00.09 ; colours in the dark

3K 296 13
                                    

Rencana berubah total. Bulan itu juga, Ahra dan Haneul sama-sama memutuskan untuk pindah dari apartemen mereka. Sebagian barang milik Haneul memang sudah dipindah ke apartemen Seonho karena dia juga sering menginap disana, sedangkan milik Ahra saat ini sedang dalam proses packing dan gadis itu bahkan saat ini sedang melapisi lukisan-lukisan miliknya dengan plastik dan bubble wrap supaya mereka tidak tergores dan tetap aman.

"Tuan Sehun bilang tidak perlu membawa tempat tidurku sendiri kak," Ahra tergelak kecil saat Haneul menanyakan soal hal itu, membuat gadis yang tujuh tahun lebih tua darinya itu sedikit kebingungan.

"Disana sudah memiliki fasilitas lengkap, aku bahkan akan memiliki studio milikku sendiri!" Ahra menjawab, tersenyum lebar. Karena sejujurnya, dia sendiri juga merasa begitu antusias untuk pindah ke tempat milik Tuan Sehun itu.

"Wah, beruntung sekali gadis ini," Haneul ikut tersenyum, mengusak rambut Ahra beberapa kali, "Tapi.. apa kau sudah mengabari mamamu?"

Kalimat Haneul membuat kegiatan Ahra terhenti. Menatap tumpukan kanvas lukisannya, isi kepalanya kini sedang berputar mengingat kembali semua memori yang terjadi satu tahun terakhir ini.

Saat Ahra kelas dua SMA, ayahnya meninggal karena penyakit jantung dan komplikasi, hanya meninggalkan Ahra dan mamanya. Tak butuh waktu lama, mamanya kembali menikah lagi, dengan seorang laki-laki yang lebih muda—mungkin seusia Tuan Sehun, Ahra tidak tahu. Dia tidak lagi dekat dengan mamanya setelah sang mama mengenal suami barunya itu.

Itulah sebab utama setelah pernikahan mamanya dengan suaminya yang kedua, Ahra memilih untuk keluar dari rumah dan memilih untuk menyewa sebuah apartemen bersama dengan Haneul. Sementara itu, mamanya akan rutin mengirimkan sejumlah uang ke rekening Ahra—dari harta dan uang asuransi mendiang papanya—untuk membiayai kuliah Ahra serta kebutuhannya sehari-hari. Tetapi hanya sejauh itu, Ahra sudah tidak pernah berbicara lagi dengan mamanya setelah dia menjual rumah mereka yang lama dan membeli rumah baru dengan suami barunya.

Ibunya seolah benar-benar ingin menyingkirkan Ahra dari hidupnya sepenuhnya setelah menikah kembali. Kini, Ahra bahkan tidak punya rumah untuk kembali pulang. Dan sekarang, bagi Ahra dimana tempat dia tidur dan menetap adalah rumah untuknya.

"Mobil yang menjemputmu sudah sampai, Ahra," Seonho yang baru saja masuk setelah membawa beberapa tas Ahra untuk turun ke lantai dasar berucap, membuat Haneul segera berdiri  untuk menghampiri kekasihnya itu dan melupakan pertanyaannya sendiri sebelumnya pada Ahra.

"Barang-barang Ahra?"

"Semuanya sudah masuk ke dalam mobil, tinggal yang berada disini saja," laki-laki itu dengan sigap ikut membantu Ahra mengemasi barang-barangnya yang masih tertinggal.

Tuan Oh Sehun sedang berada di luar kota hari ini, jadi Ahra bersiap untuk pindah sendiri sementara kunci dari ruangan milik Ahra sudah ada di genggamannya.

Haneul dan Seonho juga belum bisa mengantarnya untuk pindah, selain karena jaraknya yang cukup jauh, juga karena Haneul sendiri juga masih sibuk mengatur barang-barang berat miliknya untuk dipindah ke apartemen pribadi milik Seonho. Akhirnya, sore itu Ahra hanya berpamitan pada Haneul dan Seonho yang mengantarnya sampai di lantai dasar, sedikit lama berpelukan dengan Haneul yang juga menangis karena sedih akan berpisah dengan dirinya.

"Terimakasih karena kak Haneul sudah mau direpotkan olehku selama setahun ini," Ahra mengusap pipinya yang basah, membuat Haneul tergelak kecil dan ikut mengusap air mata Ahra menggunakan ibu jarinya sendiri.

"Kau ini sudah seperti adikku sendiri, Ahra. Kau tahu kakak sangat menyayangimu," jawab gadis itu, membuat Ahra mengangguk dan sekali lagi memeluk Haneul.

"Aku pasti akan rindu sekali dibangunkan oleh kak Haneul setiap pagi," dia kembali berucap dalam pelukan mereka, dan Haneul hanya terkekeh pelan sembari mengusap lembut punggung gadis itu.

"Jaga dirimu di tempat yang baru ya sayang, aku akan sangat merindukanmu," Haneul kembali berucap, dan Ahra hanya mengangguk sembari tersenyum.

Setelah berpamitan dengan Seonho juga, dan beberapa tetangga serta pemilik gedung apartemen itu, Ahra akhirnya segera menuju Etérea yang memang berada cukup jauh dari gedung apartemen lamanya. Dia menuju kesana hanya dengan Pak Jung saat ini, salah satu penjaga keamanan di Etérea sekaligus salah satu karyawan pribadi Tuan Sehun yang ditugaskan pria itu untuk menemani dan membantu Ahra pindah kesana.

Ahra hanya membawa beberapa barang yang tidak terlalu merepotkan—pakaian, buku-bukunya, lukisannya serta beberapa barang lain. Lagipula Ahra juga tidak memiliki barang yang terlalu penting, bagaimanapun juga, dia ini masih seorang mahasiswa yang belum sanggup membeli barang-barang bernilai tinggi.

"Terimakasih Pak," Ahra sedikit menunduk, membuat Pak Jung dan beberapa orang lain yang membantu membawa barang-barang Ahra—gadis itu juga tidak tahu mereka siapa, dia hanya berasumsi mereka adalah bagian dari keamanan di tempat ini—hanya mengangguk singkat dan beranjak meninggalkan tempat itu.

Setelah orang-orang itu meninggalkan ruangan, Ahra mulai bergerak untuk membereskan barang-barangnya. Semua baju-baju dan barang-barangnya dia tata dengan begitu rapi dan dengan hati yang begitu berbunga-bunga karena dia begitu bahagia.

Saat hari sudah mulai sore, setelah dia mandi dan selesai membereskan semua barang-barangnya, gadis itu akhirnya memutuskan untuk pergi sebentar ke supermarket yang ada di dekat sana. Ahra juga baru menyadari kalau daerah ini ternyata cukup lengang dari penduduk yang menetap, perkiraan Ahra, semua bangunan-bangunan besar dan megah di sekitar sana adalah bangunan villa yang jarang dipakai oleh pemiliknya.

Saat di telpon tadi, Tuan Oh Sehun bilang dia akan mampir ke Etérea sebentar malam ini, jadi Ahra berencana untuk memasak sesuatu yang spesial untuknya.

Sebuah makan malam sederhana sebagai rasa terimakasih tidak akan menyakiti siapapun bukan?

Céleste • osh [ R/18+ ]Where stories live. Discover now