Part 10 : Tidak asing

54 11 1
                                    

    "Aku pulang."

   Suara yang halus itu menggema diseluruh ruangan, tak ada sautan melainkan hanya rasa sunyi yang dirasakan. Adriana tidak terlalu berharap, ia hanya melakukan sebuah formalitas, dan tak menginginkan balasan juga. Dirinya menarik koper mini itu, tanpa menunggu lagi langsung memasuki kamarnya yang berada dilantai dua.

     "Ini hari senin, mungkin arseno sudah pergi ke kantornya." Guman adriana, memutar kenop pintu kamarnya yang tertutup.

    Begitu terbuka, adriana sangat terkejut karena mendapati sosok arseno yang setengah naked, hanya menggunakan celana training berwarna hitam. Sedangkan bagian atasnya terekspos tanpa sehelai kainpun. Dengan gerakan cepat, adriana menutup pintu itu, mengurungkan niatnya untuk memasuki kamar.

    Jantung adriana berdegup tak karuan, pasalnya yang ia lihat tadi benar-benar pemandangan erotis yang baru pertama kali ia lihat. Tubuh atletis arseno, dengan 4 roti sobek membuat adriana tersipu malu dan bertingkah tak karuan.

     "Sudah selesai." Teriak arseno dari dalam kamar.

   Adriana terdiam, berusaha menetralkan degup jantungnya. Menarik nafas, lalu membuangnya, tarik nafas lalu membuangnya, berkali-kali ia lakukan agar detak jantungnya kembali normal. Setelah dirasa membaik, adriana memutar kenop pintu, hanya menonjolkan bagian kepalanya sedangkan badannya ia sembunyikan dari balik pintu.

     Dlihat oleh adriana, arseno yang tengah duduk diatas ranjang, memainkan iPad miliknya seakan tidak terganggu dengan kejadian yang tadi. "Maaf tidak mengetuk pintu terlebih dahulu, saya kira mas sudah berangkat kerja."  Sesal adriana, mulai memasuki kamar tak lupa menarik koper mininya.

      "Tidak apa." Jawab arseno, sempat melirik adriana namun kembali memfokuskan pandangannya pada iPad.

    Adriana merasa sangat bodoh karena bertingkah konyol, kejadian itu terus saja membekas dalam ingatannya. Membuat adriana risih sendiri. Berusaha mengabaikan hal tadi, adriana melakukan tugasnya yang lain, yaitu menata kembali barang-barangnya ke tempat semula.

     "Maaf mas, saya tidak membawa oleh-oleh apapun dari sana." Ucap adriana, sadar bahwa ia kembali dengan tangan kosong, lagipula itu adalah kebohongan jadi alasan ini bisa ia gunakan.

     "Tidak apa-apa, asalkan kau kembali dengan selamat, itu sudah lebih dari cukup." Jawab arseno.

   Adriana langsung mengalihkan pandangannya pada arseno, menatap dengan lekat lelaki itu, kedua alisnya menyatu kehernanan. Dan beberapa kali pula adriana membersihkan telinganya, meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia tak salah dengar.

      "Kenapa?" Tanya arseno sadar jika adriana terus memperhatikannya.

      Adriana menggeleng-gelengkan kepalanya, memilih mengabaikan apa yang ia dengar tadi dan meneruskan pekerjaannya. "Sudah sarapan belum?"

   Suara berat itu kembali terdengar menyapa telinga adriana, membuat gadis berkacamata itu menoleh menatap heran pada arseno. "Mas, tadi yang ngomong?"  Tanya adriana menghentikan aktivitasnya menyimpan pakaian ke lemari.

     "Iya, saya yang bicara, memang siapa lagi?" jawab arseno meletakan iPad miliknya diatas nakas.

     "Ohh, sudah mas." Jawab adriana dengan singkat jelas dan padat.

    Arseno tersentak sendiri mendapati jawaban dari adriana, dia kira cara ini akan berhasil membuka pembicaraan lebih lama dengan adriana. Namun nyatanya, gadis itu lebih tidak peka ketibang yang ia kira.

     "Oh iya, mas tidak pergi bekerja?" Tanya adriana melangkah mendekati arseno dan duduk tepat disamping lelaki itu.

     "Sebenarnya ada yang perlu saya bicarakan dengan mu adriana." Tukas arseno, memberikan sebuah tatapan yang sangat dalam pada adriana.
 
    "Apa mas? Sepertinya sangat serius."

Two FaceWhere stories live. Discover now