II. Sarapan

534 49 1
                                    

Naruto baru saja menyelesaikan mandi, rambutnya masih basah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Naruto baru saja menyelesaikan mandi, rambutnya masih basah. Ia memilih pakaian di lemari, bertepatan dengan Naruto yang hendak melepaskan handuk yang melilit tubuhnya—Sasuke masuk ke dalam kamar menampilkan seringai.

“Apa yang kamu lihat?!” tanya Naruto meninggikan suaranya saat melihat tatapan Sasuke menatap liar tubuhnya.

“Hanya melihat saja. Kamu tidak perlu malu, aku sudah melihat semuanya,” goda Sasuke membuat wajah Naruto merona seketika karena malu.

Dengan cepat Naruto kembali memilih pakaian untuk digunakan tidur. Sasuke hanya memperhatikan sambil tersenyum tapi kemudian alisnya berkerut saat menyadari ada yang tidak beres dengan pipi kiri Naruto. Tentu saja Sasuke khawatir, panik mendekati Naruto. Menarik Naruto lebih dekat padanya.

“Pipimu kenapa?” Sasuke bertanya, tangannya menyentuh pipi kiri Naruto terlihat memerah meskipun sudah agak putar, tapi bekasnya masih terlihat.

“Tidak apa-apa. Hanya kecerobohanku menabrak tiang rambu lalu lintas, aku tidak memperhatikan jalan.”

Sasuke menggelengkan kepalanya. “Apa ada sesuatu yang membuatmu tak fokus?”

“Aku tidak fokus karena memikirkanmu,” balas Naruto yang tentu saja membuat Sasuke tercengang seketika. Detik berikutnya Naruto sangat malu dan langsung bersembunyi ke dalam selimut. —“Maaf, aku berbohong.”

Sasuke tersenyum lebar dan menghampiri Naruto yang terbalut selimut, ia memeluk lelaki manis itu sambil mengelus-ngelus kepalanya. “Sebelum tidur, obati terlebih dahulu lukanya jangan sampai lupa.”

Naruto mengangguk sebagai jawaban tapi belum sempat ia beranjak, Sasuke sudah lebih dulu meraih sebuah salep yang ada dalam lemari nakas. Salah satu tangannya menepuk sisi kasur—memberi tanda agar Naruto duduk di sampingnya. Dengan lembut lelaki berambut raven itu mengoleskan salep pada pipi halus Naruto. Kedua pasang mata saling memandang dalam, entah siapa yang memulai jarak di antara mereka mulai menipis dan perlahan mata Naruto tertutup setelah akhirnya merasakan kelembutan pada bibir tipisnya, mereka berciuman cukup lama dan semakin dalam—lidah Sasuke sudah menelusup masuk dan mengobservasi mulut Naruto.

Sudah lama mereka tidak kembali seintim ini, jadi Naruto membiarkan Sasuke melepaskan satu persatu kancing piyama yang dipakainya. Ia berbaring perlahan setelah tangan kanan Sasuke mengelus perut dan dadanya. Namun, belum sempat Sasuke membuka celana Naruto, sebuah ketukan pintu menganggu kegiatan keduanya. Sasuke tampak malas untuk beranjak dan menyudahi kegiatannya tapi Naruto sudah kembali memakai piyamanya dan beranjak membuka pintu kamar.

Sakura berdiri di depan pintu dengan malu, sejujurnya ia tahu apa yang dilakukan kedua lelaki itu di kamar tapi ia tetap memilih menganggu. “Maaf, aku menganggu. Ibu menghubungiku untuk meminta Sasuke tidur di kamar kami,” ujarnya sambil menunjukkan rekaman telpon di mana terdengar suara Mikoto berbicara, “Sakura, ajak Sasuke untuk tidur bersama. Kalian, kan sudah menjadi suami istri, mengapa harus tidur terpisah?”

Sayonara Memory | SasuNaru ✓Where stories live. Discover now