Keadilan Yang Jelas - Bag. 1

26 2 2
                                    


"Kak ayolah makan lagi, tanggung nih!" ajak Amel yang memaksa Clara untuk membantunya menghabiskan sarapan mereka.

Sambil mengikat ponytailnya didepan sebuah cermin Clara menjawab,
"Aku udah kenyang, kamu habiskan aja,"

"Eeh. Okelah kalau gitu," lanjut Amel kemudian menghabiskan sarapannya.
"Mau kemana?" tanyanya melihat Clara yang sudah bersiap dengan pakaian kesatrianya.

"Aku mau ketemu Zain dulu," jawab Clara terus merapikan penampilannya.

"Cie cie, ada yang mau ketemuan nih," goda Amel padanya membuat wajah Clara memerah.

"Enggaklah! Bukan itu! Aku cuma mau ket–.. Bukan-bukan! Aku cuma mau ketemuan biasa kok," bantahnya.

Melihat tingkah Clara yang tiba-tiba canggung, membuat Amel tertawa ditengah makannya.
"Ahaha. Tuh kan apa kubilang, Kak Clar–" ucapannya terhenti karna tersedak.

"Mampus," ledek Clara sambil tersenyum melihat hal konyol itu.

"Kakak jahat!" rengek Amel setelah meminum segelas air.

"Yaudah, aku pergi dulu," ucap Clara sambil berjalan keluar kamar.

"Oke, nanti kususul!" sahut Amel sambil melambaikan tangannya.

...

"Zain," panggil Clara yang berdiri di depan kamar Zain.

"Iya sebentar," jawab Zain dari dalam, diikuti langkah kakinya yang terdengar mendekati pintu.

"Ada apa?" tanya Zain setelah membuka pintu kamarnya.

"Gak keberatan kalau kita bicara didalam?" pinta Clara.

Zain mengangguk, dan mempersilahkan Clara untuk masuk.

"Ini tentang pengadilan Arif hari ini," ucap Clara memulai obrolan.

"Pengadilannya yah.. Aku juga cemas sih soal pengadilan Arif," jawab Zain sambil duduk di tepi ranjangnya.

"Bukan itu, aku cuma pengen kasih tahu kalau pangeran bakal bantu Arif dengan jadi pengacaranya," ujar Clara yang duduk di kursi kamar.

Ucapan Clara membuat Zain bertanya-tanya.

"Bukannya pihak kerajaan gak bisa ikut campur dalam pengadilan?"

"Mungkin maksud ikut campur itu adalah menjadi bagian dalam acara pengadilan itu sendiri, sedangkan untuk pengacara, mereka tidak terikat dengan perjanjian pengadilan tentang larangan itu," jawab Clara menduga  hal itu.

"Gitu yah, itu sih kabar baik namanya," balas Zain setelah memahami penjelasan itu.

Clara menatap cemas kearah Zain.
"Lalu apa yang harus kita lakuin?" tanyanya kemudian.

Tanpa kembali bertanya, Zain mengerti apa yang ditanyakan Clara tentang sesuatu yang harus mereka perbuat.
"Benar juga, kita akan ditetapkan sebagai korban dari kasus Arif,"

"Apa kamu benar-benar yakin kalau semua ini cuma kesalahpahaman?" tanya Clara yang ragu.

Zain terdiam sesaat sembari mengingat kejadian waktu itu...

Ia masih mengingat perkataan perempuan yang tiba-tiba membantunya saat itu:
"Sekarang bukan waktunya bertanya! Aku akan membantumu menyadarkan si Excalibur itu!"

Dunia BaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang