Part 16 : Awal yang baru

62 9 3
                                    

    "Mas, cya sudah tidur?" Tanya seorang gadis yang tengah menyisir rambut panjangnya, membiarkan tergerai begitu saja, menjuntai dengan indah.

      "Mm, sudah." Jawab arseno, adriana melirik lelaki itu dari pantulan kaca, tampak sangat kelelahan sebelum akhirnya ambruk, merebahkan tubuh besarnya diatas kasur.

    Adriana hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya, memilih tidak berbicara lebih lanjut sebab paham bahwa arseno lelah. Seharian penuh ia habiskan dengan bersama cya, tingkah lucu anak itu dan betapa aktifnya cya pasti membuat arseno sedikit terkejut, untungnya saja ia mampu mengimbangi, dan tak mengeluh.

      "Terimakasih mas, sudah mau menjaga cya." Ujar adriana, tidak peduli jika apa yang ia katakan didengar atau tidak.

      "Iya, sama-sama. Sekalian simulasi untuk mengurus anak-anak kita nanti." Gumam arseno sedikit tidak jelas, akan tetapi ucapan itu terdengar oleh adriana.

      Gadis itu terdiam sebentar, mengintip lewat cermin dan melihat arseno tengah memejamkan matanya, pada akhirnya adriana hanya memberikan senyuman tipis, tak menjawab lagi. Toh, memang benar adanya, mau tidak mau, siap tidak siap ia pasti akan menjadi milik arseno seutuhnya.

      "Na, kemari." Panggil arseno dengan suara parau, adriana lagi-lagi dibuat terkejut, pasalnya selama ia menikah dengan arseno, lelaki itu tak pernah sekalipun memanggil adriana dengan nama panggilan.

       Dititah seperti itu, langsung membuatnya beranjak dari meja rias, ikut merebahkan tubuhnya disamping arseno, tanpa protes sedikitpun. "Na, saya tidak akan memaksamu, sampai kau benar-benar siap, saya akan berusaha semaksimal mungkin agar bisa membuat mu percaya pada saya. Jadi tolong, jangan biarkan saya berjuang sendirian na, saya lelaki yang mudah menyerah jika langsung dihadapkan oleh kenyataan." Jelas arseno, adriana sempat tersentak dan memilih memandang wajah lelaki itu yang ternyata arseno juga tengah memandangnya.

       "Apa saya pantas untuk diperjuangkan mas? Tidak ada yang istimewa dari diri saya, saya hanya tak ingin mas menyesal setelah masuk kedalam kehidupan saya." Jawab adriana, jujur dengan segala perasaan yang selama ini ia pendam, adriana bukan tak suka arseno, dia hanya berusaha menjaga batasan, apalagi dengan ketidakmampuan adriana, ia merasa rendah diri.

      "Sssttt, tidak boleh bicara seperti itu." Tutur arseno, meletakkan jari telunjuknya pada bibir adriana.

      "Kau adalah istri saya, susah dan senang saya sudah siap dengan segala resikonya. Untuk pertanyaan apakah kau pantas ku perjuangkan, jawabannya tentu saja iya, adriana, semua perempuan pantas untuk dihargai, apalagi dirimu yang jelas merupakan istri saya."

      "Tapi mas, saya menjadi istri mas karena perjodohan, apakah mas tidak merasa terbebani?" Tanya adriana yang masih ragu dengan perasaannya.

       "Ana, listen. Dimulai sejak ijab kobul terucap, saya sudah siap dengan beban yang diberikan, pada awalnya saya memang ragu, tapi semakin kesini, saya percaya bahwa semua ini bisa diperbaiki, saya dan dirimu, bisa memulai segalanya dari awal." Jelas arseno dengan nada lembut, jari telunjuknya kini berpindah pada surai panjang adriana, mengulasnya dengan lembut penuh perasaan.

        "Saya akan berjuang na, jadi dukung saya."

     Adriana hanya menganggukan kepalanya paham, ia tidak mengucapkan pertanyaan lagi, sebab tak tahu harus memberikan tanggapan apa, ini sudah diluar kendalinya. Pikirannya ia akan tetap menjadi sepasang orang asing, namun nyatanya arseno lebih dewasa ketibang apa yang ia kira, selama ini lelaki itu memikirkan hubungan mereka kedepannya dan itu sungguh menyentuh.

       "Sekarang tidur." Arseno sedikit mengangkat tubuhnya, mematikan lampu kamar hingga menyisakan lampu kecil yang menerangi.

    Chuuupp

Two FaceDonde viven las historias. Descúbrelo ahora