MENGHABISKAN WAKTU #07

353 79 16
                                    


.

.


Jarum saja baru saja bergeser ke angka sembilan, tapi Ann merasa seperti sudah berjam-jam berada di rumahnya sendiri. Ia merasa bingung dan bosan apa yang akan dilakukannya untuk mengisi waktunya sendiri di rumah. Sedangkan rumah sudah bersih dan rapi. Ann tidak terbiasa dengan situasi ini, dimana ia harus berada di rumahnya, tidak melakukan apa-apa.

Ann hampir mengambil buku yang akan dibacanya ketika ponselnya berdering, panggilan dari Sita.

"Assalamualaikum."

"Wa'alaikum salam."

"Gimana di rumah Ann, pasti menyenangkan bisa rebahan?"

"Jangan meledek Sita, aku bosan."

Sita terkekeh."Kamu harus santai di rumah, banyak hal yang bisa kamu kerjakan di rumah kan?"

"Aku tidak tahu apalagi yang harus aku kerjakan, rumah juga sudah bersih."

"Coba belajar memasak, atau menyiram tanaman."

Kenapa Ann tidak belajar memasak saja, ia bisa belajar membuat kue-kue kering. Karena makanan itu memang belum dikuasainya dengan benar.

"Mungkin aku bisa belajar membuat kue kering, bagaimana di sekolah? Anak-anak aman kan?"

"Alhamdullilah, mereka baik. Tapi tadi Fadli nanyain, kenapa bu Anna tidak kelihatan."

Ann tersenyum. "Sampaikan salam aku sama dia ya, bilang dia harus rajin belajar dan makan banyak."

"Iya nanti aku sampaikan...ya sudah kalau begitu. Aku harus masuk mengajar lagi, baik-baik di rumah ya Ann."

"Iya."

"Assalamualaikum."

"Wa'alaikum salam."

Ann menarik napas, belum satu hari ia sudah merasa rindu dengan suasana sekolah dan yayasan. Ia kemudian mengambil ponselnya, mulai mencari resep membuat kue-kue.

.

.

Sebelum pulang ke rumah, Ali mampir ke pesantren untuk menemui Kiai Hasan. ia sangat merindukan suasana tempat ini. 

Mereka berada di belakang pesantren, melihat-lihat kebun hidroponik yang sudah siap panen.

"Apa aku salah kiai, memaksa Ann untuk mengikuti keinginanku?"

Kiai paham dengan pertanyaan Ali,  ia selalu memperhatikan keadaan keluarga kecil itu. Bagaimana Ali dan Ann yang masih berusaha untuk mendapatkan anak sampai sekarang.

"Selama Ann merasa tidak terbebani, ia memang harus menurutimu. Apa selama ini Ann pernah membantah atau membangkang?"

"Tidak Kiai, Ann sangat menghormatiku. Aku hanya...merasa kalau aku terlalu menuntutnya untuk mempunyai anak." Ali memandangi langit sore yang cerah, berbeda sekali dengan isi hatinya yang sedikit gelisah. Meskipun Ali adalah seorang ustad yang terkenal, ia masih memerlukan beberapa nasihat dari orang besar di sebelahnya ini.

"Allah pasti mempunyai rencana yang baik diantara kesulitan yang kamu alami. Percayalah, kamu hanya perlu tetap bersabar. Jangan biarkan amarah menguasaimu. Ann harus menghormatimu karena kamu suami yang baik, bukan karena paksaan."

Ali jadi merasa bersalah, padahal rumah tangganya sudah berjalan sepuluh tahun tapi ia masih harus belajar lagi. Ia masih merasa belum bisa jadi suami yang baik untuk Ann.

Kiai menepuk bahu Ali. "Kamu jangan banyak pikiran karena itu akan mempengaruhi benih yang akan kamu tanam nantinya."

Ali bersemu merah, sementara Kiai hanya terkekeh. "Perbanyak istighfar dan pergilah liburan bersama istrimu."

Ali tersenyum, Kiai Hasan ternyata masih bisa bercanda. 

.

.

"Apa kita percepat saja liburan kita? Bagaimana kalau minggu depan?"

Ann yang sedang mengoleskan krim malam pada wajahnya, berhenti sesaat. "Memangnya bisa mengajukan cuti mendadak seperti itu."

"Aku bisa mengajukan cuti besok, untuk ijin minggu depan." Ali sudah mendapatkan posisi nyamannya dengan berbaring di kasur. Ann menyusul naik, duduk di sebelahnya.

"Aku ingin pergi ke Mesir." Ujarnya dengan senyum yang mengembang.

Ali ikut tersenyum. "Tentu saja, kemanapun istriku tercinta ingin berlibur, aku akan mengabulkannya."

Keduanya terkekeh.

Setelah meninggalkan kecupan lembut di kening istrinya, Ali tertidur dengan Ann yang bersandar di dadanya, mulai ikut memejamkan mata dengan tangan Ali yang mengelus punggungnya lembut. 

...



Hai ;D

Slow dulu ya, aku nya baru aja kangen-kangenan di sini ^_^

Oh ya, Aku mau speak sedikit nih, pasti udah ada yang tahu ttg kasus cerita AU atau Alternative Universe yang berjudul "Dikta Dan Hukum" sebuah cerita fiksi penggemar dari NCT yang dipublikasikan di Twitter, yang mau dibikin webseries itu lho?  Padahal ceritanya bagus tapi penulisnya gak ganti nama idol di cerita itu dan mendapat kecaman karenanya.

Aku sendiri sebenarnya udah gak nyaman menggunakan visual dan nama idol2 untuk ceritaku, sebagai penulis seharusnya aku lebih bisa menghormati dan menghargai mereka. 

Ada hukum dan aturan ttg penggunaan foto dan nama mereka sebenarnya, selama tidak digunakan demi keuntungan pribadi dan ada ijin dari yang bersangkutan (idolnya sendiri atau agensinya). 

Dari awal aku bikin cerita BP dan Bangtan karena aku mencintai mereka, tidak ada kepikiran untuk mencari keuntungan dari mereka. 

Karena itu, ke depannya untuk cerita-ceritaku (lizkook, Bp, Bangtan) aku akan menggunakan nama lokal aja, gpp kan? tapi tetap visualnya mereka kok hehe, biar lebih greget gitu. Scene2 romantis menuju panas (ketawa evil ) tetap ada kok, pasti kalian selalu nunggu2 itu kan? aku juga sih wkwkwkkw.

Ya sudah pokoknya, aku tidak akan berhenti mendukung Blackpink, Bangtan dan idol-idol lainnya karena adanya mereka membuat hidup aku lebih berwarna lagi. (emak-emak sok keren ya hahaha).

sampai jumpa di chap berikutnya, sehat-sehat kalian :)




ANA UHIBBUKA FILLAH BAGIAN 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang