Bagaimana perasaan kalian jika dijodohkan dengan seseorang yang tidak masuk kedalam kriteria pasangan impian kalian? itulah yang Zara rasakan.
Namanya Zara Nindiatama, ia harus terpaksa menerima perjodohan ini. dirinya bermimpi memiliki pasangan yan...
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
* *
Zara terkekeh kecil melihat Arshaka yang sudah kembali terlelap dengan mulut yang mengecap-ngecap. Ia kembali merapihkan pakaiannya dan menoleh pada Abyan yang sejak tadi terus menatap Zara dan Arshaka dengan takjub.
"Kenapa, sayang?" Tanya Zara seraya membelai lembut wajah Abyan.
Abyan menggeleng kecil, ia menggenggam tangan Zara yang membelai pipinya, lalu ia kecup tangan Zara lamat-lamat.
"Terima kasih sudah melahirkan jagoan kita, Zaujati."
"Iya, suamiku. Emang tugasku memberikan keturunan untuk kamu," ucap Zara dengan senyum mengembang.
Abyan tersenyum senang mendengarnya, membuat Zara ikut tersenyum.
"Kamu ingin berapa anak? Kayaknya 11 aja ya biar kita bikin klub sepakbola?"
Senyum di bibir Abyan luntur, ia segera menggeleng keras, "engga, aku gak mau kamu seperti semalam, Shaka sudah cukup untuk kita."
"Kok gitu?"
"Zar, aku gak mau kamu--"
"By, denger ya, mau aku melahirkan lagi atau engga, meninggal udah ada waktunya."
"Aku gak bisa hidup tanpa kamu, Zar. Kalau bisa, aku akan terus berdoa agar aku lebih dulu pergi daripada aku harus melihat kamu pergi."
"Hey! Kok ngomongnya gitu? Aku gak suka kamu bicara seperti itu."
Zara menatap tajam Abyan yang tengah menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan. Terlihat sorot mata Abyan tersirat kekhawatiran dan juga rasa takut.
"By, inget ya. Sebelum kamu berdoa ingin pergi lebih dulu, aku udah berdoa agar aku pergi lebih dulu. Tapi bukan sekarang, aku selalu memohon agar Allah gak memisahkan kita sekarang, aku ingin membesarkan Shaka sama kamu."
Zara kembali mengusap pipi Abyan dengan lembut, "jangan pergi, aku butuh kamu untuk memimpin aku dan anak-anak kita."
****
"Zara Nindiatama, selamat menjadi Ibu!!"
Zara terkekeh melihat kehadiran Citra, ia menyambut pelukan Citra.
"Makasih, Cit."
"Anak lo mana? Gue mau liat ponakan gue dong."
"Lagi mandi pagi, nanti juga dibawa kesini."
Citra mengangguk paham, lalu ia menoleh pada Abyan yang duduk di kursi sebelah brankar Zara.
"Kak, selamat ya."
"Terima kasih, Citra."
"Terima ya kado dari gue, Zar. Walaupun gak seberapa, insyaAllah bermanfaat untuk anak lo." Citra memberikan kotak besar yang telah di bungkus.