Prolog

1.1K 236 18
                                    

Hari ini Bandung terlihat sendu dengan awan kelabunya karena hangat sang mentari sedang berhalangan hadir pagi ini. Tapi saya suka suasana seperti pagi ini, meskipun saya sendiri sedikit kerepotan dengan dingin yang cukup menusuk.

Terlebih lagi saya memang selalu suka dengan segala hal tentang kota ini meskipun Bandung bukan kota kelahiran saya, tapi saya tumbuh dan besar disini selama belasan tahun.

"Kebiasaan gak bawa jaket, kedinginankan sekarang." ucap Sabiru entah datang sejak kapan sambil menyampirkan jaket dibahu saya. Tak lupa juga senyuman manis yang menghangatkan pada dinginnya hari ini. Kemudian dia menuntun saya untuk masuk ke dalam mobil.

"Ayo masuk mobil."

Sabiru Basupati. Sosok yang mengisi hari-hari saya sebagai kekasih. Kami resmi berpacaran sejak 2 bulan yang lalu dan ya itu pun saya yang nembak duluan.

Awalnya saya hanya berniat mengungkapkan saja tanpa berharap akan dibalas oleh Sabiru. Tapi waktu saya baru selesai mata kuliah disiang itu Sabiru ternyata sudah menunggu saya didepan kelas untuk membicarakan sesuatu.

Seketika pemikiran negatif langsung memenuhi kepala saya dan berpikir jika Sabiru pasti menyuruh saya untuk berhenti menyukainya tapi ternyata saya salah. Sabiru justru dengan mudahnya mengajak saya untuk menjalin suatu hubungan spesial siang itu.

Sejak hari itu kami resmi menjadi sepasang kekasih dan hari esoknya kabar tentang kami langsung meluas di fakultas teknik dan sistem informasi. Lagipula itu hal wajar bagi saya, karena Sabiru dikenal dengan sosok hangat dan lucu yang membuat siapapun menyukainya. Sedangkan saya hanya seorang mahasiswa biasa yang tidak terlalu aktif. Makanya saat kabar itu meluas banyak orang-orang yang mendadak menjadi kenal dengan saya.

Tak jarang jika saat saya tidak sengaja terjebak dalam obrolan dengan teman sekelas ataupun ukm jurnalis yang saya ikuti pasti mereka akan bertanya seperti apa Sabiru saat berdua dengan saya.

"Hey mikirin apa sih?" tanya Sabiru, satu tangannya fokus membawa setir sedangkan satunya lagi kini sedang berusaha mengaitkan tangannya disela jari saya.

Saya menggeleng sebagai jawaban sambil tersenyum. Seperti inilah Sabiru, selalu bersikap manis dan perhatian pada saya saat berdua.

"Mentari."

"Hmm?"

Sabiru tidak menjawab dia malah mengeratkan tautan tangan kami.

"Kenapa?"

"Gak papa, pengen manggil aja."

"Dih?"

"Mentari. Nama kamu itu selalu candu buat aku panggil."

Saya sontak tertawa, tapi tidak bisa dipungkiri jika pipi ini memanas karenanya. Terlebih lagi ketika dia dengan sengaja mengedipkan sebelah mata untuk menggoda saya.

Ternyata ada satu hal yang saya lupakan tentang Sabiru, selain manis dan perhatian dia selalu tau caranya membuat saya tersipu malu.



❇❇❇

Mingyu as Sabiru Minggu Basupati


Lisa as Qiandralisa Mentari



TBC♡

SantariWhere stories live. Discover now