limerence, two

602 99 4
                                    

Jam setengah sepuluh pagi ketika jam istirahat dibunyikan, Eric menghembuskan napas berat. Hari ini benar-benar hari yang berat. Bukan karena hinaan yang ia dengar terus-menerus, namun sikap aneh anak baru membuat Eric tak nyaman.

Selalu menatap Eric terang-terangan, namun saat dibalas menatap ia mengalihkan pandangan. Memangnya ada apa diwajah Eric?

Ada kotorankah?, batin Eric panik yang langsung mengaca di kamera depan ponselnya.

“Gak ada apa-apa tuh?” gumam Eric bingung. Mengalihkan pandangan, pemuda ‘Kim’ itu sedang menyantap bekal yang dibawanya.

Eric mendengus, memilih membereskan mejanya sebelum ia pergi ke perpustakaan seperti biasa untuk membaca buku. Baru saja akan beranjak dari kursinya, gebrakan meja mengagetkannya.

Yeonwoo Kang, pemuda kelas sebelah yang sering mengganggu Eric— datang lagi.

“Mau kemana lo?”

Eric menelan ludah, tak berani menatap mata Yeonwoo dan teman-temannya yang sedang menatapnya merendahkan.

“P-perpustakaan,” jawab Eric lirih.

Brak!

Gebrakan meja terdengar lagi, kini lebih keras. Yeonwoo menatap Eric tajam, sedangkan murid lain asik melihat— terhibur akan ulah Yeonwoo yang menindas pemuda Sohn.

“Lo lupa kerjaan lo ngapain?”

Eric tak menjawab. Ia meremas-remas tangannya ketakutan. Sedikit melirik Sunwoo, namun pemuda itu masih asik makan disampingnya tanpa mempedulikan situasi disekelilingnya.

“Udah mulai berani ya lo sama gue? Anak miskin gak usah belagu deh lo! Ayo, ikut gue!” Yeonwoo menarik paksa tangan Eric keluar kelas.

Pergelangan tangannya ditarik kuat hingga memerah membuat Eric meringis kesakitan. Kakinya dipaksa berjalan cepat menyamai langkah Yeonwoo padahal kaki Eric mudah kram.

Tak hanya sampai disitu, saat sampai di kantin padahal niat Eric ingin menenangkan diri di perpustakaan— tangan Eric ditarik paksa ke depan, hingga pemuda Sohn itu jatuh tersungkur dihadapan Yeonwoo.

Yeonwoo mengambil sebotol air mineral—entah punya siapa—dari atas meja, membuat Eric gemetar ketakutan. Tahu firasat buruknya tak pernah salah, sehabis ini tubuhnya akan basah kuyup.

Byur!

Dan benar saja ketika Yeonwoo membuka tutup botol, air mineral sebotol disiram ke tubuh Eric tanpa sisa. Disusul dengan siraman lain— bukan lagi air mineral, namun minuman manis seperti es teh dan susu— membuat badan Eric sekarang lengket dan bau.

“Ini hukumannya kalo lo pura-pura lupa sama tugas lo,” Yeonwoo menginjak pergelangan kaki Eric membuat si empunya meringis kesakitan.

Air mata menggenang dipelupuk mata, Eric tahan tangisannya ketika injakannya semakin kuat— Yeonwoo hampir menumpukan semua berat badannya di sana.

Harapannya untuk penderitaan hari ini yang segera berakhir pupus ketika salah satu teman Yeonwoo menendang punggung Eric hingga dahi Eric tak sengaja mengenai ujung meja kantin hingga berdarah.

Yeonwoo tertawa puas, berjongkok didepan Eric yang kesakitan. Memajukan badannya, berbisik pelan yang membuat Eric melebarkan matanya tak percaya.

“Gue benci punya saudara tiri kayak lo, Ric.”

Setelahnya Eric hanya bisa merasakan kepalanya dipukul berulang kali, sebelum kesadarannya benar-benar menghilang. Didetik-detik sebelum ia memejamkan mata tak sadarkan diri, Eric menangkap bayangan Sunwoo di kejauhan, menatapnya sekilas sebelum berjalan pergi dengan cepat.

limerence, sunricWhere stories live. Discover now