"Brengsek! Berani sekali menaruh bos Yakuza di tempat pembuangan sampah! Siapapun itu, bakal ku patahin lehernya!" Samatoki menghentak-hentakan kakinya penuh amarah. Memangnya orang waras mana yang dengan bodohnya menaruh sang Penjaga Yokohama di atas tumpukan sampah berbau menyengat? Orang itu pasti sudah bosan hidup.
"Sial! Mana bau banget lagi!" Ucapnya sembari mengendusi baju mahalnya.
Samatoki berhenti melangkah. Menatap langit senja yang siap berganti menjadi gelap malam.
"Ini bukan Yokohama." Ujarnya pelan.
Samatoki masih muda. Setidaknya dia masih belum menginjak umur 30, jadi ingatannya masih normal. Yang ia ingat, dirinya tertidur di atas ranjangnya. Lalu, bagaimana mungkin dia terbangun di atas tumpukan sampah? Apa Jyuuto sedang menjahilinya sebagai bentuk balas dendam karena sering menyusahkan sang Polisi Berkacamata itu?
Tidak!
Walaupun Jyuuto memiliki banyak dosa, ia tak kan tega melakukan hal seperti itu padanya. Kalaupun ingin balas dendam, mungkin dengan cara yang lebih elit. Seperti merusak rem mobilnya, mungkin?
Selain itu, tempat ini bukanlah Yokohama yang ia kenal. Toko dan rumah yang mengelilinginya sangat asing. Tapi entah mengapa ada setitik kerinduan di dalamnya.
"Seperti..."
BRUK
Belum selesai ia bergumam, ia dikejutkan dengan adanya bocah yang jatuh terduduk setelah menabraknya.
"Sakit bocah! Apa-apaan kau hah?!"
Oh ayolah! Sang Bad Boy Yokohama tengah menahan amarah! Apa kesialan tengah menghantuinya saat ini?!
"Ma...maafkan aku!" Bocah itu berdiri. Kaki dirapatkan, wajah menunduk menahan rasa takut.
"Apa itu cara meminta maaf yang benar hah?! Liat orangnya kalau mau minta maaf!"
Samatoki sebenarnya tidak terlalu marah walaupun bocah di depannya sudah menabrak dirinya tadi. Hanya saja ia sedang kesal dengan berbagai hal. Sehingga tanpa sadar bocah inilah yang ia jadikan pelampiasan amarahnya.
"Maafkan aku Paman. Aku tidak sengaja." Ucap sang bocah akhirnya. Tatapan penuh rasa takut terlihat jelas dari manik rubynya.
Manik ruby?
Ya. Bocah di depannya ini memiliki sepasang manik ruby.
Dan juga...
...rambut seputih salju di musim dingin.
'Apa-apaan ini?!'
"Pa...Paman. Ma...maafkan aku karena menabrakmu." Ucap sang bocah lagi mengulang permintaan maafnya.
"...nama..."
"Eh?"
"Siapa namamu?"
Sang bocah terdiam. Kebingungan tercetak jelas di wajah polos dengan plester yang menghiasi pipi kiri dan dahi sebelah kanannya. Hingga ia memberanikan diri untuk berucap pelan, "Samatoki."
Leader MTC itu mematung. Batinnya berteriak. Permainan takdir konyol macam apa yang mulai menjerat dirinya ini?!
"Pa...Paman?" Suara penuh takut terucap di bibir mungil sang bocah. Cukup menakutkan melihat orang dewasa yang tadinya marah-marah padamu kini diam seribu bahasa.
"Berhenti memanggil ku Paman, Bocah! Aku belum setua itu!" Ujar Samatoki akhirnya.
"Maaf." Lirih sang bocah. Sesegera mungkin ingin rasanya ia pergi dari tempat itu. Kalau bisa. Hanya saja, ada yang aneh dari Paman di depannya. Setelah memarahinya tadi, Paman berambut putih itu hanya menutup mulutnya. Tidak menyuruhnya pergi. Tidak pula menunjukkan tanda-tanda akan memukulnya.
YOU ARE READING
7 DAYS 『完』
Fantasy"Kau menginginkannya kembali bukan? Maka akan Ku kabulkan. Berbahagialah, wahai Aohitsugi Samatoki." "Aku memang ingin kembali seperti dulu. Tapi aku tidak mau melihat ini semua!" "Bengsek! Persetan dengan Penguasa Waktu dan Dunia! Aku tidak butuh p...
