Jemput

76 6 1
                                    


"Kalo gak dapet izin, berarti kita gak jadi berangkat atau gimana?"

"Atulah, piraku teu jadi ulin? (Ayolah, masa gak jadi main?)"

Tadinya mereka pikir, semua akan berjalan sesuai rencana. Tapi nyatanya, ada satu kendala yang mereka hadapi sekarang. 

Azura belum meminta izin pada ibunya untuk menghabiskan sisa hari itu dengan bermain bersama teman-temannya. Semua yang serba mendadak membuatnya tak sempat mengabari ibunya. Lalu, selagi menunggu Kayas, Kinan, Marun, dan Verdy menunaikan shalat Ashar, Azura mencoba untuk menelepon ibunya.

Anjana dan Ijas sedang pergi ke toilet ketika Azura yang ditemani Genta di gazebo masih mencoba menelepon ibunya. Nadanya tersambung, tapi panggilannya tak kunjung diterima. Bahkan setelah grup shalat Ashar selesai menunaikan kewajibannya dan bergabung di gazebo, belum ada tanda-tanda ibunya dapat dihubungi.

"Kalo Zura gak ikut, gue juga gak ikut ya." sahut Genta. Ia sempat melirik Anjana, lalu Anjana meledeknya dengan membuat gerakan bibir membentuk kata 'kacung' yang dibalas Genta dengan tatapan sinis. Anjana tersenyum geli.

"Sebentar ya, teman-teman. Saya usahakan dulu soalnya saya punya rencana,"

Semua anak saling melempar tatapan heran, tidak terlalu mengerti dengan "rencana" yang dimaksud Azura. Selang beberapa menit, ada panggilan masuk ke ponsel Azura.

"Halo? Ma? Mama lagi sibuk ya? Maaf kalo Zura ganggu, Ma."

"Maafin Mama, Sayang. Tadi Mama masih mimpin rapat. Ada apa? Pak Wis sudah jemput kamu belum?"

"Belum, Ma. Ini... Zura mau minta izin untuk main ke rumah neneknya teman, Ma. Boleh?"

"Teman yang mana?"

"Kinan, Ma."

"Kinan? Teman kamu yang waktu itu ikut ke mobil ya? Yang minta AC mobilnya dikecilin?"

"Bukan, Ma. Itu Kayas. Waktu itu Kinan gak ikut nebeng."

Kayas yang mendengar namanya disebut sontak menatap Azura. Ia memang tidak tahu apa yang sedang Azura bicarakan dengan ibunya, tapi mengapa namanya tiba-tiba saja muncul? 

"Kok feeling gue gak enak ya?" bisiknya pada Genta.

"Kan udah gue bilangin waktu itu, gak usah norak! Tuh, liat sekarang! Lu udah ditandain sama Mama Zura. Hayo loh!" canda Genta. Ia lalu tertawa melihat ekspresi Kayas yang berubah menjadi lebih serius.

Azura melanjutkan obrolan bersama ibunya. Ia terlihat mengangguk sebentar lalu menyerahkan ponselnya pada Kinan.

Kinan kaget dan sempat mematung, merasa bingung karena Azura bilang kalau ibunya ingin bicara dengannya. Kinan lantas meraih ponsel Azura dan menerima permintaan tersebut.

"Ha-halo, Tante. Ini Kinan," ucap Kinan memulai obrolan. "Iya, Tante. Rumahnya gak jauh dari sekolah. Sekitar 15 menit perjalanan. Ada 6 orang lagi yang ikut, Tante."

"Transportasinya gimana? Kalian ke sana naik apa?"

"Rencananya kami mau pesan ojol mobil, Tante."

"Oh, begitu. Ya sudah. Tante titip Zura ya, Kinan. Tolong bantu ingatkan Zura, jangan makan sembarangan."

"Baik, Tante. Terima kasih."

Tak lama, ponsel itu kembali kepada pemiliknya. Azura masih meneruskan obrolan bersama ibunya. Ia sedikit menjauh, hampir mendekati pos sekuriti yang sedang dijaga oleh Pak Tura.

"Ta, Mama Zura orangnya emang begitu ya?" tanya Anjana.

"Kok nanya gue?"

"Ya kali aja tau, hahaha..."

KATUMBIRIDove le storie prendono vita. Scoprilo ora