{02}...°𝕍𝕒𝕝𝕦𝕒𝕓𝕝𝕖 𝕞𝕖𝕤𝕤𝕒𝕘𝕖°

253 205 182
                                    

"Suatu hal yang membahagiakan memang hanya sementara namun, jejak kebahagiaan tersebut tetap tersimpan dalam menjadi sebuah memori indah tanpa bisa terlupa"

🐾🐾🐾

🔹HAPPY READING🔹

🐾🐾🐾

Hari ini adalah hari di mana seseorang bisa bernafas dengan lega dan beristirahat dengan cukup. Iya benar, hari ini adalah hari Minggu.
Namun, tidak dengan seorang wanita yang satu ini. Arin--harus bangun pagi untuk membereskan rumahnya dan menyiram tanaman-tanaman yang berada di taman kecil bagian belakang rumah, juga bagian halaman.

Hari itu kebetulan bibi Ike sedang cuti. Dikarenakan, anaknya sedang sakit. Biasanya pekerjaan tersebut dikerjakan olehnya, tapi kali ini Arin harus merelakan tenaganya demi rumah kesayangannya.

"Kak? Gua sarapan dulu ya, baru bantuin beberes. Lu nggak sarapan dulu?" tanya Ita seraya membuka kulkas dan mengambil botol berisikan air jeruk.

"Entar paling, nanggung." Arin menjawab tanpa mengalihkan atensinya.

"Ohiya, Kak. Lu mau tau gak? Gua, 'kan sekontak sama si Windy sodara kita yang merantau kerja jauh di Papua itu." Ita mulai membuka perbincangan disela-sela dirinya yang sedang mengoleskan selai ke atas roti.

"Iyaa gua inget. Kenapa? Gimana kabar dia tuh?" jawab Arin.

"Baik kayanya mah. Gua punya pikiran buruk deh kak tentang dia. Setiap kali dia bikin story WhatsApp, masa isinya lagi karaoke gitu terus ada minuman alkoholnya,"

"Positif aja, lagian dia nggak mungkin minum, 'kan? Masih bocah juga dibanding sama lu?" respon Arin.

"Lu tau sendiri feeling gua nggak pernah salah. Mana ada si katanya kerja jadi asisten rumah tangga, tapi isi story dia setiap hari ngeroom sama temen-temennya, nggak ada upload kegiatan lagi banyak cucian or gosokan gitu. Siapa yang nggak negatif thinking coba? Sodara kita itu kak, setidaknya kalo emang dia udah beneran kecebur jadi anak yang nggak bener ya kita harus ngasih tau," ungkap Ita dari relung hatinya.

"Coba atuh lu iseng-iseng komen story WhatsApp dia, tanya secara frontal biar jelas," tutur Arin pada adiknya.

"Ogah males gua, entar dikiranya terlalu ikut campur urusan dia," jawab Ita.

"Yeeuu, yaudah terserah. Gua nggak punya nomornya si, jadi nggak kepantau. Coba kirimin nomornya ke gua, jadi kepo. Itu bocah kalo beneran jadi wanita nakal mah gila sih," oceh Arin seraya berjalan ke arah meja makan setelah selesai dengan kegiatannya.

Ita lantas menuangkan air jeruk untuk kakaknya seraya menjawab, "Gila lah anjir, kalo udah nyemplung ke dunia itu terus candu, bakalan susah buat keluar."

"Bener banget si."

"Gua yang suka nonton YouTube horor punya Sri Larasati aja ngeri pas isi komunikasinya sama sosok-sosok wanita nakal yang akhirnya metong karena dibunuh, dan situasi berbahaya lainnya,"

Arin pun turut mengoleskan selai ke roti yang akan ia makan, "Bener banget lagi ya, gua juga nonton YouTube horor kaya gitu. Pesan kehidupannya lebih masuk ke manusia-manusia yang masih punya akal, jadi terinspirasi untuk semangat hidup di jalan yang baik."

 𝐀𝐫𝐢𝐧╚» 𝑅𝑒𝓋𝒾𝓈𝒾  «╝Where stories live. Discover now