×Salah×

149 21 8
                                    

"Hahaha,apaan sih Yong? Gue kan bentar lagi bakalan nikah?"

Sreet

"Kapan?" tanyanya sembari menatap mata San lekat.

"5 harian lagi."

"Ooh,yaudah."

"Eh ga jadi,mau jadi milik lo aja.."

×××

Onda menghela nafasnya lega,sedari tadi sahabatnya itu ngamuk ngamuk tak jelas.

"Duh,kok dingin banget ya?" monolog Onda sembari mengelus tengkuknya.

Matanya menatap orang tua Mia dengan ragu,bisa dilihat mereka sedang berbincang kecil.

"Permisi om,tante... Kalian merasa dingin ga sih?" tanya Onda.

Orang tua nya Mia malah menghiraukan pertanyaan Onda tadi,mereka masih asyik mengobrol.

"Om,tante?" panggil Onda agak keras.

"Eh iya nak? Ada apa?" ramah papa Mia.

"Apa kalian ngerasa kedinginan? Punya jaket ga?"

"Punya,dilemari sini kok." tunjuk mama nya Mia pada lemari disamping nya.

"Saya boleh pinjam?"

"Oh boleh kok,ambil aja." persilahkan mama nya Mia sembari memundurkan duduknya.

Dengan takut,Onda melewati keduanya dan berniat untuk mengambil jaket didalam lemari putih itu.

Krieet

"Wah banyak ba-"

Tangan Onda berhenti tepat pada selendang berwarna merah,matanya terpaku dengan seseorang perempuan yang menatapnya dengan tajam. Perempuan menyeramkan itu memakai baju kebaya berwarna merah,jangan lupa dengan riasan wajahnya yang khas juga.

"Onda! Onda! Onda! Onda!" bisiknya.

"Ah.. Ini selendang kakaknya ya? Maaf ya kak." bisik Onda.

Langkah nya mundur dengan perlahan hingga ke kasur,lemari putih tadi masih belum ditutup kembali.

"Loh,kenapa nggak pilih jaket nya?" bingung papa Mia.

"Nggak deh,hehe.."

Insting Onda berkata,jika dia harus membawa Mia keluar dari rumah.

"Eh anak kami mau dibawa kemana?" ramah mamanya Mia.

"Hehe,saya mau... Pindahin dia ke kamarnya,ga enak kalau disini,kesan nya ga sopan.." alasan Onda dengan menggendong Mia di punggungnya.

"Yah,jaketnya ga mau?"

"Oh ga usah om,saya lupa kalau kemarin saya simpan jaket disofa depan.."

Badan Mia sudah diangkat oleh Onda,tinggal pergi keluar saja.

"Yakin ga mau ambil jaket du-"

"Gausah tante!"

Onda berlari keluar kamar,sialnya si pintu malah terkunci.

Ctak!

Ctak!

Dia kira jika sampai situ saja,ternyata pintunya macet juga!

"Onda,mau kemana? Kok buru buru banget?"

"Ini,mau- AAAAAA!"

Menyesal,itulah yang hanya bisa Onda rasakan saat matanya tak sengaja melihat kebelakang.

Gebrak!

"AAAAAAA HANTU!"

Gedubrag!

"Akh,Mia!"

Mia yang belum sadar itu ditarik oleh lidah dari kedua orang tuanya,saat itu juga Onda harus menyiapkan kekuatan lebih.

"Mia! Plis sadar! Gue kesusahan disini!"

×××

Uyong menggenggam San dengan erat,dia sedang kesusahan jalan.

"Mana sini bersihin dulu lukanya,salah sendiri sih malah lari larian."

"Hehe iya maap,kan gue seneng banget.."

San mendongak,menatap Uyong dengan kesal.

"Senang kenapa?"

"Senang karena gue udah bisa jalan jalan sama lo lagi,"

"dan lo tau,San? Gue suka sama lo."

Keadaan San? Membeku,matanya melotot sempurna.

"Gender kita sama.." lirih San.

"Gue tau,tapi gue tetep pengen kalau lo jadi teman hidup gue."

Tangan nya terlepas dari luka Uyong,badan nya juga ikut berdiri.

"Kenapa? Lo risih?"

"Gue ga nyangka,ternyata pilihan gue waktu kecil itu salah,"

"gue ngira kalau temenan sama segender ga bakalan ada cinta cintaan didalam nya,ternyata gue salah besar." tak sangka San dengan menggelengkan kepalanya pelan.

Tindakan selanjutnya,San pergi lari menjauhi Uyong dan tak ingin bertemu dengan sahabat lama nya itu lagi.

"Gue ga nyangka,ternyata lo nyariin gue karena rasa suka lo,bukan karena persahabatan kita. Cara main lo sama gue beda jauh,gue anggap lo kangen sama kelakuan gue dulu dan sahabatan sampai tua,tapi lo malah nganggap gue sebagai calon pendamping hidup lo.. Parah banget lo,Yong. Lo bukan orang yang gue kenal."




































"Ga ada kata menyerah dalam kamus hidup gue,apapun yang gue lakuin pasti bakalan terjadi dan berhasil."






















"Tunggu tanggal mainnya ya,hehehe."






























Tbc.

⚠I Miss Him⚠ || Sanwoo•Woosan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang