7. Fakultas Penangkaran Buaya

116 9 59
                                    

Masha Pov

Engh

Saya menggeliat merenggangkan tubuh saya yang rasanya ternyata sudah tidak sesakit kemarin. Perut saya sudah mendingan sedangkan pinggang saya sudah tidak sakit. Nggak sia sia semalaman saya menyuruh Mas Duta untuk memijiti pinggang beserta betis saya yang capek dibuat jalan sehat gara-gara ban motor ojol yang kempes.

Semalam saya memang meminta Mas Duta untuk menginap kostan saya biar kalau saya sakit tengah malam ada yang bisa saya rengekin. Tenang saja, ibu kos saya tidak akan menggrebek gara-gara saya nginepin cowok ke kostan cewek, karena ibu kost saya sudah mengenal baik Mas Duta adalah Kakak kandung saya.

Tapi entah tadi shubuh itu mimpi apa kenyataan, saya menahan tangan Mas Duta dan merengek saat dia berpamitan mau pulang. Saya duduk di pinggiran ranjang sambil berpikir keras. Itu mimpi apa bukan ya?

Saya memang seperti ini, kadang tidak bisa membedakan mana mimpi dan mana kenyataan. Sejak kecil saya punya keluhan sulit tidur dan kalaupun saya bisa tidur maka saya akan di antara sadar dan tidak sadar pokoknya tidak bisa nyenyak sama sekali. Ditambah pula dengan berbagai mimpi yang hadir di tidur saya yang selalu terlihat begitu nyata, dan sering membuat saya bingung sendiri yang mimpi mana yang kenyataan mana.

Tentang Naresh yang kesini kemarin saja saya pikir itu sebuah mimpi. Kalau dipikir pikir bukankah lebih masuk akal kalau kemarin itu sebuah mimpi? Maksud saya Naresh adalah cowok yang baru saya kenal masa iya dia merawat saya yang PMS di kostan malem malem? Tapi setelah saya benar benar memastikan pada Mas Duta ternyata memang itu bukanlah mimpi. Semua itu nyata. Saya yang nangis di depan Naresh, saya yang merengek memanggil Ibu, saya yang sambat perut saya sakit sampai nggak kuat dibuat duduk, dan saya yang pasrah saja di pijitin dan di urusin Naresh. Semua itu nyata. Haish mau ditaruh mana muka saya.

Saya memancal selimut sambil memukul mukul kepala saya sebagai hukuman atas ketidak maluan saya di depan Naresh.

Saya lalu menuruni ranjang menuju dapur dan mendapati Mas Duta mengenakan apron kotak kotak milik saya di dapur. Syukurlah yang tadi itu bukan mimpi.

"Mas Duta masak apa?" Tanya saya yang sudah ikut mengintip Mas Duta dari belakangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Mas Duta masak apa?" Tanya saya yang sudah ikut mengintip Mas Duta dari belakangnya.

"Sayur sop sama tahu telur kesukaan kamu, " jawabnya sambil membalik tahu telur yang sudah berwarna kuning keemasan di wajan lalu tangan lainnya kini sibuk memasukkan sayuran yang telah di cuci bersih ke dalam panci.

"Yey makan masakan chef Duta...!"

"Gimana tidurnya? Keliatannya tidur kamu semalem nyenyak. Jangan minum obat tidur ya dek, semalem kamu nggak minum bisa tidur itu loh. Sama itu perut sama pinggangnya masih sakit nggak?" Tanya Mas Duta sambil meniup niup tahu telur yang baru saja dia angkat lalu hendak dia masukkan kedalam mulutnya tapi saya gagalkan lebih dulu karena saya menarik tangan Mas Duta mendekat ke mulut saya.

Lekas Pulih Haechan JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang