Chapter Twelve

1K 160 9
                                    

Waktu Donghyuck keluar dari dalam rumahnya malam itu mau buang sampah, ada Mark disana. Cowo itu duduk di teras, punggungnya bersandar ke jendela rumah Donghyuck sambil sebelah kakinya ia naikkan ke kaki yg lain. Matanya mengedip saat melihat Donghyuck.

"Eh, kak," ujar Donghyuck pelan, "ngapain disini?"

Mark tersenyum, dikit. "Nungguin ayah kamu pulang." Suaranya kedengeran capek.

"Udah dari kapan nunggunya?"

Mark mengedikan bahu, "Abis pulang kerja aku langsung kesini."

Keliatan sih, Mark-nya masih kelihatan rapi dengan setelan kerja lengkap dengan jaket hitamnya sekarang, dan Donghyuck cuma bisa melihat Mark tanpa berkedip sambil berdiri disana. Kalau weekdays kayak gini, ayah Donghyuck biasanya pulang sekitar jam lima atau paling lambat jam enam sore, pernah juga jam tujuh malam. Mark tahu itu, tapi dirinya yang terbiasa pulang pukul setengah lima sore malah langsung mengunjungi rumahnya.

"Nih, buat kamu," ujar Mark sambil menyodorkan satu cup minuman Starbucks ke arah Donghyuck.

Donghyuck menghampirinya lalu mengambil minuman itu. Iced Americano- minuman favoritnya. Donghyuck tersenyum, kemudian duduk di sebelahnya. "Ayah bakalan marah banget kayaknya," Ujar Donghyuck sambil meminum Americanonya.

Mark mengedikkan bahunya, "Iya, pastilah."

"Terus kamu masih rela dateng kesini padahal nyawa kamu taruhannya kak?"

"Lucu banget kamu, He's not going to kill me baby," jawab Mark diiringi dengan putaran matanya.

Muka Donghyuck tiba-tiba memerah. "Aku sih kalo jadi kamu gak bakal pede kayak gini, kak. Ayah aku tuh gitu - kadang bisa dingin banget terus kadang bisa tiba-tiba protektif gitu kayak anjing pitbull. Nggak ngerti aku."

Mark tersenyum terus tiba-tiba memegang tangan Donghyuck, matanya memandang Donghyuck tanpa malu. "Soalnya kamu bukan Omega biasa,"

Walaupun bingung dengan apa maksud Mark, Donghyuck tetap mengangguk sambil bilang "Iya, mungkin ya."

Keheningan menyelimuti mereka saat Donghyuck mulai menikmati kopinya, ada beberapa suara burung berkicau di pepohonan depan rumah Donghyuck. Donghyuck memperhatikannya, bingung mau ngapain, mau ngobrol apa juga sama kak Mark-nya yang sedang ada di sampingnya ini.

Waktu Donghyuck menatap Mark kembali, dirinya menemukan sang Alpha yang sedang memandanginya, Donghyuck mengerutkan wajahnya terus bertanya, "Apaan kak?"

Mark menatapnya lagi sedikit lebih lama, sampai kemudian ia menghela nafas dan tangannya meraih helaian poni Donghyuck yang terjatuh di dahinya. Tangannya menyelipkan beberapa rambut Donghyuck ke telinga sang empunya, dielusnya pelan. "Gila banget rasanya,"

"Hah? Gila apanya?"

"Rasa cinta aku ke kamu," jawab Mark bikin muka Donghyuck memerah lagi, "Dulu aku nggak nyadar soalnya aku gak pernah biarin diriku jatuh buat orang lain, tapi pas aku ketemu kamu, aku tuh...gila rasanya. You drive me crazy."

Donghyuck belum pernah merasakan hal kayak gini sebelumnya pada orang lain selain Mark. Rasa kegilaan seperti ini. Nggak bisa di deskripsikan pokoknya, seperti ada kupu-kupu di dalam perutnya yang siap keluar kapan saja. Senang rasanya saat tahu Mark juga merasakan hal yang sama.

Mencintai seseorang sampai terasa sakit.

Donghyuck bukan tipe orang yang akan mendeklarasikan sesuatu, bukan dia banget soalnya, gak sedikit juga yang men-cap dirinya sebagai orang yang dingin dan susah di dekati, tapi gatau kenapa untuk saat ini Donghyuck haru bisa bilang sesuatu, apa aja pokoknya dia harus bisa menjawab ucapan Mark. Mark sudah merelawak waktu istirahatnya dari pulang kerja untuk mengunjungi Donghyuck.

"Aku juga ngerasain hal yang sama kak," jawab Donghyuck pelan, pengen meledak wajahnya merah banget. Mark menjawabnya dengan senyuman, giginya terlihat.

Tangan Mark masih mengelus rambut Donghyuck waktu ia menjawab, "Kamu juga hari ini cantik banget-"

"Stooooppp," erang Donghyuck setengah tertawa. "Kakak gak liat mukaku udah merah kayak tomat gini? Nggak kuat tau kak digombalin gitu-"

"Gombal?" ujar Mark akhirnya menjatuhkan tangan dari rambut Donghyuck. "Ini bukan gombal, aku mau nikahin kamu."

Hah? Anjir. Mark berhasil bikin kedua tangan Donghyuck menutupi mukanya, nggak tepat banget main lamar anak orang aja. Mark mencoba menyingkirkan tangan tersebut dari mukanya, mencari mata Donghyuck, "Ya kalo ayahku ga bunuh kamu duluan kak, gara-gara berani dateng kesini."

**

Enchanted | MARHYUCK AUWhere stories live. Discover now