau jodoh Lo kali" Mila terlihat berpikir keras.

" Well, makasih mil, tapi enggak, gue enggak merasa ada kemiripan apapun dengan dia, gue terlalu ketimuran untuk dia yang kebaratan"

'siapa Kaisar? Mengapa seperti familiar?' Guin baru menyadarinya sekarang ketika matanya membalas pandangan pria itu.

"Dih, ngeselin banget sih, bete deh gue mil" Guin sebal karena mata Kaisar semakin menyorot kepadanya, Guin tahu ini mulai tidak benar, provokasi Mila membuat dirinya berpikir hal random.

"Yang ngeselin itu Lo kali Guin, diperhatiin cowok tipe model Calvin Klein gitu malah Lo sewotin, hadeuhh.. gue ga bisa mikir" Mila geleng geleng kepala.

"Gue kan udah punya cowok, wajar dong kalo gue bersikap defensif mil. Gue mau setia. Titik."ucap Guin menggebu-gebu.

HP Guin bergetar, memunculkan nama suaminya. Hatinya tiba-tiba sesak. Ia rindu pria ini. Guin lalu mengangkat panggilan itu tanpa pergi dari kursinya.

"Hii, mas. Udah makan?" Begitu suara prianya mengalun, sebuah rasa senang menyusup begitu saja.

"....." Alis Guin mengkerut. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri. Ia menoleh di bangku Kaisar, dan mendapati Airlangga berada disamping pria itu. Astaga. Guin menutup mulutnya .

"Mas udah dari tadi?, Kok aku baru sadar"

" Mas baru datang," Airlangga melambaikan tangannya ke arah Guin.

Suaminya itu memakai Hoodie putih beserta topi putihnya, membuatnya tampak paling bercahaya di ruangan ini. Guin tersenyum di seberang.

"Pacar Lo?" Mila bertanya.

Guin mengangguk, ia sudah tidak memandangi Airlangga di ujung sana. Airlangga bilang dirinya sengaja menyusul Guin. Guin kembali berkutat dengan dessert yang belum ia sentuh. Ia akan memakannya untuk menghargai Kaisar. Guin belum tahu Siapa Kaisar, tetapi melihat cara Airlangga berinteraksi dengan pria itu, Guin berasumsi mereka dekat.

"Guin, kayaknya Gue mending cabut duluan. Gak baik jadi obat nyamuk"Guin tau apa yang Mila maksud, ia hanya mengangguk mengizinkan Mila berlalu dari kursinya. Tak lama kemudian, Airlangga duduk di sampingnya disusul Kaisar. Sekarang Guin diapit oleh kedua pria itu.

"Hii," Airlangga menyapa Guin.

Airlangga menyapanya, membuat Guin tak berkedip beberapa saat. Bahkan setelah mereka bersama Guin masih belum terbiasa terkena radiasi kharisma Airlangga.

"Hi,"

"Sayang" Airlangga mengarahkan Guin untuk menengok pria disampingnya. Kaisar.
Pria itu sedari tadi hanya diam, Guin merasa ada kegelisahan yang dirasakan olehnya. Tapi kenapa?

Akhirnya mereka bertiga memutuskan pergi ke tempat yang disebutkan Airlangga. Situasi ini sungguh diluar bayangan Guin. Ia merasa sedikit terintimidasi berada ditengah-tengah kedua pria ini. Airlangga menggandeng tangannya. Sementara Kaisar justru tersenyum simpul, namun  semua orang dapat melihat ada tatapan sedih dimatanya.

Jangan-jangan Kaisar menyukaiku? Guin berpikir keras.

"Guin, ada 1 orang lagi yang ingin bertemu dengan kamu. Kita berangkat sekarang. Tidak baik membuatnya menunggu." Lagi Airlangga menggandeng tangannya erat. Menyalurkan perasaan rindunya lewat genggaman itu. Namun ada hal yang membuat Guin sedari tadi tidak tenang. Ia belum mengetahui tujuan pertemuan ini yang bahkan sampai melibatkan Kaisar.

"Ini dimana mas?" Tanya Guin setelah mereka sampai di tempat yang dituju.

"HEHA" Kaisar menjawab, sedari tadi pria itu hanya diam, seperti memendam emosi namun Guin mengabaikannya.

"Eh, oke" Mereka bertiga berjalan masuk lalu duduk di sebuah angkringan sederhana di HEHA. Kaisar menelpon seseorang yang diyakini Guin adalah orang yang tadi disebutkan Airlangga.

"Kamu kenal wanita ini?" Kaisar menyodorkan selembar foto lawas kepada Guin. Foto itu berisi seorang wanita dengan 2 orang anak lelaki.

Guin menggeleng, ia tidak mengenali wanita itu. Namun ketika melihat sosoknya, jantung Guin terasa nyeri. Ada apa?. Ia menatap Kaisar yang mengusap wajahnya kasar.

"Kai, sudahlah. Itu sudah sangat lama. " Airlangga ikut bicara, mengontrol suasana.
Ia menatap lekat Guin.

"Sayang, wanita itu mama kandungmu, Jennifer El-Rhodes. "

Tes

Entah kenapa nyeri itu membuatnya meneteskan air mata, rasa membuncah tumbuh di dalam hatinya.

Mama.

" Mas, kenapa? Siapa papa Lucas dan mama Lisa jika mereka bukan keluarga ku, juga mengapa Oma lebih menyayangi aku daripada cucu-cucunya yang lain?" Guin menuntut. Ia terengah-engah. Sebuah rasa sakit, sesak di dalam hatinya muncul.

" Lucas Atmadjati memang benar papamu, tapi mama Lisa bukan ibu kandung mu. Jennifer El-Rhodes lah ibu kandungmu. Lucas Atmadjati menikahi ibumu ketika beliau dibuang oleh keluarga Rhodes, namun setelah 5 bulan usiamu, Alexander  Rhodes tiba-tiba menginginkan mantan istrinya kembali tanpa bayinya. Mama Lisa adalah pelayan setia ibumu, beliau yang mengasuhmu " Dalam satu tarikan nafas, Airlangga mengatakan kalimat yang sudah dipendamnya sejak satu bulan yang lalu.

Nafas Guin rasanya tercekat, udara seakan-akan dipaksa berhenti, menyumbat dadanya. Tangannya terasa dingin, kenyataan ini belum bisa ia cerna. Ia shock.

"Ma...ma" bulir bulir air mata merembes tanpa bisa ia cegah, tak berniat mengusapnya juga. Ia menelungkupkan wajahnya ke meja, ia hanya ingin menangis untuk sesaat, ah apa harapannya untuk bertemu dengan ibu kandungnya terlalu muluk-muluk?. Sudah sangat lama ia ingin dipeluk oleh sesosok ibu.

Guin mendongak, kali ini ia menatap Kaisar.  Sekelebat ucapan Mila mengalun di kepalanya.

'Gue perhatiin kalian agak mirip, emm, bedanya itu cowok matanya biru sementara Lo coklat. Gue kira dia sepupu Lo yang Lo lupakan, atau kakak atau jodoh Lo kali'

'kalian agak mirip'

"Kai...sar, kamu..." Guin memandangi Kaisar dalam.

"Aku pamanmu, Guin"

______________________________________________

Vote dan komen ya gaiss...hehehe

The Minister is MineDove le storie prendono vita. Scoprilo ora