🌿

1.1K 146 2
                                    

Untuk kesekian kalinya Winter ikut papa gantengnya ini ke kantor. Tapi kali ini ada alasan khusus ia ikut. Misi melindungi Papa dari tante-tente genit.

Kemarin pas mereka sedang video call, Winter melihat tante-tante tidak punya malu seperti sekewitwut duduk disamping Papa gantengnya. Suara yang Winter tangkap seperti Mama cantiknya sedang merayu Papa ganteng jika menginginkan sesuatu. Winter tidak akan membiarkan itu selain Mama cantik.

Pas pulang Jeno dibuat terkejut ketika anak gembulnya sudah berkacak pinggang di depan pintu utama. Setelah itu keluar banyak pertanyaan yang membuat Jeno kelelahan meladeninya. Untung Karina segera menghentikan aksi penasaran Winter dengan menyogok martabak keju yang Karina pesan dadakan.

"Lain kali hati-hati, Jen. Anakmu itu terlalu peka"

"Dan kepekaannya itu terlalu menakutkan, Rin"

Puk

Puk

Karina menepuk pelan kepala Jeno yang sudah rebahan di pahanya.

"Rin, minta jatah dong~"

"Alah nanti pusing takut kebablasan"

Jeno mengerang kesal. "Habisnya Karin sexy"

"Heh! Omongannya"

"Ini serius, Nona Muda Adyatama sangat sexy ketika tidak pakai baju hehe..."

"Jangan dibayangkan nanti tegang, Jen"

Itu obrolan dewasa dari anak yang beranjak dewasa. Tinggalkan itu mari balik ke keadaan sekarang.

Winter mengintip dari balik pintu ruangan Papa-nya, disana ada tante-tante yang Winter lihat kemarin. Lihat, dia benar-benar seperti sekewitwut yang tidak punya malu. Bajunya juga aneh banyak bolong-bolongnya.

Winter berbalik mendekati meja kerja sang Papa. "Pa?" Panggil Winter pelan

"Kenapa, dek?"

"Adek kan suka mimik sama Mama cantik,"

"Iya terus kenapa, dek?"

"Kenapa punya tante itu besallll sekali? Punya Mama tidak terlalu besal tapi enak hehe... Apa punya tante digigit nyamuk makanya jadi gelembung?"

"H-hah?"

Tolong... Aku harus jawab apa ini? Dalam hari Jeno amat tertekan.

"Papa tidak tahu, nanti Papa tanya sama tante nya." Winter ngangguk setuju.

Tok... Tok...

"Permisi, pak"

Panjang umur sekali dia malah datang.

"Masuk."

Ceklek

Tak

Tak

Tak

"Ini beberapa berkas yang perlu tanda tangan bapak"

Jeno mengambil berkas itu, membuka sebentar, "Nanti sore kamu ambil"

"Baik, pak."

"Kenapa masih disini?"

"Sebentar lagi kan waktunya makan siang, pak. Bagaimana kalau kita makan bareng?" Tanyanya malu-malu

"Papa makan sama adek."

"Eh?"

Winter sudah memeluk kaki Papa Jeno posesif. Wajahnya berusaha menunjukkan ekspresi galak. Enak saja ngajak Papa orang. Cari sendiri kalau mau.

🦢

Adyatama LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang