Bagian 2: Pertanyaan

512 130 16
                                    

Lagi, hujan tak pernah absen hadir untuk mengguyur kota Bandung dan sepertinya hujan sore ini akan awet sampai malam. Tapi tidak tahu, cuaca tidak bisa ditebak.

Sabiru menghampiri Mentari yang tengah memandangi hujan. "Nunggu lama?" tanya Sabiru sambil melepaskan jaketnya dan tanpa berkata apapun langsung ia pakaikan ke bahu Mentari.

"Lumayan."

"Ya udah, ayo pulang."

Sabiru meraih tangan Mentari untuk digenggam, pemuda itu langsung membuka payung yang ia pinjam tadi. Lalu Sabiru memeluk bahu Mentari agar tidak kena air hujan.

"Biru!"

Keduanya berhenti dan sama-sama menoleh saat nama Sabiru dipanggil. Rain berlari kecil menghampiri Sabiru dan Mentari, gadis itu tersenyum lebar seperti biasa. "Biru, gue nebeng ya?"

"Mobil lo kemana emang?"

"Dibengkel, tolong banget ya kebetulan gue harus buru-buru pulang ada acara keluarga."

Sabiru menatap Mentari untuk meminta persetujuan dan dengan berat hati Mentari menyetujuinya. Rain menepuk bahu Mentari pelan. "Thanks, Mentari."

Sabiru menekan remote mobilnya.

"Lo ngapain?"

Rain menoleh.

"Ya naik mobil lah."

"Kenapa di depan? Pindah."

"Ih mentari aja yang dibelakang."

"Rain--"

"Udah, aku dibelakang aja." ucap Mentari dan tanpa mengatakan apapun lagi dia masuk ke dalam mobil. Rain tersenyum lebar, dia mendelik pada Sabiru. "Tuh dia aja setuju, udah awas mau gue tutup pintunya."

Sabiru menatap Rain. "Lo bisa bawa mobil kan?"

"Iya, kenapa?"

"Oke lo yang nyetir, nih kuncinya. "

Tanpa menunggu persetujuan Rain, Sabiru memberikan kunci mobilnya dan duduk disebelah Mentari. Sementara itu Rain menatap kunci mobil yang ada ditangannya dengan tatapan tidak percaya. Dia menoleh ke belakang dan langsung disuguhi pemandangan yang membuat mata dan hatinya sakit.

Sabiru mengangkat alisnya sebelah, tangan satunya merangkul Mentari dan satu lagi memegang ponselnya. "Apa? Cepet jalan katanya lo buru-buru."

Rain mendengus, dia pindah ke kursi kemudi dan melanjukan mobilnya.

❇❇❇

"Tari mau makan dulu?"

Mentari menggeleng. "Nanti aja, aku belum mau makan."

Sabiru mengendikan bahu, jika Mentari bilang belum mau itu tandanya gadis itu serius. Terakhir kali Sabiru memaksa Mentari untuk makan hari esoknya Mentari bertingkah seolah-oleh tidak mengenal Sabiru.

"Mau beli matcha latte dulu gak?"

Sabiru melirik Mentari yang tak menggubris dirinya sama sekali, pacarnya itu malah sibuk tertawa kecil dengan ponselnya.

"Mentari."

"Hah? Apa?"

"Kenapa ketawa sendiri?"

Mentari tersenyum dan menunjukan foto Javian---sahabat dekatnya. "Liat, Javi kirim foto-fotonya yang ada di facebook. Keliatan alay banget kan?"

Sabiru melirik sekilas dan hanya mengangguk kecil. "Kamu sering chatan sama dia?"

"Iyalah, kan dia temen aku."

"Ngomongin apa aja?"

Mentari menatap Sabiru bingung. "Kamu kenapa? Cemburu?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 20, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SantariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang