XXV. Selamat Tinggal Kenangan

807 70 15
                                    

Apa yang diucapkan Kurama terlalu menyakitkan untuk didengarkan tetapi setelah dipikir sepanjang malam—itu benar adanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Apa yang diucapkan Kurama terlalu menyakitkan untuk didengarkan tetapi setelah dipikir sepanjang malam—itu benar adanya. Ia tidak bisa terus berada di situasi yang ambigu dan aneh, terus berada di samping Sasuke; Naruto hanya menjadi orang yang egois di saat Sasuke sendiri juga sangat mencintai Sakura dan anaknya.

Tidak ada lagi tempat di Uchiha bagi Naruto, ia kini hanya seperti parasit sehingga akan lebih baik jika pergi seperti apa yang diinginkan oleh semua orang termasuk keluarganya.

Sebelum pulang ke rumah, Naruto meminta untuk ke rumah Sasuke. Awalnya mendapat penolakan dari Kurama tetapi setelah Naruto berjanji untuk berpisah maka lelaki dengan tempramen keras itu pun mengizinkan.

Rumah Sasuke kini tidak lagi sepi karena sekarang rumah tersebut dihiasi oleh suara tangisan seorang bayi. Langkah Naruto terasa berat untuk masuk, ia sempat terdiam untuk waktu yang lama.

Suara lembut Sakura terdengar menenangkan bayi tersebut, ia tengah menggendong bayinya di halaman rumah. Ketika ia berbalik, kedua mata membulat; terkejut mendapati lelaki yang beberapa hari ini menghilang. Dengan semangat, Sakura menghampiri. “Naru!” sapanya ramah.

“Kau dari mana saja? Kami semua mencarimu, terutama Sasuke, dia sangat khawatir padamu.”

Naruto menundukkan kepala sebelum akhirnya menjawab, “Maafkan aku telah membuat khawatir, lalu sekarang Sasuke di mana?”

“Pergi ke kantor karena ada beberapa masalah di perusahaan, dia benar-benar sibuk akhir-akhir ini.” Tersadar sedari tadi mereka berdiri, Sakura pun mempersilakan Naruto untuk masuk dan duduk di dalam. Seketika Sakura sedikit tertawa. “Padahal ini rumahmu tetapi Naru tampak canggung, justru aku yang terlihat tidak tahu diri karena bersikap seperti nyonya rumah padamu.”

“Tapi kau memang nyonya rumah di sini, Sakura.” Naruto kemudian memandang bayi yang sedari tadi digendong oleh Sakura. “Dia bayi yang sangat lucu, siapa namanya?”

“Sasuke memberinya nama Sakusa.”

“Nama yang bagus.”

Suasana terasa begitu canggung, Sakura juga tidak tahu harus berkata apa lagi. Padahal mereka berdua hanya tidak bertemu beberapa hari saja, tetapi situasi saat ini terasa begitu aneh terlebih dengan sikap Naruto yang terbilang tidak begitu wajar. Tidak terlihat sedikit pun senyum keceriaan dari wajah Naruto, senyuman yang ia berikan seakan menutupi sesuatu yang begitu hampa.

Sakura sebetulnya tidak ingin bertanya tetapi rasa penasaran yang terus berkecambuk akhirnya membuat ia tidak tahan. “Naru, apa ada sesuatu hal yang kau sembunyikan?”

“Hah?”

“Melihat dari sikap dan wajahmu, aku berpikir demikian. Jika bisa ... aku ingin mengetahuinya, mungkin aku bisa membantu tetapi jika kau tidak ingin mengatakannya padaku—tidak apa-apa, aku akan menelpon Sasuke agar segera pulang ke rumah.”

Sayonara Memory | SasuNaru ✓Where stories live. Discover now