26

429 41 7
                                    

Content warning// slightly mature—be wise!

"Ayo pulang." Kale telah berdiri di hadapan meja Sara. Membuat wanita itu menarik napas jengah.

Lantas Sara memasukkan barang-barangnya ke dalam tas pink miliknya. Setelah menutup tas tersebut, ia berdiri dan berjalan terlebih dulu meninggalkan Kale.

Hubungan mereka semenjak pertengkaran malam itu menjadi lebih renggang. Kale menjadi lebih pendiam, walaupun kadang sifat perhatiannya sering muncul. Ia tipikal yang mengungkapkan rasa sayangnya melalui perkataan dan perbuatan. Tetapi tetap, pria itu menjaga jarak. Sedangkan Sara juga turut menjadi lebih diam dan acuh. Tak jarang ia mengabaikan ucapan Kale yang berakhir dengan ceramah pria itu atau mengeluarkan aura dominasinya yang membuat Sara mau tidak mau menurut karena takut.

"Kamu mau jalan?" Tanya Kale sesaat setelah berhasil menyamakan langkah Sara. Ia teringat ucapan wanita itu tadi malam.

"Ya." Jawabnya dingin.

"Yaudah ayo. Ke mall biasa kan?" Pria itu menggandeng tangan Sara yang berakhir dengan tepisan pelan.

"Aku mau jalan sendiri."

"Aku antar." Sara hanya diam dan membuka ponselnya. Percuma jika ia menolak, Kale akan tetap mengantarkannya. Tipikal pemaksa.

"Sara." Suara pria yang berjalan cepat ke arah mereka membuat mereka menoleh ke belakang. Nathan melambaikan tangan sembari tersenyum lebar menghampiri mereka lalu berjalan beriringan.

"Hai Kale." Sapanya ramah yang dibalas dengan senyuman tak kalah ramah.

"Sara, bantuin aku dong." Pintanya memelas.

Wanita itu sempat melirik Kale sejenak sebelum membalas perkataan Nathan. "Bantuin apa?"

"Pilihin kado buat Laura." Ia menyengir. Sontak Sara berhenti, begitupun dua pria yang berjalan bersamanya. Raut mukanya tampak terkejut sekaligus senang. Bagaimana tidak? Laura yang susah membuka hatinya untuk orang lain kini tengah menjalani masa pendekatan dengan Nathan. Pasti Ai senang mendengar ini.

"Kamu sama Laura?" Tanya Sara sembari menahan senyum melupakan rasa kesalnya. Membuat Kale menaikkan alis karena tidak paham. Sedangkan Nathan hanya mengangguk dan tersenyum lebar.

"Iya, aku sama Laura lagi pdkt. Bantuin makanya. Aku baru tau kalau Sabtu ini dia ulang tahun."

"Yaudah, aku juga mau ke mall ini. Sekalian deh beliin buat Laura." Nathan tampak antusias. "Ketemuan langsung di sana aja."

Nathan mengangguk kencang dan mengacungkan jempol. "Oke, ini berangkat ya."

"Aku ikut." Ucap Kale sesaat setelah mereka memasuki mobil.

"Gak, aku males sama kamu."

"Masa aku biarin kamu jalan sama cowok lain."

"Cuma buat beliin Laura, habis itu pisah." Jelasnya singkat. Malas menghadapi Kale yang pasti akan tetap menemaninya.

"Sama aja. Gak ada penolakan. Ditemenin atau gak sama sekali?" Mobil mereka berjalan keluar area parkiran kampus. "Sara, you choose."

Sara kesal setengah mati. Ia menahan emosinya dengan memakai airpods dan memutar lagu yang dapat membuatnya tenang. Mengabaikan ucapan Kale. Sudah pasti pria itu akan menemaninya, untuk apa ia memilih.

***

"Laura suka warna pink." Ucap Sara ketika disuruh memilih antara dua notebook dengan motif berbeda.

Nathan teringat akan Sara yang membeli notebook hitam di awal pertemuan mereka. Sehingga ia sedikit terinspirasi untuk memberikan Laura hadiah yang serupa. Saat ini, ketiganya tengah berada di toko khusus yang menjual notebook. Mulai dari berbagai motif, ukuran, dan warna. Lalu ada pula berbagai stationary kit yang memanjakan mata.

Something, We Called It LoveWhere stories live. Discover now