1.2

189 30 0
                                    

"Eonnie, masih marah?"

Disinilah Chaeyoung akhirnya terhenti, depan pintu kayu bercat putih dengan tulisan Alice's di atap pintunya.

Sudah beberapa kali ia mengetuk pintu namun tak ada sahutan atau jawaban sedari tadi, gadis itu menghela nafasnya dan kembali turun ke bawah.

"Bagaimana?"

Chaeyoung menggeleng kecil, "Tidak ada jawaban."

Pria di hadapannya itu langsung menarik gadisnya untuk duduk di samping tempat ia duduk, lalu menggenggam tangannya erat sambil mengelusnya sangat halus.

"Dia akan keluar nanti, tenang ya?"

"Kalau tidak?"

"Jangan pesimis, sayang."

"Aku hanya khaw-"

"Ey, kalian sudah pulang?"

Kedua insan yang sedang bersedih itu melirik ke arah pintu masuk, terdapat seorang wanita yang sedang membawa satu paperbag dan tersenyum hangat.

"Eonnie, tidak dikamar?"

"Tidak, aku tadi sedang mengambil paketku yang tertukar dengan tetangga sebelah." Ujar Alice menimpali.

Ia duduk di kursi sebelah kanan dekat Chaeyoung duduk dan melihat adiknya dengan seksama.

"Kau tau, astaga aku baru tau tetangga kita memiliki anak seumuranku yang sangat tampan."

Chaeyoung dan Jimin saling menatap.

"Eonnie menyukainya?"

"Ya! kau pikir saja, mana mungkin aku tidak menyukai pria tinggi dengan wajah tampan dan otot bisep yang sangat- ah so perfect."

Gadis berambut pirang itu menunduk, lalu sedikit menghela nafas untuk menenangkan dirinya yang khawatir sejak tadi.

"Loh Rosé? why?"

"Aku kira tadi Eonnie marah."

Alice tersenyum hangat sambil meraih salah satu tangan adiknya untuk ia genggam, lalu mengusapnya persis seperti yang tadi Jimin lakukan.

"Aku mengerti apa yang kau rasakan, namun jika Park bantet Jimin itu kembali menyakitimu aku tak akan tinggal diam." Alice menatap sinis Jimin.

"Jadi aku boleh berpacaran dengan Jimin Oppa?"

Alice menganggukan kepalanya dan tersenyum manis, menciptakan senyuman indah di bibir Chaeyoung yang langsung memeluk kakaknya tanpa aba aba itu.

"Aku sayang Eonnie."

"Aku lebih menyayangimu."

Mereka berdua berpelukan tanpa memikirkan seorang pria yang sedang melihatnya dengan tatapan iri sekaligus bingung namun ada rasa senang juga di tatapannya itu.

"Ekhem, aku masih disini." Jimin menyadarkan mereka

•••

"Jadi, bagaimana kuliahmu?"

"Aku kembali kuliah di Seoul, Noona."

Alice mendengus singkat lalu memutar bola matanya kesal, "Tak ada gunanya kau memutuskan adikku, pria aneh."

Jimin menggaruk tengkuk belakangnya yang tidak gatal, lalu melirik Alice yang tengah mencibir kesal sedari tadi.

"Kau mendapat adik ipar sarjana SNU, apa itu tidak membanggakan?"

"Aku sarjana Harvard, diam kau."

Chaeyoung tertawa kecil sambil menutup mulutnya yang kini penuh dengan makanan, menyaksikan adegan saling kesal ini cukup seru ternyata.

"Apa kalian tidak bisa diam dan makan saja?"

"Tidak."

"Tidak."

Sedetik kemudian Chaeyoung mengerucutkan bibirnya mendengar jawaban serentak kekasih dan kakaknya itu, sebenarnya siapa yang sepasang kekasih? mengapa Jimin dan Chaeyoung sendiri tidak pernah kompak?

- 61121 -

love me again : jiroséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang