Chapter 1: Sebuah Kabar

26 0 0
                                    

Terdengar samar-samar suara kicauan burung yang baru saja singgah di salah satu pohon rindang di taman istana, tidak luput juga suara langkah kaki seorang pemuda yang sedang tergesa-gesa menuju suatu tempat. "Dimana jubahku?!" Serunya kepada para pelayan yang mengikutinya, ia tidak mengalihkan pandangannya ke depan.

Di lain tempat, ada seorang perempuan dengan dangui putih menatap tajam kepada Nain yang berjaga di depan kamar putra mahkota.

"Dimana Jeoha?" Tanya perempuan itu penuh penekanan. Nain yang disudutkan olehnya tidak bisa menjawab dan hanya bisa menundukkan kepala dengan wajah yang ketakutan.

"Apa kau tidak memiliki mulut?!" Bentak perempuan tersebut yang tak lain adalah Park Song-hwa. Tidak lama kemudian, seorang Nain lain menghampirinya lalu membisikkan sesuatu di telinganya.

"Aku mengerti... ayo," ujar Song-hwa berlalu sembari melemparkan tatapan tajam kepada nain yang menjaga kamar putra mahkota tersebut.

Jeonghae menghembuskan napas dengan lega setelah menghentikan langkahnya di depan Jagyeongjeon. Sesaat kemudian, ia mengingat sesuatu. "Dimana Putri mahkota?" Tanyanya kepada Dayang Heo yang berjaga di depan ruangan Ibu Suri. 

Belum dijawab oleh Dayang Heo, panggilan dari belakang Jeonghae membuat pemuda itu menoleh kearah sumber suara. "Saya di sini," Song-hwa menghampirinya dengan langkah yang lebar.  Tidak lupa ia memberikan hormat kepada putra mahkota walaupun hatinya sedang diselimuti kekesalan akan ketidakhadiran Putra Mahkota sebelumnya di istana Donggung.

"Apa kau melupakan waktumu?" Tanya  Jeonghae memanasi Song-hwa.

"Seharusnya saya yang menanyakan pertanyaan itu kepada anda, Jeoha,"  balas Song-hwa penuh sengit, ia sudah berusaha menahan kekesalannya, tapi Jeonghae sendiri yang memancingnya.

Jeonghae tersenyum miring. "Benarkah kau mencari ku sepagi ini?"

"Saya tidak mencari anda. Itu sudah menjadi kebiasaan anda bukan ... menghilang di pagi hari,"  tajam Song-hwa.

Dayang Heo menahan napas melihat kedua majikannya bertengkar di pagi hari ini. Ia sudah terbiasa melihat peristiwa seperti ini. Namun, sepertinya pertengkaran kali ini tidak sesuai dengan kondisi yang sekarang. Kedua majikannya sedang ada di depan kediaman Ibu Suri yang sedang menunggu kedatangan mereka.

Sebelum waktu pagi akan habis hanya karena pertengkaran mereka berdua, Dayang Heo membuka suaranya untuk menghentikan mereka. "Maaf, Seja jeoha, Bingong-mama... Daebi-mama sedang menunggu kedatangan kalian," sela Dayang Heo.

Song-hwa dan Jeonghae menghembuskan napasnya dengan kasar, segera saja mereka memalingkan wajah, menyadari kesalahan yang telah mereka perbuat di depan kediaman Ibu Suri. Pertengkaran pun terhentikan dan suasana menjadi hening sesaat.

"Beritahu kedatangan kami," perintah  Jeonghae kepada Dayang Heo.

"Daebi-mama... Seja Jeoha dan Bingoong-mama datang untuk melaksanakan salam pagi!" Seru Dayang Heo.

"Masuklah..." perintah wanita dari dalam

Ketika terdengar perintah dari dalam, pintu Jagyeongjeon terbuka lebar. Jeonghae dan pun Song-hwa masuk secara bersamaan.
Setelah mereka berdua memberikan hormat kepada Ibu Suri, suara Ratu Yoon membuat mereka kompak menoleh ke arah wanita itu. "Aku ingin memberikan kalian berita baik kepada kalian," ujar Ratu Yoon tidak menghilangkan senyuman di bibirnya.

Karena Jeonghae hanya terdiam tak menggubris perkataan Ratu Yoon, Song-hwa lantas mempertanyakan berita yang akan diberitahu oleh Ratu Yoon.

A Destiny In SilenceWhere stories live. Discover now