Fantasy - Watanabe Haruto

931 121 14
                                    

Cieee malmingan sama Uto..





Stt, bantuin barang kali ada typo atau kesalahan kata.. komen ya
_________

Langit mulai menguning, semilir angin membawa arak-arakan awan putih berlalu. Burung-burung gereja terbang melintas, kembali ke sangkarnya masing-masing.
Jalanan sore kota ini cukup padat. Beberapa orang bersiap untuk kerja jam malam mereka. Beberapa lagi sudah kusut kelelahan setelah seharian bekerja. Beberapa melangkah riang dengan seragam sekolah yang sudah acak-acakan, bercengkrama dan bercanda ria dengan teman sebaya.

Gue sendiri duduk di halte bus, sibuk menatapi kegiatan orang-orang yang berlalu lalang di hadapan gue.

Sudah setahun sejak pertama kali gue menginjakan kaki di negeri bunga sakura ini.

"Aku mau cepet pulang, mama pasti udah masak enak di rumah."

"Aduh telat, mampus. Ini hari pertama gue lagi."

"Anak-anak pasti seneng aku bawain ayam goreng."

"Naik bus atau jalan kaki aja ya?" "Hmm. Jalan kaki deh, lebih hemat sekalian olahraga. Duitnya bisa buat beli yang lain."

"KYAAA!! YOSHINORI GANTENG BANGET!"

"Ish, alay banget gitu doang seneng." Padahal dia sedang memuji barang yang baru saja di beli temannya.

"Harusnya tadi gue kerjain lebih serius, ini gimana kalo mama tau ulangan gue cuman dapet C?"

Dan semuanya masih sama. Di bagian dunia manapun, akan tetap bising buat gue.

Gue menaikkan volume musik yang sedang gue dengarkan melalui earphone. Hmm masih jadul, tapi Its okay, toh masih berfungsi dengan baik. Itu udah lebih dari cukup.

Pandangan mata gue mengikuti saat ada seorang cowok berpakaian tertutup melangkah melewati gue, perawakannya tinggi sekitar 180-an, masker hitam yang masih dia pakai padahal bukan masa pandemi lagi. Hingga dia duduk di kursi paling ujung di halte.

Tidak terlalu jauh dari posisi gue duduk, mungkin masih menyisakan tempat untuk tiga orang.

Gue termenung, masih mengamati sosok cowok itu yang kini merunduk sibuk mengetik di ponsel apelnya.

Kenapa cowok itu sunyi?

Gue mengerjap, "maaf." Cicit gue kecil saat dia membalas tatapan gue tepat. Sorot matanya tajam membuat gue merinding seketika. Yaa gimana pun gue pantas mendapatkan itu karena ketidaksopanan yang sudah gue lakukan.

Tapi, bagaimana pikirannya kosong?

Atau..

Tapi nggak mungkin..

Gue bisa mendengar pikiran orang, bahkan gue selalu tau. Dan karena itu gue selalu siap kapan pun dosen mengadakan kuis dadakan. Ulangan lisan gue selalu lancar berkat dosen yang selalu memikirkan jawaban dari pertanyaan yang beliau ajukan ke gue..

Jadi mustahil..

Gue melepas earphone.. kembali mengamati sekitar.

Dan orang-odang yang berlalu lalang masih terdengar begitu jelas di telinga gue.


"Ehem." Gue menoleh, mendapati cowok tadi sudah tepat duduk di samping gue. Dia mengalihkan tatapan ke arah jalan raya di hadapan kami. "Sorry bikin Lo takut."

Segitu kentaranya?

Gue meneguk ludah, "no problem. Harusnya gue yang minta maaf udah bikin Lo nggak nyaman." Ujar gue yang dia angguki.

Treasure ImagineWhere stories live. Discover now