Married To The Protagonist [END]

153-155

Bab 153: Lihat Aku (2)

Chen Jinyao mengangkat tangannya untuk menjambak rambutnya, dan tersenyum datar: "Jangan mengeluh bahwa aku terlalu bertele-tele."

Yan Cheng memiringkan kepalanya dan menatapnya.  Setelah mendengarkan pidato panjangnya dengan penuh perhatian, dia sedikit mengernyit dan tenggelam dalam pikirannya.

Pipi Luo Xiao bergerak sedikit, "Aku tidak mau."

"Aku akan mempertimbangkan setiap perkataanmu, kak."

“……”

Dia sudah mengatakannya.  Selain diam, Chen Jinyao benar-benar tidak punya apa-apa lagi untuk diingatkannya.  Bahkan jika dia bisa lebih memahami kata-kata yang jelas egois ini, terlalu lama membahas topik ini hanya akan menjadi tidak menyenangkan.

Selanjutnya, sebagai orang luar, lebih baik tidak ikut campur dalam hubungan orang lain.

Cukup telusuri topiknya, dan tahu kapan harus berhenti.

Namun, hubungannya sendiri……

Chen Jinyao menggiling gerahamnya, berbalik dan menatap Yan Cheng.

Dengan tatapan ganas, dia mencoba memberitahunya lagi, “Lihat dia!’

Wanita terkadang bisa sangat aneh.  Mereka tidak masuk akal atau munafik.

Tapi mereka selalu suka membandingkan dan tiba-tiba membuat keributan besar tentang hal itu.

Apa tujuannya?

Yan Cheng berpikir selama beberapa detik dan tiba-tiba menyadari.

Ini untuk menguji kecerdasan emosional seorang pria.

Lengan kanannya masih bertumpu pada sandaran kursi Chen Jinyao.  Jari telunjuknya yang ramping bergerak saat ujung jarinya dengan ringan mengetuk sudut kayu.  Pembicaraan tampaknya telah berakhir, kecuali untuk yang mabuk dan gila, tidak ada yang terlibat dalam percakapan lagi.  Keheningan mulai menyebar.  Sejujurnya, Yan Cheng cukup percaya diri dengan kecerdasan emosionalnya.

Oleh karena itu, Yan Cheng yang percaya diri berbalik ke samping, mencondongkan tubuh ke arah Chen Jinyao, dan menjebaknya di ruang sempit.  Ketika Chen Jinyao mendongak, dia bertemu dengan leher sampingnya yang indah, garis-garis halus dan indahnya ditampilkan di depannya.  Ketika dia menggunakan punggungnya untuk menghalangi cahaya, jakunnya yang paling seksi bergerak sedikit di bawah bayangan, hanya untuk dia lihat, Chen Jinyao berpura-pura tenang dan tetap diam.

Untungnya, saat ini, kecuali Luo Xiao yang jelas terkejut dan dengan cepat membuang muka, tidak ada orang lain yang memperhatikan mereka.  Chen Jinyao menghela nafas lega, dan pada saat yang sama, dia secara aktif membuat rencana: Pada saat ini, dia harus menangani skenario apa pun yang dia lemparkan padanya tanpa tanggapan, untuk tidak berbicara, dia bahkan tidak akan mengatakannya.  "apa yang sedang kamu lakukan?"

Dia tidak pernah berpikir bahwa Yan Cheng bisa menjadi tidak tahu malu ini.

Bulu matanya terkulai ke bawah, dia menatap langsung ke matanya yang terkejut, mengangkat tangan kirinya dan mengetuk ujung hidungnya, suaranya begitu lembut seolah-olah dia sedang menghela nafas, dan kemudian dia tidak tahu di mana dia belajar  nada penuh kasih seperti itu, bibir tipisnya sedikit terbuka dan berkata: "Kamu orang yang tidak berperasaan."

"......" Tubuh Chen Jinyao bergetar tiga kali.

Itu terlalu tiba-tiba, ditambah dengan seberapa dekat mereka saat ini, napasnya tertahan di ujung hidungnya, dia merasa malu, dan pipinya langsung merona merah.