Tragedi Verdy

99 7 0
                                    


"Gue ini anak sulung dari satu bersaudara."

Kalimat itu sudah terlalu sering Verdy pakai untuk bahan guyonan dengan teman-temannya. 

Kenyataan bahwa Verdy adalah anak tunggal sempat membuatnya sedih. Ia benar-benar mendambakan kehadiran sosok adik dalam hidupnya. 

Tapi jika diingat kembali, hal yang membuat Verdy lebih sedih justru kondisi psikis ibunya yang beberapa kali sempat mengalami keguguran. 

Dan peristiwa yang paling memilukan adalah ketika Ibu Verdy mengalami pendarahan hebat karena ditemukan fibroid atau sejenis tumor yang tumbuh dan menempel di dinding rahimnya. Ia terpaksa harus menjalani prosedur histerektomi atau operasi pengangkatan rahim.

Kejadian itu sudah cukup lama, sewaktu Verdy masih duduk di bangku kelas dua sekolah dasar.

Dulu, Verdy masih tidak mengerti. Mengapa ibunya tidak bisa memberinya seorang adik? Verdy ingin seperti teman-temannya yang turut serta mengajak adik-adik mereka untuk bermain bersama.

Verdy sempat merengek minta diberikan seorang adik. Merengek, seperti seorang bocah minta dibelikan mainan. Ibunya kewalahan untuk memberinya pengertian dan menjelaskan kondisi fisiknya saat itu.

Merasa bersalah karena tidak mampu memberikan Verdy seorang adik, ibunya punya gagasan untuk mengadopsi anak. Kebetulan, saudara jauh ibunya di Malang punya seorang anak perempuan. Dulu ketika berkunjung ke Malang untuk menghadiri pernikahan adiknya, Ibu Verdy secara pribadi pernah mengunjungi anak perempuan tersebut. 

Namanya Jenar dan usianya baru menginjak lima tahun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Namanya Jenar dan usianya baru menginjak lima tahun. Parasnya ayu dan sedikit pemalu. Ia sama seperti Verdy, anak tunggal. Ayahnya telah meninggal dan ibunya sakit-sakitan. 

Dua bulan setelah kunjungannya, Ibu Verdy mendapatkan kabar duka. Ibu Jenar harus memenuhi panggilan takdir untuk menghadap Sang Pencipta.

Ibu Verdy akhirnya memutuskan untuk mempercepat proses adopsi. Setelah mengurus semua dokumen yang diperlukan, akhirnya Jenar pindah ke Bandung dan tinggal bersama keluarga Verdy.

Pada saat itu, Verdy senang sekali akhirnya ia bisa memiliki seorang adik. Awalnya, Jenar masih merasa takut karena belum terbiasa dengan lingkungan barunya. Tapi, hal itu tak berlangsung lama. Setelah hampir satu pekan melewati proses adaptasiakhirnya Jenar dapat berbaur dan menjalani kehidupan barunya bersama keluarga Verdy.

Hari-hari setelahnya, Verdy dan Jenar justru tidak bisa dipisahkan. Keduanya lengket seperti prangko. Anak perempuan yang gemar mengikat rambutnya dengan pita itu sangat lucu dan menggemaskan. Ia selalu membuat Verdy tertawa. 

Perbedaan umur yang hanya berjarak empat tahun membuat keduanya tak membutuhkan waktu terlalu lama untuk menjadi akrab. Layaknya teman sepermainan, mereka selalu menghabiskan waktu bermain bersama. Ke mana pun Verdy pergi, Jenar selalu mengikuti. Verdy sayang sekali dengan adik perempuannya itu.

KATUMBIRITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang