Siks🌱

26 31 4
                                    

Taeyong dan teman-temannya bertepuk tangan dan membungkukkan badannya kepada staff, cameramen, manager, dan sutradara sebagai ucapan terimakasih dari mereka. "terimakasih, terimakasih, terimakasih, terimakasih banyak." Ucap Taeyong dan yang lainnya. Mereka lalu menuju ruang ganti untuk diganti pakaiannya dan make up mereka.

Hari sudah gelap. Sekitar satu jam mereka berganti pakaian dan dibersihkan makeup. Satu persatu dari mereka keluar dari ruangan itu. Rencananya beberapa dari mereka akan membeli minuman dari kafetaria dan yang lainnya akan kembali ke asrama masing-masing.

Taeyong, Johnny, Haechan, dan Doyoung berjalan menuju kafetaria untuk membeli kopi dingin juga makanan manis. Jadwal yang padat dan sibuk membuat mereka lumayan lelah dan membutuhkan banyak gula, kopi, dan air. Mereka telah sampai di kafetaria itu, dan langsung memesan apa yang mereka mau di kasir.

Karena teman-temannya sedang memesan makanan, Johnny menunggu untuk gilirannya. Saat menunggu matanya tak sengaja melihat seseorang yang fokus di laptopnya. Dan yang menjadi sedikit menarik perhatian, karena orang itu ditemani 2 orang lelaki muda yang terlihat berusaha mengajaknya bicara. Johnny menoleh kepada teman-temannya yang masih memesan. Terlihat masih lama jadi ia tertarik untuk menghampiri orang itu. Sesampainya dimeja, ia ditatap kedua lelaki itu namun Johnny tidak menggubris dan langsung memutar kursi dan mendudukinya tepat dihadapan orang itu.

"kalian sedang apa?"

🌻🌱🌻

Lia berjalan menuju kafetaria untuk memulai lembaran-lembaran bukunya. Ia sedikit tahu jalan kafetaria karena Tasya yang memberitahunya. Ia pikir cuman ada 1 kafetaria di bangunan ini yang sangat tidak mungkin. Itupun kafetaria yang pernah ditunjukkan staff Mila. Kalau kafetaria yang akan Lia kunjungi memiliki nuansa tennag karena banyak vas bunga disana. Kalau yang pertama itu, sedikit terbuka jadi tidak nyaman.

Setelah sampai didepan kasir, Lia memesan ice Americano latte ukuran large. Ia pikir Tasya akan lama, jadi dia memesan yang besar untuk menunggunya. "baiklah, saya dimeja nomor 4, terimaksih." Ucap Lia lalu menuju mejanya.

Meja disana berbentuk persegi dan berukuran sedang. Bisa buat 3-4 orang. Meja nya juga tertata rapi dan secara keseluruhan, ruangan ini benar-benar fresh. Vas bunga dipajang dengan cantik disetiap tempat. Ditambah suasana sore yang indah membuat acara kerja Lia semakin sempurna. Bahkan jika hanya ngopi pagi dan menikmati suasana pagi sudah lumayan enak.

"permisi, ini ice Americano latte anda, terimakasih." Kata pelayan yang menghampiri meja Lia. Ia menurunkan gelas itu lalu kembali ke kasir. Lia mendekatkan minumannya dan menyedotnya.

"ahh, segarnya. Mataku langsung jrengg." Gumannya dengan senang. Ia meminggirkan kopinya dan mulai menyalakan laptopnya. Sebelum memulai pekerjaannya, Lia menundukkan kepalanya sejenak dan berdoa. Ini salah satu kewajiban yang harus Lia lakukan. Prinsip Lia adalah, pekerjaan dan pangkat boleh tinggi, tapi hati tidak boleh tinggi. Harus selalu mengingat Tuhan dimanapun dan kapanpun. Bahkan sebelum berangkat ke perusahaan ini, Lia menyempatkan dirinya berdoa sebentar dikamarnya.

Disamping sifatnya yang pekerja keras, Lia juga orang yang religius dan sayang kepada ibunya. Ayahnya yang meninggalkan mereka karena kecelakan pesawat dulu, membuat Lia menjadikan ibunya sebagai orang yang harus ia pedulikan nomor dua dihatinya setelah Tuhan. Lia selesai berdoa. Ia kemudian mulai bergumul di laptopnya.

Hari semakin gelap, namun Lia tidak memperdulikan itu dan tetap melanjutkan pekerjaannya sambil menunggu Tasya. Beberapa kali ia juga berkunjung ke toilet juga ke kasir untuk memesan beberapa kue dan makanan. Kafe yang sebelumnya ada beberapa orang, kini sisa 1-2 meja yang terisi. Termasuk dirinya.

Namun, saat berkutat dengan laptopnya, Lia merasa ada yang memperhatikannya dari belakang dan di samping. Ia mau menoleh tapi takut salah sangka. Akhirnya ia tetap diam dan melanjutkan pekerjaannya. Lia kira, dengan begitu orang yang memperhatikannya akan berhenti dan pergi, namun Lia salah. Lia mendengar beberapa langkah kaki mendekatinya. Lia menoleh ketika 2 orang pria menghampirinya dan dengan seenaknya duduk disamping sisi kiri dan kanannya. Untung saja mejanya berbentuk persegi, jadi sedikit tersisa jarak. Tapi tetap Lia merasa tidak nyaman.

Ia mulai memikirkan hal negatif dipikirannya dan mencari cara untuk melarikan diri disaat jika ia terancam. Masih untung karena lampu kafe itu terang dan staff disana masih bekerja dikasir. Jika ada banyak keuntungan di Lia, maka amanlah diriinya. Tapi sekarang, Lia tidak punya cukup keuntungan sekarang. 2 lelaki dewasa dan jarak kasir dengan mejanya cukup jauh. Juga banyak vas bunga yang sedikit menghalangi pandangan kasir. Beberapa ketidakuntungan itu membuat Lia tetap dia dan melanjutkan pekerjaannya. Berpura seolah-olah tidak melihat kedua orang itu.

"hei, kau sedang apa?" Tanya lelaki yang disamping kirinya. 'kau tidak melihat aku sedang bekerja? Kalau buta, sana ke dokter mata. Ganggu orang aje lu' batin Lia. Ingin sekali Lia mengatakan itu secara langsung, tapi ia memilih menoleh dan sedikit tersenyum. Bukan senyum biasa, tapi senyum tidak nyaman.

"kau penulis baru itu? Yang dari perusahaan harmino? Perusahaan lama tapi baru naik daun sekarang." Pertanyaan dari lelaki kanan awalnya biasa saja, namun gumaman yang Lia dengar di akhir kalimatnya membuatnya sedikit geram.

'kalau bukan karena aku ingin hidup nyaman dan damai, sudah ku seret kau kerumah nenekku. Biar digeprek tuh mulut ampe letoy.' Kesalnya. Lia membalas pertanyaan itu dengan anggukan singkat dan sedikit senyum. Lia kemudian menghiraukan semua percakapan yang dibicarakan kedua lelaki itu. Keduanya membicarakan hal-hal romantis didepannya.

Heh, tidak tahu mereka kalau Lia ini anti buaya seperti orang didepannya. Mereka hanya memancing Lia untuk ikut penasaran dan berujung diajak untuk hal negatif. Lia sedikit berpengalaman tentang ini karena ada beberapa informasi tetangga dan pengalaman sendiri yang membuatnya kebal akan buaya darat seperti mereka. Namun, Lia kembali teralihkan perhatiannya karena ada yang mengambil kursi dan membalikkannya lalu mendudukinya.

Ia seperti mengenal lelaki itu. Ia memakai hoddie cokelat dan celana pendek selutut. Juga tingginya membuat ia mengingat sekilas orang yang ia pernah temui. Kedua lelaki yang tadinya berbicara tiba-tiba terhenti karena bingung melihat orang itu. Lia diam-diam memperhatikan ketiga orang itu walau pria didepannya terus menatapnya.

"kalian sedang apa?" Tanya lelaki didepan itu. Lia menoleh kedepan dan menatap bingung ketiganya. Sepertinya mereka sedang berbicara. Bukankah ini kesempatanku untuk pergi?' batinnya. Lia mulai pelan-pelan menutup laptopnya. Namun, belum menutup laptopnya, pria didepannya menatapnya dengan tatapan yang sangat ingin ia pukul. Bagaimana tidak, pria itu menatapnya dengan tatapan sok imutnya juga kedua tangan yang memangku wajahnya.

Lia yang dasarnya pintar mengatur emosinya, tersenyum tipis. Ia dengan santai menutup laptopnya lalu memasukkannya ke dalam tote bagnya. "saya? Saya sedang bekerja namun ada beberapa hal yang mengganggu saya. Kalian tidak usah memperdulikan saya. Terus bicara saja." Kata Lia lalu mengambil kopinya. Ia berdiri dari kursi itu lalu tersenyum formal. Lia hendak berbalik dan berjalan, namun ia menabrak badan tegak yang lebih tinggi darinya.

Bukannya, melihat siapa yang ia tabrak, Lia melihat kopinya yang ikut menabrak tubuh itu. "huh, untung tidak tumpah." Gumam Lia. Orang yang ditabrak itu menunduk lalu mundur. Ia juga melihat Lia namun langsung berahli ke temannya yang masih memangku wajahnya.

"kau akan duduk disini sampai pagi?" Tanya Taeyong kepada Johnny. Johnny yang masih menatap Lia, kemudian mendengus. "kau mengganggu ku menikmati ciptaan Tuhan yang indah." kesal Johnny menatap tajam Taeyong. "oh ya, kalian mengganggunya?" Tanya Johnny kepada kedua lelaki yang daritadi melihat mereka. mereka sontak menggeleng lalu buru-buru pergi dari sana.

Lia melihat itu juga bernapas lega. "mereka sangat mengganggu. Untung emosiku bisa kutahan." Gumam Lia. Lia lalu memperbaiki letak tote bagnya dan sedikit membungkuk kepada beberapa orang didekatnya.

Taeyong menatap Lia yang berjalan menjauh dengan pandangan tak terbaca. "kau melihatnya seperti kau tertarik dengannya." Kata Doyoung yang datang bersama Haechan. Taeyong sontak tersadar lalu menolak kata kata itu.

"ha? Kau ini ada-ada saja. Lebih baik kita kembali ke asrama daripada bemalam disini." Jawab Taeyong mengalihkan. "kau mau bermalam disini kan Johnny?" canda Taeyong. Johnny sontak menolaknya mentah-mentah lalu berjalan duluan. Kemudian mereka menyusul Johnny.

🌻🌱🌻

Spoiler nya kurang ngena? Yaudah nih spoiler bab selanjutnya.

"Semoga kita bisa menjalin pertemanan dengan baik" -spoiler bab 7

First Sight ||Series #1Where stories live. Discover now