Eig🌱

23 28 5
                                    

Taeyong sekarang berada di kamarnya. Ia melakukan live menggunakan hpnya. Ia menengok kebelakang dan melihat Jaehyun yang duduk di pinggir ranjang dengan wajah mengantuknya. Tangannya yang jahil, membalikkan kamera hpnya dan mengarahkannya ke wajah Jaehyun.

"teman-teman, Jaehyun sudah akan tidur. Hahaha dia tidak cukup kuat untuk begadang. Lihat saja muka bantalnya. Hahaha" ledek Taeyong sambil tetap mengarahkan kamera itu kepada Jaehyun.

Jaehyun mencoba menutup kamera itu dengan tangannya. "hei sudahlah, minggir sana. Aku mau tidur, awas kalau kau mengarahkan kameramu kepada ku. Sana, lanjutkan live mu" kesalnya.

Taeyong tertawa lalu membalikkan kamera itu menghadap wajahnya "hahaha baiklah. Teman-teman, sayang sekali kalian tidak bisa lagi melihat muka bantal Jaehyun yang imut. Karena tidak bisa, bagaimana kalau kalian menemaniku bermain game saja." Kata Taeyong yang sudah meletakkan hpnya di meja. Ia punya penyandar hp sendiri jadi mudah untuk diletakkan. Komputernya juga berada di meja itu.

Bagaimana kalau kau bermain ML?

Taeyong! Main ML bersama ku!

Hei! Kau bisa gunakan kode grup ku!

"ML? kalian ingin aku bermain ML? baiklah, kita bermain itu. Random grup saja deh." Jawab Taeyong lalu membuka aplikasi itu. Banyak penggemar yang menyarankannya itu mungkin karena ia lumayan kuat bermain itu. Tapi akhir akhir ini dia suka bermain puzzle yang mengasah otak. Kalau terus bermain game peperangan itu, bisa-bisa otaknya meledak.

Taeyong terus menunggu grupnya selama beberapa menit. Tinggal 2 orang yang diperlukan lalu gamenya akan mulai. "nah selesai. Taeyong ayo bermain. Jangan kecewakan penggemarmu." Kata Taeyong lalu tersenyum kearah kamera. Senyumnya sangat manis bahkan mungkin orang yang menonton akan otomatis diabetes sangking tingginya kadar gula mereka.

"mati! Mati! Mengapa kau disitu? Astaga tenagaku habis! Ayo terus serang!" seru Taeyong didepan komputernya. Ia merasa sedikit pusing karena ada satu karakter yang terus memukulnya. Bukankah tenaganya akan habis? Tidak! Karakter itu memakai sesuatu yang membuat tenaganya bertahan beberapa lama. Taeyong menjadi pusing karena sudah 2 kali kalah. Tidak biasanya dia kalah 2 kali. Paling 1 kali atau bahkan tidak pernah.

"siapa sih karakter itu! Limmie? Nama akunnya Limmie?"

🌻🌱🌻

"baiklah aku sudah masuk. Kau gunakan dulu pelindungmu." Perintah Lia. Ia sudah mengenakan headset yang sudah open mic. Sintia yang berada dia sana menjawab perintah itu. Ia kemudian menyalakan pelindung untuk mereka berdua.

Garrel, salah satu anggota main Lia bertanya. "Lia, kau masih menggunakan nama akun lamamu itu?" dia adalah Garrel, anggota grup main Lia yang selalu dia ajak main. Selain Garrel punya skill yang bagus, dia juga bisa membuat suasana yang seru. Lia memang punya banyak teman humoris didekatnya.

Lia memperbaiki mic didekat telinganya ketika suara Garrel terdengar putus-putus. "hem? Ah iya, aku masih menggunakan akun Limmie ku itu. Lagipula aku cukup sibuk untuk mengganti nama akunnya." Jelasnya sambil jari-jarinya dengan lincah mencoba membunuh salah satu musuh.

"iya iya, yang sudah kerja iyain aja." Kata Sintia yang juga membuat pertahanan yang kuat ditempat mereka.

Lia tertawa melihat Sintia yang julid kepadanya. "hahaha tidak begitu. Kalian juga sudah bekerja. Malah lebih tinggi dariku. Oh iya Damian, kudengar kalau kau punya pacar baru." Tanya nya sambil sesekali menyeruput Coca-Cola nya.

Damian mengangguk. Ia kemudian melindungi Lia yang hampir diserang musuh. "kau benar, aku punya yang baru lagi. Yang baru ini lebih bergoyang daripada pacar lamaku" candanya sambil terus mengalahkan musuh. Terdengar banyak ledekan di headset nya.

"halahh, perasaan semua pacarmu bergoyang semua." Sinis Sintia. Sekedar informasi, Sintia adalah mantan pacar Damian yang bertahan selama 1 bulan. Lebih lama dari biasanya, karena banyak mantan Damian yang hanya bertahan 1 minggu.

Garrel sontak mendapat satu getaran listrik yang membuatnya tertawa. "kau cemburu Tia? Hahaha" tawanya. Sama dengan Sintia, dia juga membantunya membuat pelindung di tempat mereka karena Sintia juga ikut menyerang.

Sintia sontak menolak semua itu. "tidak! Kau sembarang bicara saja. Urus urusanmu saja yang tidak pernah punya pacar." Ledek kembali Sintia. Dia tahu kalau Garrel tidak pernah berpacaran dengan siapapun karna tidak ada yang menyukai pro gamers seperti dirinya. Mungkin menurut teman-temannya mereka suka dengan tipe lelaki seperti itu, namun katanya Garrel pacaran itu ribet. Harus kabari setiap saat.

Lia tertawa melihat keributan mereka. "hahaha sudah sudah haha. Kalian ini lucu sekali. Lebih baik lanjutkan gamenya. Aku dari tadi sudah menyerang orang ini. Dia sama sekali tidak punya skill. Masa mati terus." Kesalnya. Lia tidak suka menyerang dengan karakter yang mudah dikalahkan. Ia suka yang lebih kuat dengan dirinya, atau yang bisa mengalahkannya.

🌻🌱🌻

"yah kalah lagi. Aduh, aku sudah tidak kuat main. tanganku lama-lama menjadi keriting." Taeyong dengan kesal mengetik sembarangan di komputernya. Semua ini gegara karakter itu, pikirnya.

Taeyong! Aku keluar dulu yah. Besok aku mau belajar.

Taeyong! Ibuku menyuruhku mematikan hpku. Aku akan kembali besok jika kau live.

Tayeong, aku mencintai mu! Aku tidur dulu.

"huh? Kalian akan belajar? Lalu kenapa kalian menonton live ku?" Tanya Taeyong gemas dengan penggemarnya. Bisa-bisanya mereka mementingkan live tidak penting ini daripada ujian mereka.

"kalau begitu, bagi yang sudah mengantuk atau punya kepentingan besok pagi, silahkan tidur dan beristirahat. Aku juga akan mematikan live ini karna aku punya jadwal wawancara besok. Bye bye guys! Aku cinta kalian!" kata Taeyong lalu melambaikan tangannya ke kamera. Kemudian dia mematikan livenya.

Taeyong berdiri dari kursinya kemudian mencharge hpnya. Ia punya jadwal yang lumayan sibuk besok. Ada sekitar 2 kali wawancara besok. Jadi Taeyong harus mengumpulkan banyak tenaga untuk besok.

🌻🌱🌻

"selamat pagi nona Lia!" sapa Tasya dengan cerianya di telepon. Lia sampai tertawa mendengar keceriaan Tasya di pagi hari. Ia sedang menuju kafetaria biasanya untuk membeli segelas Americano. Beberapa hari ini, dia sangat suka Americano disini. Rasanya beda dari yang lain gitu. assekk.

"mbak, americano disini pake biji kopi jenis apa?" Tanya Lia dengan tidak tahu malunya. Mbaknya sampai bingung dengan pertanyaan Lia. Ia sampai pergi ke dapur yang melihat label biji kopi yang biasa digunakan untuk Americano.

"kalau tidak salah mbak, namanya-"

"Lia!, denger gak apa yang kubilang?" pekik Tasya dibalik telepon. Dan Lia yakin orang-orang yang berada di dekat Tasya pasti kaget yang suara teriakannya sangat besar sampai menghentikan omongan mbak kasir itu.

Lia yang melihat mbaknya sedikit kaget merasa tidak enak. Ia lalu mengodekannya agar melanjutkan pesanannya sementara dia berbicara dengan Tasya. Lia sedikit menjauh kemudian memukul hapenya pelan. "heh, aku tadi diliatin orang gegara suaramu itu. Sampai mbak kasir yang aku ajak bicara juga kaget. Malu-maluin aja." Semprot Lia. Ia lalu berjalan kembali ke kasir karena namanya dipanggil.

"hehehe aku emang malu-maluin jadi harap maklum aja ya." Jawab Tasya. Lia menggelengkan kepalanya lalu menyeruput kopinya.

"yaudah, aku ke sana sekarang ok. Bye~" ucap Lia lalu membenarkan letak tasnya. Kemudian menyeruput lagi kopinya.

"okey bye~" balas Tasya. Telepon mereka pun mati. Lia lalu berjalan menuju ruangan yang sudah ditentukan oleh Tasya untuk melakukan wawancara sederhananya itu.

🌻🌱🌻

Cie yang berpikir karena spoiler!
Spesial bab ini, kita gak punya spoiler, so sorry.

First Sight ||Series #1Where stories live. Discover now