Bab 10

164 19 5
                                    

Sejak kejadian itu, di mana tindakan bodoh yang dilakukannya, Fahira memilih menjauhi Ardhan. Saat dia melihat cowok itu dari arah berlawanan, Fahira berbalik badan. Jika Ardhan bersama temannya menemui tempat para perempuan kelasnya dengan urusan makan, Fahira sembunyi dari penglihatan orang-orang yang bersangkutan. Termasuk semua orang di kelas cowok itu yang mengetahui segalanya. Berita tersebut menyebar dengan cepat, membuat hidup Fahira menjadi pusat perhatian.

Perwakilan senior sepakat untuk tidak memberitahu guru-guru mengenai apa yang dialami siswi 11 IPS 1 itu. Sempat menyepakati bersama dengan orang yang berpautan. Fahira menyetujuinya, ia juga tidak mau masalah ini jadi urusan berkepanjangan.

"Nih, mi lo!" Acha menyodorkan mangkuk dari tangan kanannya. Aroma kaldu menyeruak indra penciumannya.

Bukannya Fahira sengaja menyuruh Acha memasakkannya. Hanya saja, tetangga mereka tengah memasak nasi goreng bersama para laki-laki, Fahira harus bersembunyi. Kebetulan Acha lapar dan gadis itu tahu alasan Fahira, ia tidak keberatan membuat dua porsi mi instan lengkap dengan sayur dan telur.

"Enak juga masakan lo," goda Fahira seusai menyuap satu sendok kuah ke dalam mulutnya.

"Yee... jarang masak gini gue jago bikin mi instan," Acha berkata bangga. Kembali menyendokkan makanan di dalam mangkuk tersebut. "Eh, btw itu Bang Ardhan lagi ngaduk nasi. Gile. Lo yakin nggak mau liat kepiawaian doi masak? Mana peluh-peluh lagi, behh..."

Fahira menghela napas gusar, "Diem lo!"

Acha terkikik geli. Senang sekali melihat temannya ini kesal. Seandainya Fahira membawa teropong, sudah tentu dia akan memfokuskan Ardhan sebagai objek penglihatannya.

"Assalamualaikum..." sahut Nazwa bersamaan dengan Tiara, mereka sehabis balik dari main di sungai.

"Wa'alaikumussalam," tak lupa Acha dan Fahira menjawab salam. Keduanya merasa aneh sebab teman satu tendanya tidak balik bersama. Padahal sebelumnya mereka pergi bertiga.

"Mila mana, dah?" Acha mewakilkan tanya yang satu pemikiran dengan Fahira.

"Itu, Mila lagi asik banget di sungai sama gebetan barunya. Pas kita mau balik, disuruh duluan sama dia," jawab Tiara dengan suara bocah andalannya.

"Gebetannya si Danu anak IPA itu, kan?" Fahira bertanya penasaran. Masih menyandang gelar gebetan membuat Mila menutup mulut pada teman-temannya, tak mau bicara terlalu banyak.

"Iya," balas Tiara sambil mengangguk, "mau dong, Cha!" Tanpa persetujuan Acha, Tiara mengambil alih mangkuk tersebut ke tangannya. Tidak memperdulikan Acha yang sedang nikmat menyeruput minya.

Acha melotot garang, "Iiihh, nggak bisa gitu, lah. Itu punya gue kalau mau bikin sendiri, dong!" Gadis itu kembali merebut mangkoknya, "lagi enak makan diganggu."

Tiara cemberut seraya menjorokkan bibir bawahnya, "Minta dikit doang, pelit banget."

"Ya udah nggak usah gitu, Tir. Aku buatin mi buat kamu, ya?" Tidak ingin temannya bergaduh, Nazwa menawarkan diri memasak untuk Tiara.

Tiara tersenyum sumringah, "Iya, unchh... Nazwa baik banget deh jadi temen," kata-kata cewek itu dibalas putaran bola mata oleh Acha.

Nazwa lantas berdiri menuju dapur di belakang tenda. Tak sengaja ia malah menginjak jari kaki Acha, membuat sang punya kaki memekik tak tertahan.

"ADUUHH KAKI GUEE!!"

Nazwa berjingkat panik, "Maaf, Acha. Aku nggak sengaja."

Fahira yang menyaksikan itu hanya bisa menahan semburan tawa.

***

"Emangnya lo kenal sama dia, Dhan?" Celetuk Fino dengan mulut yang masih mengunyah.

Sebersit Rasa Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ