24. Ayo kita bahagia

156 16 36
                                    

Masha pov

Hari ini saya dan Naresh merayakan ulang tahun Hamka. Ry, Nadin dan Eja tidak bisa ikut karena ada urusan pribadi. Maklum ini weekend. Biasanya Nadin akan pulang ke Sidoarjo. Ry akan menjadi putra berbakti membantu menjaga restoran keluarganya yang pasti sangat ramai di akhir pekan. Eja, um Naresh bilang Eja menghabiskan waktu di bengkel ayahnya. Dan berakhirlah hanya saya dan Naresh yang memberi kejutan pada Hamka.

Siang tadi saya dan Naresh sudah mempersiapkan semuanya. Kue, balon, pernak pernik dan juga kado spesial untuk Hamka.

Di sela sela mempersiapkan kejutan untuk Hamka saya juga menjadi tau banyak hal soal Naresh. Pertama dia takut sama balon, dia akan menutup kedua telinganya saat balon yang saya pompa semakin membesar.

"Masha, jangan gede gede entar meletus. " katanya sambil mengernyit menutup kedua telinganya.

Selain takut balon dia juga tidak suka dengan stroberi.

"Kuenya topping buah aja gimana Na? Kasih stroberi, kiwi, anggur..."

"Apapun tapi jangan dikasih stroberi aja. Entar aku nggak bisa makan. Aku nggak suka semua hal tentang stroberi. "

"Kan yang makan Hamka bukan kamu. "
Saya menjulurkan lidah saya menggodanya.

"Kamu tega sama aku Sha?"

Dan saya langsung tertawa melihat muka melasnya itu.

Semakin saya dekat dengan Naresh saya semakin tau kalau dia tidak sesempurna seperti yang saya kira. Seperti barusan. Saya mengetahui cowok seperti dia takut sama balon. Dia juga suka sekali tidur di sembarang tempat dengan mulut menganga. Sangat manusiawi dan saya lega dia memiliki sedikit cela seperti halnya saya.

Dia juga suka melakukan hal hal random, dia suka sekali menebar muka aib serta hobi sekali bernyanyi lagu lagu ciptaan dia sendiri asal asalan.

"Nununana..."

"Kamu nyanyi apaan sih Na? Dari tadi nggak bisa diem. " Saya terkekeh mendengar lirik lirik lagu ciptaannya yang selalu absurd.

"Eum itu lagu apa ya enaknya judulnya Sha? Nana aja deh judulnya. " Lihat dia juga menjawab asal bunyi.

Saya tertawa duduk si samping kiri jok mobilnya. Dia itu sangat random. Melebihi Hamka. Dan semua tingkahnya itu selalu sukses membuat saya terhibur.

"Na, jaket kamu di aku. Tadi lupa nggak aku bawa. Nanti ingetin ya biar aku bawain ke kamu."

"Buat kamu aja. Biar bisa kamu pakai pas bobok. "

Saya sampai batuk batuk keselek mendengar kalimatnya barusan. Jangan jangan dia tau kalau saya suka memakai jaketnya itu.

"Mas Duta yang bilang, katanya selama liburan kamu nggak lepas dari jaketku. Hayo ngaku, kamu kangen ya sama aku?" Jari telunjuknya sudah menunjuk wajah saya yang saat ini pasti sudah memerah, "kalau kangen tuh bilang, kan aku bisa samperin. Nggak malah jaketku dibuat pelampiasan dibuat bobok haha..."

"Apaan sih, Mas Duta tuh ngarang. Mana ada aku pakai jaket kamu terus. Apalagi sampai aku bawa tidur, nggak mungkin lah aku lakuin hal kayak gitu. "

Oke saya membuat satu dosa. Berbohong. Padahal tiap saya tidur saya selalu mengenakan jaket Naresh yang bahkan sengaja tidak saya cuci agar wangi Naresh tetap disana.

"Ah masa?"

"Ya udah kalo nggak percaya. " Saya melipatkan kedua tangan saya di dada lalu memasang wajah cemberut.

"Iya deh percaya. Itu bibir jangan di maju majuin entar aku cium baru tau rasa. "

Saya langsung membulatkan mata saya menatapnya. Apa apaan tadi itu? Naresh tuh suka banget godain saya.

Lekas Pulih Haechan JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang