Part 9: Target

616 84 4
                                    


Sam Phraya telah sampai di markas prajurit penjaga perbatasan di Kerajaan Utara. Tujuannya datang kesana adalah untuk memantau apakah ada pergerakan dari musuh, karena anak panah dari kerajaan musuh ditemukan di tengah hutan dekat tepi perbatasan. Terlebih lagi, seseorang telah berani-beraninya menargetkan Artitthaya. Tentunya hal itu membuat Sam semakin geram.

"Apa kalian sudah menemukan orang yang mencoba memanah istriku?", tanya Sam Phraya pada kepala penjaga. Namun, prajurit itu menggelengkan kepala, menandakan bahwa ia belum menemukannya.

Sam mengamuk. "Kalian sudah ku perintahkan untuk menjaga setiap pintu keluar agar orang itu tidak dapat kabur!"

"Kami sudah melakukan apa yang Adipati perintahkan. Tetapi memang tidak ada yang mencoba keluar."

Sam Phraya melihat di tepi perbatasan, tidak ada tanda-tanda dari pasukan musuh ingin melakukan serangan. Lagipula tidak mungkin kerajaan musuh itu dapat menyerang lagi begitu cepat setelah mengalami kekalahan yang cukup parah. Sam menyadari bahwa orang yang menargetkan Artitthaya bukanlah prajurit musuh. Orang itu sengaja menggunakan anak panah dengan lambang kerajaan musuh untuk menarik Sam Phraya pergi meninggalkan istana.

"Artitthaya...."

"Adipati? Ada apa?", tanya Panglima Asnee yang menyaksikan raut wajah Sam Phraya berubah penuh kecemasan.

"Kita harus kembali sekarang paman. Artitthaya dalam bahaya."

Sam tanpa basa-basi langsung memacu kudanya untuk berlari sekencang mungkin.

***

Artitthaya tengah berada di bagian belakang istana. Tepatnya ia berada di lokasi kandang kuda. Ia datang kesana karena dua anak serigala yang ia bawa pulang dibuatkan sebuah kandang di sebelah kandang kuda.

"Permaisuri. Mengapa Yang Mulia kemari? Tempat ini kotor.", tanya seorang pelayan istana yang bertugas sebagai penjaga dan pemelihara kuda.

"Aku ingin memberi makan anak serigala yang aku bawa pulang.", jawab Artit.

"Biar saya saja, Permaisuri. Sudah menjadi tugas saya untuk memelihara hewan-hewan dalam istana."

Tetapi tawaran pelayan itu langsung ditolak oleh Artit.

"Tidak. Dire-wolf adalah hewan berbahaya. Cara untuk menjinakkannya adalah dengan merawatnya dari kecil. Biar aku sendiri yang bertanggung jawab atas 2 hewan itu agar tidak menyakiti siapapun."

Pelayan itu hanya bisa menurut dan membiarkan Artit masuk sendiri ke dalam kandang. Begitu Artit datang membawa seonggok daging merah, kedua anak serigala itu langsung mendekati Artit.

Artit tersenyum sembari mengelus kedua anak serigala itu ketika sedang makan. Salah satu cara untuk mengurangi sifat agresif serigala adalah harus membiasakan serigala itu agar tidak terlalu mempertahankan makanannya, karena makanan merupakan salah satu hal paling utama dalam memicu keagresifan serigala. Dalam kehidupan serigala yang tinggal berkelompok, sang alfa harus makan terlebih dahulu. Biasanya alfa akan sangat agresif jika ada serigala lain dalam kelompoknya yang berani mengusiknya ketika sedang makan.

Kedua anak serigala itu nampak menerima kehadiran Artit dan tidak agresif mempertahankan makanannya. Sepertinya keduanya telah menganggap Artit sebagai pengganti induknya.

"Kalian gemesin banget sih... Aku kasih nama kalian apa yaa?? Hmm... Chaya dan Thaya kayanya lucu."

Tiba-tiba kedua anak serigala itu berhenti makan dan melangkah mundur pelan-pelan dalam posisi untuk mempertahankan diri. Artit langsung tersadar bahwa ada seseorang yang kini ada di belakangnya.

The ThroneWhere stories live. Discover now