Lisa berjalan melewati beberapa orang yang menundukkan wajah mereka, terlihat mereka begitu takut terhadap gadis itu.
Sampai dikelas ia disambut sahabatnya Rosseanne, atau yang kerap disapa sebagai rose.
"Hai, Sa". Lisa membalasnya hanya dengan senyuman tipis lalu duduk disamping rose dengan angkuh.
"Cewek sialan". Baru saja dirinya bernafas dengan tenang, datanglah pengusik yang selalu mencari gara-gara dengan Lisa.
Tapi Lisa tak menghiraukan itu, dirinya menatap ponselnya seolah tak ada orang didepannya.
Orang itu pun menatap Lisa penuh amarah.
Lisa menatap santai orang itu, saat ponselnya dibanting menjadi beberapa bagian dilantai putih itu. Rose memekik lalu memungut ponsel sahabatnya itu.
"Mau lo apa sih?". Tanya Lisa dengan wajah tenang. Tapi tatapannya menyiratkan kebencian terhadap orang dihadapannya ini.
"Mau gue? Lo enyah dari sini bitch!". Bentak orang itu dengan nada sinis, menatap tajam manik bulat Lisa yang terlihat dingin.
"Naya naya apa sih yang bisa lo lakuin? Selain cari masalah sama gue? Selain ngadu sama bokap lo?". Ucap Lisa begitu santai, beberapa murid menyaksikannya dengan raut wajah tegang.
Pasalnya Lisa begitu mengerikan ketika dirinya marah. Dan masih terhitung hari, Lisa mematahkan lengan sahabat Naya yaitu Anna. Karena dirinya mencari gara-gara dengan Lisa.
"Lo bilang gitu karena lo gaada tempat ngadu kan? Ngadu sana sama gundukan tanah". Ucap Naya tertawa mengejek, membuat Lisa tersulut emosi.
Lisa tidak bisa terima jika ada yang merendahkan keluarganya.
"Diem Lo, bitch!". Sarkas Lisa lalu keluar dari kelas dengan emosi yang menggebu-gebu Sampai dirinya menabrak bahu seseorang.
"Lisa tunggu". Teriak rose menyusul Lisa.
Sementara Naya tertawa remeh, rasanya menyenangkan menyiksa batin Lisa. Daripada ia harus menyiksa fisiknya.
"Lo cari gara-gara lagi sama Lisa?". Tanya Evan, orang yang Lisa tabrak tadi. Evan berucap dengan dingin.
"Bukan urusan Lo!". Naya melenggang pergi menyisakan Evan yang menatap bangku Lisa yang terdapat sebuah ponsel yang terbelah menjadi dua.
"Tinggalin gue, rose". Ucap Lisa yang berada di rooftop menyesap rokoknya yang tinggal setengah.
"Nggak, gue ikut lo bolos aja". Lisa menggeleng.
"Jangan ikutin gue yang gak bener ini rose, gue nggak mau lo jadi hancur kayak gue". Ucap Lisa yang membuat hati nurani rose tergores.
"Balik ke kelas kalo masih mau jadi sahabat gue". Rose menurut, ia takut berpisah dengan Lisa. Baginya Lisa adalah penguat untuknya.
Lisa kembali menyesap rokoknya, dengan mata yang menatap langit cerah.
Senyumnya terukir tipis, senyuman yang terlihat begitu menyakitkan.
Banyak yang berkata bahwa dirinya hidup bahagia hanya karena bergelimang harta. Nyatanya ' bahagia hanyalah cerita ' dalam kehidupannya bukan kenyataan seperti apa yang mereka pikirkan.
Lisa merubah raut wajahnya menjadi semakin datar saat dirinya mencium bau parfum seseorang.
"Berhenti ngerokok, mulut Lo gak pantes hisap rokok. Kenapa nggak hisap bibir gue aja?". Ucap pria itu menyeringai menatap Lisa yang begitu menatapnya dengan tatapan benci.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOSE THEM
FanfictionLisa Jacqueline dengan kehidupannya yang pahit. Kehilangan adalah mimpi buruk baginya namun lambat laun kehilangan menjadi candunya. Ia benci dirinya sendiri.