43. ALEXANDER EFFECT

7.1K 706 31
                                    

Guin termenung sendirian di kamarnya. Kilauan air kolam dibawahnya juga suara tawa dari beberapa sepupunya di ruang keluarga membuatnya gamang. Setelah makan malam bersama keluarga besarnya hari ini, ia menyadari bahwa dunianya tidak akan sama lagi.

Kembali terbesit sekelebat kenangan kala dia masih menjadi pelayan hotel dulu. Saat gadis seusianya sibuk menikmati waktu luang atau liburan singkat dihari libur, ia harus bersusah payah melayani berbagai jenis pelanggan, dengan berbagai karakter dan kebutuhannya. Atau ketika neneknya meninggal dan membuatnya dipaksa untuk serba bisa melakukan upaya bertahan hidup sendirian. Sampai saat lulus SMA, dia ditendang dari rumah neneknya. Pelakunya bukan lain adalah Armada Atmadjati. Pria itu bahkan merampas beberapa perhiasan khusus yang diwariskan sang nenek kepadanya. Ia diusir dari rumahnya hanya dengan beberapa baju lama. Guin masih kesal sendiri ketika mengingat pengalaman buruk dengan sang paman dimasa lalu.

Mungkin sejak dulu keluarga Atmadjati sudah mengetahui bahwa dirinya bukanlah keturunan Lucas Atmadjati, bukan bagian dari keluarga Atmadjati. Sehingga saat neneknya meninggal, tidak ada yang mau menampungnya.

Dititik terendahnya saat itu, dirinya berhasil bekerja disebuah toko buku kecil untuk memenuhi kebutuhannya.
Hingga suatu hari dirinya bertemu Ibrahim dalam suatu kecelakaan kecil. Ibrahim kecopetan dan secara kebetulan pencopet tersebut terpeleset tepat dihadapan Guin yang saat itu sedang lewat. Dengan keberanian yang ia miliki, Guin segera memeluk sang pelaku agar pergerakannya melambat. Disusul senyum puas dari Ibrahim.

Ibrahim, pria yang sekarang menjadi Kakaknya. Pria itu menawarinya pekerjaan sebagai banquet di salah satu hotelnya dengan kompensasi atas hari masuk untuk belajar di universitas. Jadi Guin hanya bekerja saat Sabtu dan Minggu. Sebut saja ini awal dari keberuntungannya, karena Ibrahim juga memberinya kelonggaran lain, seperti mengikuti kegiatan praktikum lapang di hari Sabtu. Namun Guin akan menggantinya dengan hari lain, bahkan sesekali membolos kuliah untuk memenuhi kewajibannya bekerja. Bagaimanapun, dia harus profesional.

Ah, kenangan itu. Guin menyeka air matanya yang turun tiba-tiba.

Rupanya banyak hal yang terjadi di hidupnya.

"Guin," Kaisar memanggil, menyentak Guin dari lamunannya akan masalalu.

"Iya, kak" Ia berjalan cepat menuju pintu, tak ingin kakaknya menunggu. Kaisar masuk begitu kamar adiknya terbuka.

"What are you doing here? Hmm." Kaisar menyadari jejak air mata di pipi adiknya. "Ayo turun. Our relatives are going to their home ". Ia menggandeng Guin dengan lembut, menggiringnya menuju keluarga besar mereka.

"Sekarang kamu benar-benar memiliki sebuah keluarga, Guin. Jangan bersedih lagi" ucapnya sambil menuruni tangga.

Setibanya di ruang keluarga, ada beberapa pasang keluarga sedang bercanda dan bergosip seputar hal-hal random. Alexander Rhodes menghampirinya.

"Guin, come. We are your family. "Alexander kembali memperkenalkan Guin kepada 2 Saudaranya. Miranda Rhodes dan Theresia Rhodes. Juga kepada para sepupunya.

"Guinina. Don't be hesitate to contact me okayyy." Guin tersenyum haru menyambut keramahan Daisy. Sepupunya yang saat ini sedang berkuliah di Singapura." Aku bisa sikit cakap bahasa"lanjutnya.

"Ahahaha, akuu bise siiikiit cakap bahase. Hahahahahaa" Ibrahim tertawa kencang membuat Daisy merengut kesal.

"Ibra, you better shut up now. Non sense"

" Ohohoho, little Daisy was angry"

Plak.

"Shut up" peringat Kaisar setelah menepuk pundak Ibrahim dengan tekanan yang cukup kuat.

The Minister is MineWhere stories live. Discover now