III. Bukan Zaka

51 9 0
                                    

Happy Reading

Hari ini, sesuai lokasi yang ditunjukkan maps, Qila akhirnya dapat sampai di studio baru milik Farhad. Dua temannya sudah hadir terlebih dahulu.

"Assalamu Alaikum."

Dengan riang Qila memasuki studio dan tidak lupa bertos ria bersama dua lelaki yang sudah berhadapan dengan computer dan perangkat gambar digital, seperti kebiasaannya.

"Walaikum Salam," Jawab keduanya kompak.

"Udah sarapan, Qil?" Tanya salah satunya yang bernama Juna.

Jika Chef Juna merupakan seorang bertubuh tinggi dan atletis, beda halnya dengan Juna yang satu ini. Sepertinya Qila tak perlu menjelaskan hal itu, karena jika sampai si Juna membaca pikirannya, mungkin Qila bisa K.O saat ini. Karena selain mahir menggambar, Juna juga mahir dalam bidang karate, meski perut buncitnya tak bisa disembunyikan. Ups.

"Udah dong. Kak Gina tuh ngingetin aku terus."

"Kasihan, bukan pacar yang ngingetin." Kali ini sahutan berbeda terdengar dari Mukhlis, lelaki kurus pecinta anime itu cekikikan melihat wajah Qila yang memberengut.

"Jadi pacar aku saja, Lis." Mukhlis mengangkat bahu jijik mendengar guyonan Qila.

"Amit-amit, kau tidak sama dengan Asuka-chan ku yang kiyut." Mukhlis mengangkat gambar seorang cewek hanya dengan berbikini.

Kali ini Qila yang memasang wajah ngeri. Yang dimaksud Mukhlis sebagai Asuka-chan itu bukan Asuka Saito, tapi hasil ilustrasi yang dibuat sendiri oleh Mukhlis. Bayangkan saja, si Mukhlis ini mencintai sesuatu yang unreal dimana ia menggambarkan animasi berwajah kecil, mata besar, dagu lancip dan jangan lupa dengan PD yang bohay.

"Meski gak seimut itu, aku kan nyata," Tambah Qila.

"Setidaknya sana operasi plastik, buat jadi Asuka-chan, baru nawarin pacaran," Ujar Mukhlis dengan wajah bercanda.

Qila mengambil biskuit sachet di tasnya lalu melempar kasar ke arah Mukhlis yang segera menangkapnya tepat.

"Aku dong, Qil," Minta Juna yang segera mendapatkan hal yang diinginkannya dari lemparan Qila.

"Lagian aku sudah punya pacar, yah," Ucap Qila, sambil menyalakan komputer, membuat keduanya tersedak biskuit.

"Kamu LDR-an?" Tanya Juna.

"Nggak lah," Jawab Qila.

"Oh, maksudnya kamu selama ini nyembunyiin pacar kamu di Bandung dari kita-kita?" Tanya Mukhlis.

"Gak juga, baru kemarin kok kita pacaran."

Biskuit Juna terjatuh karena tangannya yang melemah mendengar jawaban Qila. Ruangan seketika senyap.

"Ketemu di sosmed kan? Pas masih PDKT-an di Makassar dan jadian di Bandung, pantas kamu mau ke Bandung," Cengir Juna saat menemukan asumsi baru di otaknya.

"Tidak, kita baru dua hari kenal, terus jatuh cinta pada pandangan pertama dan besoknya dia bilang suka," Balas Qila merasa menang mematahkan segala asumsi kawannya.

"Hey, kita kenal kamu sudah empat tahun, yah. Banyak teman aku yang mau pacaran sama kamu, bahkan ada yang ganteng badai,, tapi sama cowok disini kamu jatuh cinta secepat itu??" Omel Mukhlis dengan ketidakpercayaan.

"Hati kalau sudah cinta tidak bisa dikendalikan kan, Lis? Kamu sendiri gambarin Asuka untuk pertama kali langsung cinta setengah mati, Asuka gak ngapa-ngapain juga tapi di cinta, lah inikan nyata dong, dia tersenyum, ngajak aku bicara, suaranya lembut.. siapa juga gak jatuh cinta," tutur Qila.

Senza Vita [Selesai]Where stories live. Discover now