CHAPTER THREE

341 183 829
                                    


🍍🍍🍍

BRAK

Iyan menyaksikan langsung orang yang tertabrak, di mana darahnya begitu mengalir deras dari kepalanya.

"Abhi," lirih Iyan.

"Abhiii!!!" teriak Iyan kemudian ia terjatuh di samping Abhi.

"Abhi! In-" Iyan sudah tidak sanggup berkata kata lagi.

"Hiks." Suara yang di tahan oleh Iyan pun keluar, ia tidak sanggup melihat darah begitu mengalir deras. Bahkan hampir sampai di kakinya.

"Iyan, kita makan dulu yuk," ajak Abhi.

"Ta-"

Ucapan Iyan terpotong saat Abhi menarik tangannya. "Udah! Jangan pake nangis juga, Abhi masih hidup kok."

"Bukan gitu Abhi, Iyan kesian sama orang yang ke tabraknya. Pasti gak sakit."

"Iyan! Orang yang ketabrak pasti sakit, bukan gak sakit! Kecuali tuh setan, baru dia kagak sakit." Abhi cukup kesal juga dengan Iyan.

"Hehehe, maaf Bhi. Kan Iyan gak tahu," kata Iyan sambil cengengesan.

"Yaudah, lain kali gak usah lebay kayak tadi lagi," sungut Abhi.

"Iya Abhi."

"Mpok! Pesen nasi sama telur ceplok terus- Iyan mau apa?"

"Iyan samain aja sama Abhi."

"Sama sayur asemnya satu yah Mpok, minumnya air putih aja."

"Di tunggu yah."

Iyan sudah tidak sabar menunggu makanan itu datang, apalagi dengan sayur asem kesukaannya.

"Ini yah adek-adek."

Iyan langsung menyantap makanan itu. "Baca doa dulu," ucap Abhi.

"Astaga, Iyan lupa Bhi." Iyan dengan cepat berdoa, ia sudah sangat lapar.

"Udah Bhi."

"Yaudah makan."

Akhirnya setelah sekian lama, mereka bisa makan nasi. Rasanya sudah hampir satu minggu mereka hanya makan roti, itupun satu berdua.

"Bhi," panggil Iyan.

"Iya?"

"Waktu di taman, aku nemu rumah pohon."

"Terus?"

"Gimana kalo kita tidur di sana saja?"

"Boleh boleh saja."

"Huh, alhamdulillah," ucap Abhi ketika selesai makan.

"Iyan udah?"

"Dikit lagi," sahut Iyan.

"Mpok!"

"Iya?" tanya mpok pemilik warung.

"Berapa Mpok?"

"Nasi sama telor ceplok 2 porsi harganya 10 ribu, sayur asem 5 ribu. Jadi semuanya 15 ribu dek," jelasnya.

"Ini Mpok." Abhi memberikan uang 100.000 ribu.

"Jadi kembaliannya 85.000 ribu yah."

"Iyan udah Bhi."

"Yaudah, yuk."

"Makasih yah mpok."

"Sama sama."

Malam semakin larut, tapi mereka berdua belum juga sampai taman itu. Tadi mereka cukup berjalan jauh dari taman.

Because He's BentalaWhere stories live. Discover now